Fang 27 | All Men are the Same

607 77 32
                                    


.
.
.

Fang 27

.
.
.


Pandangan Sophia bergerak pelan. Ia menatap tak minat pada pria tegap yang berdiri di ambang pintu, bahkan tatapan kebencian yang biasa ia berikan kepadanya masih terlalu berharga.

"Jangan menatapku seperti itu." Hemlock membuka suaranya dengan senyuman menjijikkan. "Aku benar-benar kagum padamu. Semua yang ada dalam dirimu sangat istimewa. Belati yang kau tusukkan kepadaku itu berbahaya, aku terkejut kau tahu kelemahanku. Aku pikir itu hanya belati perak biasa. Melihatmu tetap bernafas seperti ini merupakan sebuah keajaiban."

Sophia tetap membisu, meski tangan yang berhasil ia lukai sebelumnya kini menyentuh wajahnya.

"Kau memang berhasil melukaiku, sayangnya darahmu memang luar biasa. Lukanya kini sudah hampir sembuh. Jika aku hanya seekor manusia serigala atau vampir biasa, mungkin aku sudah kembali normal saat inI," ujarnya.

Hemlock menyipit saat menatap Sophia. Gadis itu sama sekali tidak menjawab percakapannya. Ia seperti berbicara kepada sebuah boneka bekas saja.

"Ah, mungkin percakapanku memang tidak menarik, mari kita ganti topiknya, Sophia sayang!" Hemlock masih tidak menyerah. "Kau pasti akan senang mendengar hal ini. Kau mungkin tidak menyadarinya, tetapi aku dapat menciumnya. Aroma vampir dan serigala dalam satu tubuh, ada orang asing yang mendekat kemari."

Vampir dan serigala?!, batin Sophia terkejut. Ia mengangkat kepalanya dengan cepat. Tatapannya berubah drastis seakan-akan ia sudah menemukan kembali cahayanya. Tanpa diberitahu pun, Sophia tahu jika Raven lah yang Hemlock maksudkan.

Hemlock diam-diam mengembangkan senyumannya. Sophia berhasil memasuki perangkapnya seperti yang ia harapkan. Mainannya saat ini seperti sudah kembali bergerak dengan normal.

"Aku bertanya-tanya, kira-kira apa yang harus aku lakukan untuk membunuhnya? Apa aku harus muncul dengan wujud vampire?" Iris Hemlock berubah menjadi merah darah. "atau dengan wujud serigalaku?" warna kuning menyala kini menggantikan warna merah dalam sekejap.

Sophia berdecak kesal. Ia sudah menebaknya, Hemlock tidak pernah menyembunyikan fakta bahwa dia memiliki wujud vampire dan serigala. Hemlock tidak ada bedanya dengan Raven, dia punya dua wujud berbeda, sama langkanya dengan pria yang sedang berjalan ke menara ini. Jika seperti ini, apa mungkin Raven akan sampai di sini dengan selamat.

"Mungkin aku memang harus menyambutnya dengan meriah. Bagaimana jika aku menggabungkan keduanya?" Tanya Hemlock kepada dirinya sendiri, meski begitu ia juga bermaksud untuk menggoda gadis di depannya.

Hemlock berbalik memunggungi Sophia. Sudah cukup baginya untuk mengusiknya. Tatapan Sophia yang semakin berair itu memberikan kepuasan tersendiri dalam dirinya.

Sesuatu dalam diri Hemlock bergejolak. Ia tidak sabar untuk bertemu dengan tamu yang tak diundang itu. Mungkin jika ia bisa mengalahkannya dan memberikan jasadnya pada Sophia, ia akan melihat ekspresi yang tidak biasa.

Sophia menatap punggung Hemlock tak percaya. Ia tidak ingin terjadi sesuatu kepada Raven. Rahang Sophia mengeras, Kedua tangannya terkunci dengan rapat, kakinya tidak lagi dapat bergerak, ia sudah tak memiliki belati berharganya lagi. Ia benci pada dirinya sendiri yang tidak dapat melakukan apa-apa.

Padahal Raven sudah pasti akan mempertaruhkan nyawanya hanya untuk melihatnya hidup dengan normal, meski sejak kelahirannya, Sophia tidak pernah merasakan kesempatan untuk hidup dengan normal.

"Ra... ven," panggil Sophia lirih. Lagi-lagi ia hanya berakhir seperti gadis cengeng yang lemah, yang mempertanyakan alasannya hidup di dunia ini.

---

Roses | Book 2 of 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang