Chapter 5 : Percaya

155 48 217
                                    

"Saat aku mulai menceritakan tentang keluargaku, itu artinya aku sudah mempercayai kalian."




Magenta's POV

"Kita akhiri sampai di sini ya!" kata Bu Hani sembari membereskan buku-bukunya, "untuk tugasnya, kalian buat video mempraktekkan materi negosiasi yang Ibu jelaskan tadi bersama kelompok kalian! Ada pertanyaan?" lanjutnya.

"Satu kelompok berapa orang, Bu?" tanya Anta, sang ketua kelas.

"Satu kelompok terdiri dari 2 orang aja ya, kalian bebas milihnya," jawab Bu Hani.

"Bu, untuk durasi videonya berapa menit?" tanya Sintya, murid yang memang suka mencari perhatian para guru.

"Untuk durasi videonya minimal 3 menit dan maksimal 5 menit."

"Bu, kapan terakhir kumpul videonya?" tanya laki-laki yang duduk di bangku belakangku. Bukan Arkan tapi Reno.

"Video ini paling lambat di kumpul minggu depan karena Ibu akan tayangkan videonya di kelas. Nanti kalian juga boleh jadikan video kalian satu kelas ini, ke dalam satu file di flashdisk ya!"

"Iya, Bu," jawab semua murid serentak.

Bu Hani membawa buku-bukunya dan mulai berjalan meninggalkan kelas. Namun, saat di pertengahan, Bu Hani menghentikan langkahnya dan berkata, "Oh iya anak-anak, jangan lupa kalian buat 2 video negosiasi dengan jenis yang berbeda. Seperti yang sudah ibu jelaskan tadi."

"Yah, kok dua sih, Bu. Satu aja dong, Bu... dua kebanyakan," keluh seorang laki-laki bernama Farhan yang duduk di bangku pojok belakang.

"Nah ini nih, salah satu contoh negosiasi informal antara guru dan murid. Bagus kamu Farhan, langsung memberikan contohnya pada teman-teman yang lain," puji Bu Hani pada Farhan.

"Wah, berarti saya gak perlu buat tugasnya dong, Bu. 'Kan saya sudah mempraktekkan langsung," ucap Farhan sembari tersenyum membanggakan diri.

"Gak! Kamu tetap harus membuat tugas yang Ibu berikan! Tadi 'kan kamu hanya memberi contoh!" kata Bu Hani galak.

"Yah, Bu... masa gitu sih, Bu...," ucap Farhan dengan nada memelas.

Bu Hani menggeleng melihat tingkah Farhan, "Ya sudah, kalian boleh istirahat," kata Bu Hani lalu pergi meninggalkan kelas.

Magenta's POV

"Ta, ke kantin gak?" tanya Nisa saat aku akan memasukkan buku pelajaran Bahasa Indonesia ke dalam tas.

Aku menoleh lalu menjawab, "Ya ke kantin lah, Nis. Masa enggak, yang ada nanti malah kelaperan. Eh, tapi aku mau ke toilet dulu ya."

"Oh, ya udah kalo gitu bareng aja," kata Nisa.

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban lalu kami meninggalkan kelas untuk pergi ke toilet.

—•—

Magenta's POV

"Ta, kok lo kemarin lama banget nyampe rumah?" tanya Nisa saat kami berada di dalam toilet.

"Hah? Maksudnya?" tanyaku balik dengan alis bertaut kemudian mengalihkan pandanganku dari cermin wastafel ke arah Nisa.

"Itu loh, tumben banget lo kemarin lama nyampe rumahnya. Jam berapa kemarin lo baru ngabarin gue?"

"Oh itu, kemarin gue ke toko buku dulu bentar."

"Oh... gue kira lo diculik beneran," kata Nisa asal.

There Is A ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang