10

45 11 3
                                    

"Mikirin,,mikirin gimana caranya supaya kak dewa bisa notice asya" tentu asya berbohong.

Reza menggelengkan kepalanya. Asya nampak tidak akan menyerah mengejar orang bernama dewa itu.

"Bang" panggil asya menyelimuti keheningan di mobil.

"Ayah kok jarang pulang ya?! Ayah juga kadang kasar sama asya. Apa jangan-jangan ayah ada perempuan lain ya?" Ucap asya penuh curiga.

Pertanyaan tersebut sukses membuat reza terbatuk-batuk.

"Abang kenapa?" Tanya asya khawatir.

"Enggak cuma kaget aja"

"Beneran ya bang? Ayah punya perempuan lain?" Tanya asya.

"Ga gitu konsepnya, ayah sibuk karna proyek besar-besaran" asya yang mendengar jawaban dari kakak nya barusan bernapas lega karna tidak mungkin ayah nya mencari wanita lain. Reza hanya tersenyum.

Tunggu saatnya, kamu pasti bakal tau faktanya. Batin reza.

***

Asya bangun pagi hari ini, ia akan kembali berjuang mendapatkan hati seorang dewa. Ia mulai membuat bekal untuk dewa, asya bertekad ia tak akan sembunyi-sembunyi lagi untuk mendapatkan perhatian dewa.

Hari ini ia diantar oleh sang abang ke sekolah, biasanya ia akan memesan grab atau taksi untuk bisa ke sekolah.

15 menit sudah asya menunggu kehadiran dewa di pintu masuk sekolah mereka. Asya harus sabar untuk menunggu dewa. Kesabaran ia membuahkan hasil, dari pandangan nya dewa tengah memarkirkan motornya. Lalu berjalan menuju pintu gerbang.

"Kak dewa" sapa asya. Dewa hanya menoleh sebentar lalu menatap lurus ke depan.

Asya segera berlari kecil, dan berdiri di hadapan dewa. Dewa hanya menatap asya datar.

"Apa?"

"Nih" asya memberikan kotak makan berwarna biru muda.

"Apa?"

"Makanan"

"Ck. tau, terus?"

"Ish. Ini makanan buat kak dewa, dimakan ya, biar sehat"

"Ngatain gw sakit?"

"Enggak gitu, ini dimakan ya. Pasti kakak belum sarapan"

"Sok tau" lalu ia berjalan kearah kanan asya, namun asya menghalangi langkah dewa. Sebaliknya dewa berjalan ke arah kiri asya juga akan menghalanginya.

"Sini"

"Yes, nih kak dimakan ya" asya memberikan kotak makan tersebut ke dewa, lalu asya membiarkan dewa pergi di hadapannya.

"I love you kak" teriak asya. Tatapan demi tatapan tertuju pada asya.
Asya yang tak memperdulikan tatapan itu pun pergi menuju kelasnya.

Dikelas dewa, dihebohkan dengan omongan-omongan bahwa hari ini ada ulangan matematika mendadak.
Bimo terlihat sangat santai, posisi duduk dengan kaki di atas di meja.

"Belajar bim" tegur dewa yang baru datang.

"Belajar gak belajar gw bakal remed juga kali, mendingan ga usah belajar"
Ucap bimo santai.

"Elu nya aja yg malas" sahut al.

"Iri bilang bos ku" bimo berteriak.
"Tu bekel ga di kasih ke gw? Gw belum sarapan" sambung bimo.

"Mau? Ambil"

Bimo langsung mengambil kotak makan tersebut seperti orang yang tak pernah makan.

"Bim, bagi bim gw juga belom makan" ucap melas al.

"Sini ambil kursi" ajak bimo, keduanya lalu menyantap makanan tersebut.

***

Dewa sedang berjalan menuju kantin seorang diri, karna ia sudah menyelesaikan ulangan matematika dengan cepat kali ini. Dewa menempati salah satu meja di kantin itu. Sambil menunggu makan ia membuka sosial media, dan benar saja notifikasi dari asya menempati posisi pertama di handphonenya.

Kurang kerjaan. Batin dewa. Dewa hanya membuka dan tidak membacanya, menurutnya pesan yang dikirim asya sama sekali tidak penting.

Baru saja ia ingin menyuap makanan nya asya berlari menuju meja dewa.
Asya segera duduk di depan dewa dan memandanginya.

"Kalo diliat gini, kak dewa makin ganteng" gumam pelan asya.

"Gw denger" ucap dewa tanpa menatap asya sedikit pun.

"Yang bener kak? Padahal aku tadi ngomongnya dalam hati, kok bisa denger sih? Kata orang sih jodoh kak"

"Sok tau" ucap dewa sambil menatap layar ponselnya.

"Lagian ya kak, kita itu emang di takdir kan berjodoh!"

"Lo tuhan?" Dewa berucap kali ini.

Asya terdiam mendengar kalimat yang di ucapkan barusan. "Kalo bukan gak usah sok tau, gw muak" ucap dewa lalu pergi meninggalkan asya.

Jahat. Batin asya. Asya menatap kepergian dewa, hati asya menyuruh merelakan tapi pikiran tidak.

"Aku bakal perjuangin kak dewa, aku belum nyerah kok" teriak asya.

"Bodo"

***

Kelas asya sedang belajar di perpustakan, mereka disuruh untuk membaca buku saja sampai kelas berakhir. Asya yang notebane nya tidak terlalu menyukai membaca, ia lebih suka menonton, mendengarkan musik, serta berhitung itu lah hidup asya. Bisa dilihat sekarang teman-teman kelasnya ada yang menangis karna membaca novel, yang begitu serius membaca ensiklopedi, nandira yang asik dengan buku berbahasa inggris, sedangkan asya tengah berkutat dengan soal-soal matematika kelas 11, ia dengan begitu pandai mengerjakan soal tersebut.

"Ngerjain apa sya? Itu buku kaya pernah liat" bisik nandira.

"Buku matematika kelas 11, mau liat?" Nandira yang penasaran dengan buku itu pun mengambil kursi di samping asya.

"Wah anjir, lu pinter banget matematika nya. Bisa-bisa lu nanti bakal ikut olimpiade"

"Olimpiade? Olim matematika?" Tanya asya, yang mendapatkan anggukan dari nandira.

Guru yang menjaga perpustakan tersebut mendengar percakapan keduanya.

"Saya dengar tadi ada yang membicarakan olimpiade matematika?" Tanyanya.

"Kita bedua bu" ucap nandira ragu.

"Yang bisa ngerjain soal kelas 11 yang mana orangnya?"

"Ss-saya bu"

"Mana coba liat jawaban kamu" guru tersebut mengambil kertas serta buku tadi dan melihat jawabannya. Dan guru itu takjub karna jawaban asya semuanya benar tanpa ada salah sedikit pun.

"Nama kamu siapa?" Tanya nya kembali.

"Tasya Fezayara bu"

"Oke tasya kamu bisa saya rekomendasi untuk ikut olimpiade kamu mau? Kalo mau saya akan urus itu nanti"

"Iya bu saya mau" ucap asya semangat.


To be continued...

Dewasya (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang