CHAP 5

76 7 0
                                    


Jeremy dalam mood yang buruk. Ini jelas terlihat dari tajamnya mata lelaki itu di mata Samantha. Sekarang mereka sedang bekerja kelompok. Samantha jadi ragu menanyakan hal tentang pacar kepada Jeremy.

"Sam, tolong tuliskan reaksi kimianya, aku akan mencuci tabung dan gelas reaksi."

"Oke, Jeje." Samantha segera menuliskan tugas dan membiarkan Jeremy mencuci reaksi kimianya.

Saat lelaki paling muda dikelas itu hendak menuju washafel, seorang siswa yang sedang bermain cairan kimia secara tidak sengaja menumpahkan cairan itu ke tangan Jeremy. Secara cepat, tangan Jeremy memerah dan terasa panas.

"SORRY! Aku tidak sengaja." Ia benar-benar tidak tau keberadaan Jeremy yang sangat transparan.

"Tidak apa. Tolong kerjakan tugasmu dengan tenang." Jeremy memperhatikan tangannya dengan datar seolah tidak merasa sakit padahal kulitnya nampak mulai melepuh. Jadi ia segera mencuci tangannya di washtafel.

"A-aku bantu, haruskah ke UKS?" Samantha segera mendatangi Jeremy lalu menepuk pundak temannya.

"Helen, tidak apa. Biar aku yang membantunya." Seluruh kelas tau, yang bisa menjadi pawang Jeremy dikelas adalah Samantha.

Walaupun wajahnya nampak datar, Jeremy menguarkan aura kegelapan yang mengerikan.

"Jeje, ayo ke UKS?" ajak Samantha tapi digelengi oleh Jeremy.

"Tidak terlalu parah. Aku baik." Perkataan dan keadaan berbanding terbalik. Samantha ingin menolong, tetapi mood Jeremy yang seperti ini harus di jauhi.

"Oke, tapi setidaknya nanti kau tetap harus mengoleskan salep luka bakar."

"Aku akan mengobatinya nanti, tenang saja."

Samantha hanya bisa kembali mengerjakan tugasnya sebelum kelas berakhir.

.

Kelas berakhir, Jeremy langsung pergi ke ruang Osis, melupakan tangannya yang terlihat memburuk. Mood nya masih buruk karena Quan Zhou. Lelaki itu, bagaimana dia tau? Apakah Ketua Osis membocorkannya? Tapi anak itu anak baru. Tapi tidak menutup kemungkinan mulut ketua Osis kelepasan.

Aura transparan Jeremy yang transparan dan ditambah aura kegelapannya membuat suasana lorong sekolah yang ia lewati menjadi horror dan horror. Bahkan itu berlalu sampai di ruang Osis. Beberapa anggota Osis kaget melihat Jeremy yang datang.

"Astaga, manusia." Itu adalah ucapan kaget Ren.

"Jeje, kau membuat jantung kita hampir copot, oke!" kali ini suara Jessica yang menyebalkan.

"Maaf." Singkat, padat, jelas. Pantas ketua Osis memilih lelaki ini menjadi salah satu seksi keamanan walau bertubuh kecil dan nampak lemah. Jeremy juga menyerahkan makanan pesanan Jessica.

"Nah, aku perkenalkan anggota baru kita, Jeremy Clareon. Dia akan ada di devisi keamanan."

"Salam kenal. Mohon kerjasamanya." Ren mengangguk kecil dengan tatapan datar seperti biasa.

"Oke, kalian kembali bekerja. Senior Jo, akan datang menemui Jeremy."

Ren memberi isyarat Jeremy untuk mengfikutinya. Anggota osis lain mulai bergossip tentang anak baru ini. Mereka membicarakan bagaimana rupanya yang manis tapi tidak cocok dengan pekerjaan kasar ini. Ren membawa Jeremy ke ruang latihan Karate, meninggalkan Jessica yang masih banyak pekerjaan. Dalah hati Jessica berharap Ren menanyai tentang dirinya dihadapan Jeremy. Ia percaya Jeremy tdak akan pernah menjelek-jeleknnya.

"Oh inikah Jeremy? Woaahhh sangat tidak dapat kupercaya." Seorang siswa kelas tiga berbadan besar dan tinggi datang. Dia adalah Jonathan, ketua devisi keamanan karena hanya dia anggota keamanan yang tersisa.

DJeremyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang