Fang 20 || The Old Feeling

253 48 11
                                    

.
.
.

Fang 20

The Old Feeling

.
.
.

Raven tersentak dan memperbaiki posisi berdirinya, tangannya bergerak sedikit tanpa ia sadari untuk menutupi surat yang selalu ia pegang. Raut wajahnya yang sebelumnya dikatakan oleh ibunya sedang bersemi berganti dengan tatapan kesal.

Suara tawa dan pukulan pelan pada lengannya semakin membuatnya kesal. "Owh, berhenti membuat wajah seperti itu! Apa kau tidak tahu betapa bahagianya aku dapat melihatmu seperti itu?" Pukulan ringan itu berubah menjadi sentuhan lembut. "Aku senang kau bisa kembali."

Raven diam membisu. Raut wajah yang yang ditampilkan oleh ibunya menjadi salah satu penyebab mengapa dirinya tidak dapat meninggalkan desa ini. Pria itu tidak dapat membayangkan kesedihan ibunya yang berlarut-larut.

"Maafkan aku," bisik Raven sendu. Ibunya tersenyum dan menggeleng, mengatakan bahwa semuanya sudah baik-baik saja tanpa suara yang keluar dari bibirnya.

"Jadi, seperti apa gadis itu?" Raven menatap ibunya datar. Sepertinya wanita itu tidak akan pernah berhenti menggodanya.

🌹🌹🌹

Tudung berwarna biru tua itu terlihat menutupi seluruh kepala itu dengan baik, membuat penyamarannya sukses besar saat berhasil melewati penjaga gerbang. Ditambah lagi dengan adanya gadis pelayan di sampingnya membuatnya mudah untuk lolos dari penjaga.

"Terima kasih, Blue. Dengan ini kebosananku mungkin akan menghilang," seringai kecil muncul di wajah Sophia disusul dengan tawa lega.

"Tidak masalah. Saya harap tidak akan terjadi hal buruk nanti, jika Lord Windblows tahu hal ini, mungkin saya akan dipecat," ucap Blue. Pelayan itu kini menanggalkan seragam sehari-harinya dan menggantinya dengan sebuah gaun sederhana yang membuatnya terlihat seperti gadis desa. Padahal dirinya juga keturunan bangsawan meskipun hanya tingkat rendah.

Sophia juga mengenakan hal yang sama. Sudah lama rasanya ia tidak menggunakan pakaian sederhana yang tidak mencolok seperti ini. Hanya sebuah gaun berwarna ungu tua dan putih yang berbeda jauh dengan gaun mewah yang biasa ia gunakan. Entah mengapa kini ia jadi merasa lebih ringan dan mudah bergerak.

"Ke mana kita akan pergi?" tanya Blue. Pergi keluar manor bukanlah idenya, jadi dia tidak tahu apa tujuan Sophia.

"Ke mana saja! Aku hanya ingin mencoba makanan di sekitar sini dan melihat-lihat jalanan kota. Oh, ada satu orang yang ingin aku kunjungi juga!" Sophia berseru penuh semangat. Gerak-geriknya menunjukkan bahwa ia tidak sudah tidak sabar untuk pergi mengelilingi kota.

Blue mengikuti Sophia dari samping dan memberikan berbagai rekomendasi makanan jalanan yang harus dijejalkan ke dalam mulutnya. Melihat-lihat barang apa saja yang dijual di pasar itu, mencoba berbagai hiasan rambut dan memadupadankan dengan pakaian yang ada dalam lemarinya.

Hingga mereka sampai di tempat tujuan Sophia. Gadis itu sedikit memutar otaknya untuk mengingat jalan apa yang dapat ia lalui untuk menuju ke titik tujuan. Tidak ada yang berubah dari tempat itu dan membuatnya Sophia segera mengingatnya dengan cepat.

"Selamat datang! Apa ada yang ingin Anda cari?"

Sophia tersenyum, berbeda dengan Blue yang keheranan dengan tempat yang diinginkan Sophia untuk dikunjungi. "Maaf, kami tidak ingin membeli sesuatu saat ini," kata Sophia dengan membuka jubah bertudungnya. Wajah pria itu menunjukkan raut terkejut, tetapi segera tersenyum saat melihat gadis yang dikenalnya.

Roses | Book 2 of 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang