Rembulan itu indah, tapi kau lebih indah dari yang paling indah sekalipun.
Entahlah, hatiku mengatakan seperti itu, dan logika ku menyetujuinya.***
"Tasya,?" Tasya tersentak kaget, seketika lamunannya buyar. Tasya sangat mengenal suara itu, seseorang yang sedang dia lamun kan, seseorang yang selalu dia semoga kan.
"Kenapa belum tidur?"
"Em, liat dulu rembulan kak, malam ini indah banget," jawabnya sedikit canggung.
"Kak Fandi belum tidur,?" Tanya Tasya pada Fandi
"Belum, sebentar lagi. Kakak mau mastiin kalian tidur atau nggak, takutnya kalian pada begadang, besok kan kalian jadi panitia, pasti sangat melelahkan jika sekarang kurang tidur," jelas Fandi. Tasya hanya mengangguk tanda mengerti.
"Kamu suka memandang rembulan, kenapa?" Tanya Fandi
Tasya sedikit kikuk ditanya seperti itu.
"Iya kak," Tasya berpikir sejenak
"Rembulan itu indah, memberi cahaya pada gelapnya malam, dia selalu sempurna bersama taburan bintang, menatapnya itu menenangkan. Bagi Tasya, dia selalu menjadi sajian favorit yang tak pernah bosan dipandang." Senyum Tasya terukir, pandangannya tak lepas dari menatap rembulan. Sementara disisi lain, Fandi memperhatikan wajah Tasya sekilas, kemudian ikut memandang Rembulan.
"Kamu berbicara rembulan seakan sedang membicarakan seseorang, sya?" ucap Fandi tiba-tiba
Tasya kaget mendengarnya, bagaimana mungkin Fandi begitu peka terhadap apapun, seolah ia membaca setiap sorotan mata, seolah ia membaca setiap kata. Apakah Fandi sadar, kalau bagi Tasya rembulan adalah kiasan tentang Fandi?
"Tidak kak, aku benar-benar menyukai rembulan, tak ada seorang pun yang aku maksudkan melalui rembulan," ucap Tasya sedikit ragu. Tasya membohongi dirinya sendiri.
Fandi hanya mengangguk, tanpa ekspresi. Tasya sedikit gugup, ia takut jika Fandi mengetahui perasaan nya. Karena bagi Tasya, tau atau tidak Fandi pada perasaan Tasya, tetap tidak akan mengubah kenyataan jika Tasya tidak akan memiliki nya.
"Sudah pukul 23.30, segera masuk dan tidur sya. Kamu jadi seksi acara, itu akan melelahkan," ucap Fandi
Tasya mengangguk, kemudian ia melangkahkan kaki masuk ke dalam ruang OSIS. Fandi melihat Tasya selintas tanpa ekspresi, lalu memalingkan wajahnya kembali memandang rembulan.
Anak-anak OSIS sudah siap melanjutkan acara. Mereka memakai pakaian OSIS. Kemeja navy dilengkapi logo sekolah, nama lengkap dan jabatan, celana hitam bahan untuk laki-laki, dan rok panjang untuk perempuan, tak lupa sepatu pantofel menambah kesan rapi dan wibawa kepada mereka.
"Baik semuanya, acara akan dimulai 30 menit lagi, silahkan kalian semua sarapan terlebih dahulu, agar kinerja kalianpun maksimal. Setelah itu, tepat pukul 08.00 kalian harus sudah siap diposisi kalian masing-masing, kalian adalah orang-orang terpilih, lakukan yang terbaik untuk sekolah kita, selalu jadi contoh bagi murid lainnya, mengerti," ucap kak Rani memimpin briefing sebelum acara.
"Mengerti," ucap seluruh anggota OSIS antusias.
Anak-anak OSIS keluar dari ruangan. Mereka melanjutkan aktivitas yang tertunda.
"Tya, sarapan yuk," ajak Tasya pada Tya.
"Yuk, perut ku udah laper dari tadi," jawab Tya
Tasya dan Tya melangkahkan kaki ke kantin, banyak siswa siswi SMK Cipta Bangsa memenuhi kantin ini, mereka dibebaskan sampai acara 17 Agustus dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Rembulan
RomansaRembulan adalah harapan, cahaya menenangkan, keindahan tak berkesudahan. Sajian sejuta kisah tiada akhir, tapi ia adalah ketidakmungkinan. Sementara, Senja adalah masa depan, ia menjanjikan kebahagiaan. Tapi ia ingkar, ia pergi meninggalkan sejuta k...