Fang 21 || Say Goodbye

278 52 5
                                    

.
.
.

Fang 21
Say Goodbye

.
.
.


Di tengah kerumunan yang menghening, Sophia dapat mendengar suara detak jantungnya sendiri. Tenggorokannya seperti tertahan sesuatu yang sangat besar. Tidak ada bayangan apapun dalam pikirannya selain kematian dan kegelapan. Darah yang mengalir keluar dari kepalanya berhasil mengundang seluruh monster yang ada dalam Kota Centerbay.

Gerakan kecil yang dilakukan oleh orang asing membuat suasana yang membeku tiba-tiba lenyap. Semuanya dengan serempak bergerak menuju gadis yang terduduk dengan kaki yang seperti tertanam dalam bumi seluruhnya.

Gadis berambut pirang yang berdiri di sebelah Sophia mengambil pedangnya dengan cepat, merentangkan tangannya yang lain agar Sophia dapat bersembunyi di balik punggungnya yang sama-sama berukuran kecil. Ia mencengkram erat gagang pedangnya, tak ada waktu untuk menelan ludah atau bernapas. Ia akan mempertaruhkan seluruh napasnya untuk atasannya.

Hanya dalam sepersekian detik setelah Blue menarik pedang yang tersembunyi dalam jubahnya. Sesosok pria tegap berkharisma berdiri di depan kedua gadis itu tiba-tiba. Hanya dengan satu rentangan tangan, semua makhluk yang bergerak ke arah mereka terjatuh dalam sekejap, menutup mata mereka seakan tertidur dengan mata setengah terbuka.

Mata merah vampirnya yang bercahaya saat menatapnya membuat Blue seakan tidak dapat merasakan tulang kakinya dan membuatnya ikut terduduk di depan Sophia. Mata birunya yang melirik takut-takut mendapati banyak pengawas jalanan yang berdiri di atas atap dan beberapa di bawah jalanan. Mereka membawa senjata yang sama, sebuah crossbow yang diisi dengan racun pelemah.

"Hampir saja aku mati di tangan saudaraku sendiri." Kalimat sinis yang diucapkan oleh vampir itu membuat Sophia menunduk dalam menyesali perbuatannya.

"Maafkan saya, Mylord." Suara yang bergetar keluar dari kerongkongan Sophia.

"Saya sangat menyesali perbuatan saya. Saya siap untuk menjalani hukuman yang Anda berikan." Blue bersimpuh di hadapan Lord Windblows, menunduk dalam seperti yang Sophia lakukan. Jika Tuannya datang terlambat dalam beberapa detik saja, ia tidak akan tahu apa yang akan terjadi dengan kota ini.

Tidak ada jawaban dari Lord Windblows. Ia seperti mengabaikan kedua perempuan yang bersimpuh di bawah kakinya, yang ia lakukan hanya melirik mereka dan membiarkan kalimat yang diucapkan oleh mereka masuk ke dalam telinganya.

"Bawa mereka ke tempat yang aman! Berikan darah pada vampir dan hasil buruan pada manusia serigala setelah semuanya sadar! Amankan pemilik kuda dan bersihkan kekacauan dengan cepat!" perintah Lord Windblows pada semua bawahannya.

Blue dan Sophia masih setia menunduk dengan menunggu kalimat dari pemilik tanah untuk mereka. Beserta dengan kekesalannya dan kelelahan yang diakibatkan oleh dua gadis itu, Lord Windblows bertitah dengan nada rendah, "Alyssum, bawa Nona Rosewood ke kamarnya dengan kereta kuda, obati dia, dan pastikan tidak ada darah yang keluar darinya!"

Blue mengangkat kepalanya, sedikit terkejut dengan perintah yang diberikan kepadanya. Ia melirik Sophia yang masih menunduk dengan perasaan bersalah. Meski kebingungan dengan perintah yang tidak sesuai dengan bayangannya, Blue segera melaksanakannya.

Tatapan mata kebingungan sekaligus ketakutan dirasakan oleh Lord Windblows pada rakyat manusianya. Tidak heran karena jalanan kini menampilkan tubuh-tubuh vampir dan serigala yang bergelimpangan. Ia melirik Sophia dan Blue yang memasuki kereta kuda dengan kaki gemetar. Kekasih sepupunya itu pasti sudah melihat neraka yang menakutkan dan ia juga sudah dibayangi oleh tatapan mengerikan Raven.

Roses | Book 2 of 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang