Fang 8 | Leave it All

299 56 3
                                    

.
.
.

Fang 8
Leave it All

.
.
.

Aroma tanah tercium cukup pekat karena hujan kemarin. Kentang-kentang di kebun kecil itu terlihat sangat segar meskipun masih ditutupi oleh tanah. Sophia bisa membuat makanan yang lebih enak nanti. Namun, sepertinya Raven harus memakan-makanan yang lebih halus sehingga mudah ditelan daripada makanan yang enak.

Sembari mencuci sayuran dengan aliran sungai yang jernih dan menyejukkan, Sophia tersadar saat melihat ikan-ikan yang berenang tak jauh darinya. Raven juga butuh makanan lain agar cepat sembuh.

Sophia mengambil alat memanahnya dengan segera setelah mencuci kentangnya. Ia memasang anak panah dan mengarahkannya pada ikan yang ukurannya tidak terlalu kecil. Raven biasanya menangkapnya dengan tangan kosong, terkadang dia menggunakan tombak kayu yang ia buat dengan tangan.

Percobaan pertamanya gagal. Ia menghela napas kecewa. Anak panahnya terlalu lemah melawan arus air, tetapi dia tidak menyerah. Kali ini ia menarik tali busurnya lebih kuat daripada sebelumnya. Ia menargetkannya pada ikan yang tidak terlalu jauh dari posisinya saat ini.

Sophia berseru senang. Tiga ikan yang ia tangkap dengan susah payah sepertinya akan lezat jika dicampurkan dengan kentang panggangnya. Ia juga bisa membuat bubur kentang dengan daging ikan bakar untuk Raven. Setelah itu, ia bisa memberikan Raven segelas darah dengan campuran tetesan darahnya.

Itulah rencana Sophia siang ini. Gadis itu kembali berpikir. Setelah memastikan Raven makan dan meminum darahnya, ia akan merawat Raven untuk sementara. Setelah itu, Sophia yang penasaran dengan isi rumah akan pergi berkeliling. Ia bisa mengambil beberapa barang yang dapat ia gunakan selama perjalanan nanti.

Sophia menghela napas. Ia hanya bisa berharap agar kesehatan Raven kembali membaik.

***

Sophia tak habis pikir. Ini sudah hari ketiga sejak Raven demam, tetapi entah mengapa suhu panasnya tidak juga turun. Sophia ingat jika Raven masih mau makan, meskipun ia hanya menghabiskan setengahnya atau tiga perempatnya.

Setidaknya Sophia bersyukur karena Raven masih mau memakannya. Namun jika dipikir kembali, seharusnya suhu badan Raven sudah membaik hari ini, tetapi saat ini Sophia bahkan tidak berhenti mengganti kompres Raven.

Sophia bahkan tidak tahu apa penyebab Raven tiba-tiba demam tinggi. Apa mungkin ini disebabkan oleh hujan kemarin lusa? Atau karena Raven yang tidak pernah meminum darah selama beberapa hari?

Jika memang dikarenakan karena darah, Sophia tidak tahu harus melakukan apa lagi. Ia sudah tidak dapat menemukan sekantung darah di dalam tas Raven meskipun ia sudah mengeluarkan semua isinya. Sebenarnya ia bisa saja memberikan darahnya secara cuma-cuma.

Memberikan Raven segelas penuh berisi darahnya mungkin dapat membuat tubuh Raven jauh lebih baik, bahkan Sophia berpikir jika tubuh Raven dapat sembuh dalam sekejap. Namun, tentu saja itu adalah pilihan yang berbahaya.

Sophia harus membuat goresan yang cukup dalam untuk mengisi gelas itu. Ia tidak hanya khawatir akan rasa sakitnya, tetapi luka seperti itu akan memakan waktu lama dalam penyembuhannya. Aroma darahnya sepertinya juga akan tercium lebih tajam. Jika ia tidak berhati-hati, maka bisa saja ia mengundang manusia serigala atau vampir lain untuk datang dan menangkapnya, atau bayangan tentang Raven yang tidak dapat mengendalikan dirinya juga sama buruknya.

"Raven," panggil Sophia pelan. Meskipun ia mendekatkan mulutnya ke telinga Raven, tetap saja tidak ada respon apa pun dari pria itu. Raven tidur nyeyak sekali.

Roses | Book 2 of 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang