"Pada akhirnya, kebahagiaan akan selalu datang menghampiri hidup siapa pun. Namun, kebahagiaan bukanlah akhir dari hidup."
Magenta's POV
Ramai. Satu kata itu yang dapat mencerminkan kaadaan saat ini. Dipenuhi dengan bau-bau sedap dari beberapa stand makanan dan beberapa siswa yang lalu lalang dengan membawa nampannya.
"Ta, mau makan apa? Biar sekalian gue pesenin." Masih dengan orang yang sama dengan yang terakhir kali aku kenal. Nisa, dia selalu menemaniku kapanpun. Dan seperti yang sudah aku katakan, kalau Nisa teman sebangkuku akan menjadi orang terdekatku di sekolah ini, alias sahabat.
"Aku nasi goreng aja deh, sama es teh manis," jawabku sembari melihat ke arah Nisa yang berdiri di depanku.
"Oke, ditunggu ya mbak, pesenannya," ucap Nisa sambil menirukan gaya seorang pelayan.
"Apaansih Nis, udah sana pesen!" Kataku lalu terkekeh kecil melihat tingkah Nisa.
Nisa pergi menuju stand makanan dengan senyum jahilnya. Dia memang jahil, suka banget godain aku dan membuatku kesal.
Aku melihat punggungnya menjauh dari mejaku saat ini. Membuatku tersadar kalau beberapa hari telah berlalu dan aku pun mulai mengenal beberapa siswa yang lainnya, baik di angkatanku sendiri maupun kakak kelas dan juga beberapa geng yang terkenal di disini.
Seperti Rani, dia siswi kelas IPA 2, seangkatan denganku. Kita bertemu di perpustakaan tempo hari, waktu aku bosan dan memilih untuk baca buku di perpustakaan, aku gak sengaja lihat dia duduk di bangku pojok, sendirian. Jadi aku menghampiri dia dan kita ngobrol. Gak banyak sih tapi dia asik juga anaknya dan kutu buku.
Kalau dia kutu buku, bukan berarti penampilannya nerd, harus memakai kaca mata atau yang lainnya yang menggambarkan kalau dia itu Si kutu buku, 'kan? Memangnya siapa yang mengharuskan Si kutu buku itu selalu berpenampilan layaknya seorang nerd? Malahan, Rani itu adalah siswi yang cantik, putih, dengan hidung mancung dan rambut cokelat sebahunya. Dia hanya hobi membaca, menulis dan hal lainnya yang berhubungan dengan buku. Mangkanya dia lebih sering menghabiskan waktu istirahatnya di perpustakaan.
Atau seperti kak Ramdhan, cowok alim yang jadi idaman para siswi di sekolah ini. Walaupun dia kakak kelas yang alim, tapi bukan berarti gayanya cupu. Malah dia itu modis, penampilannya keren dan style-nya gak norak. Dia itu cuma baik, pinter, ramah, dan gak pernah milih-milih temen. Kata orang-orang sih gitu, mangkanya dia dibilang cowok alim.
Atau seperti salah satu gerombolan siswa yang ada di meja pojok kantin. Namanya geng Marvil, katanya ketua dari geng itu gak sekolah di sini, tapi memang gengnya sudah meluas di kalangan anak remaja sih. Mangkanya anggota gengnya bisa nyebar, ya...walaupun gak sedikit juga mereka punya musuh. Buktinya, banyak yang bilang mereka udah sering tawuran dan berantem sama geng lain.
Author's POV
"Nih Ta, nasi goreng dan es teh manis favorit lo. Gue beli di stand-nya Pak Bisma loh!" ucap Nisa sambil menaruh nampannya di atas meja.
"Wah, makasi ya Nis! Tumben banget nasi gorengnya pak Bisma masih ada. Biasanya juga jam segini udah abis," ucap Magenta dengan antusias melihat makanan favoritnya.
"Iya, katanya pak Bisma, emang sengaja hari ini jualannya banyak. Lagian lo suka banget sih sama nasi goreng, Ta. Kayak gak ada makanan lain aja di hidup lo," ucap Nisa dengan wajah heran sambil memakan bakso yang dia pesan.
"Ya bukan gitu Nis, cuma aku emang suka aja sama nasi goreng. Karena nasi goreng itu simple, gak ribet makannya. Mau makan pake nasinya doang udah ada rasa. Sama kayak hidup Nis, harus simple, jangan dibikin ribet."
KAMU SEDANG MEMBACA
There Is A Chance
Teen FictionKehidupan seorang remaja putri yang awalnya bahagia, namun karena satu kesalahan fatal membuat semuanya berantakan. Semua masalah menjadi semakin rumit setiap harinya. Takdir membuatnya bertemu dengan Sosok yang tanpa disadari dapat mengubah kehidu...