Fang 18 || Unrepeatable Happiness

252 53 3
                                    

.
.
.

Fang 18

Unrepeatable Happiness


"Jarang sekali melihat manusia di manor ini, apalagi aku tidak melihat pekerja selain manusia di sini. Kau tidak seperti pekerja. Kau pasti istimewa. Ditambah lagi dengan aroma tubuhmu, sesaat kupikir kau adalah mate-ku."

Sophia terkejut mendengarnya. Rahangnya mengeras. Satu lagi vampir yang dapat mencium aroma Sophia dan mengaku sebagai pasangannya. Demi keriput samar di wajah pria itu, Sophia tidak akan pernah mengakuinya, kecuali untuk Raven. Jadi, ia hanya mengulas senyum palsu mendengarnya.

"Tapi kau memang aneh. Kupikir dia sudah menandaimu, tetapi sepertinya aku salah. Kau punya aura manusia, tapi juga aura vampir dan werewolf. Seingatku manusia biasa tidak bisa memiliki tiga aura sekaligus. Dua saja langka, apalagi tiga. Kau menarik," puji pria itu dengan seringai yang tampak tak asing di mata Sophia.

"Saya hanya manusia biasa. Banyak vampir dan werewolf yang berkata bahwa saya punya darah dan aura yang menarik, banyak dari mereka yang mengejar saya hanya untuk mendapatkan tubuh ini. Untuk saat ini, Lord Windblows dengan murah hati melindungi saya dari mereka," cerita Sophia. Tatapan mata pria itu semakin menatapnya dengan penuh ketertarikan.

"Apa itu sebabnya kau memakai dua pendant yang berbeda padahal itu bukan milikmu? Aku yakin jika satu dari mereka adalah lambang klan Windblows. Hmm, dan satunya seperti lambang dari klan manusia serigala. Mereka tampak tidak asing bagiku. Kupikir Lord Windblows yang memberikan pendant itu, bagaimana dengan pendant yang lainnya? Aku tidak pernah ingat jika dia punya yang seperti itu."

Sophia tertawa kecil dan menggeleng. Ia suka dengan sifat pria itu membaca lingkungannya dengan detail. "Ini bukan dari Lord Windblows. Saudaranyalah yang memberikannya kepadaku. Dia juga yang meminta Lord Windblows untuk melindungiku di tempat ini."

Sophia merasa tidak nyaman dengan senyum miring pria itu. Ia seperti sedang menatapnya dengan pandangan menilai. Namun, ia tetap berusaha agar terlihat tenang meski sedang merasa terancam.

"Jika aku tidak salah, itu pasti milik klan Aismount, bukan?" Pria itu menyentuh dagunya dan memicingkan matanya. "Aku jadi penasaran, siapa cucuku yang mau melakukan hal itu?"

Sophia terkejut. Otaknya tengah memproses kalimat yang baru saja diucapkan oleh pria dihadapannya. Sebelum ia benar-benar mengerti, seseorang dari kejauhan berteriak ke arah mereka dengan terburu-buru.

"Tetua?! Tetua Windblows!"

Apa yang dibayangkan oleh Sophia menjadi kenyataan. Ia tidak menyangka jika dihadapannya, berdiri pemimpin klan yang sering dibicarakan oleh Sue dan Raven. Terjawab sudah mengapa dia dapat mencium aroma mawarnya dan mengenal dua pendant yang dipakainya.

"Padahal aku sudah berkata jika sebaiknya kau duduk tenang saja saat aku mendapat tamu. Tapi kau malah di sini berbincang-bincang dengan santai sementara aku mencariku ke seluruh manor?"

Sophia sedikit terkejut mendengar kalimat yang diucapkan oleh Lord Windblows sedikit berbeda dari biasanya. Bangsawan itu menggunakan kalimat yang lebih santai kepada seseorang yang lebih tua darinya. Keduanya pasti sangat dekat.

"Mana mungkin aku duduk diam saat mencium sesuatu yang lezat? Aku tidak tahu jika ternyata kau menyembunyikan sesuatu dariku," jawab tetua Windblows. "Mungkin aku tidak akan bosan seperti di manor utama jika menghabiskan waktu dengannya."

Roses | Book 2 of 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang