Camille

605 56 18
                                    

Hari senin pagi yang menyegarkan. Di wajah Daniel seperti tertulis 'cuaca yang cerah'. Tanpa sadar ia menunjukkan wajah penuh senyuman sambil memberikan salam kepada setiap orang yang ditemuinya.

"Sekertaris Lee, apa akhir minggumu menyenangkan?" Daniel mengucapkan salam terlebih dahulu sambil masuk ruangan. Sekretaris Lee merasa terkejut sampai tak bisa membalas salamnya. Masih jelas dalam ingatan sekretaris Lee bahwa selama dua minggu yang lalu Daniel membuat para pegawai tak bisa bernapas lega. Karena itu, ia agak susah beradaptasi dengan sosok Daniel yang berubah seratus delapan puluh derajat setelah menghabiskan akhir minggu untuk berlibur itu.

"Tolong bawakan aku kopi." Daniel berbicara dengan suara yang sangat merdu seperti artis pengisi suara.

"Baik, Pak Direktur."

"Ah, lalu hubungi Direktur Pusat Kang Hyunbin untuk segera datang kemari."

"Baik. Saya mengerti." Sekretaris yang cepat tanggap itu menjawab dengan hati-hati. Sesampai di ruangannya, Daniel menghentikan langkah. Dengan perlahan ia membalikkan badan dan itu cukup membuat sekretaris Lee merasa ketakutan.

"Sekretaris Lee."

"Ya. Ya, ada apa Pak Direktur?" Sekretaris Lee yang merasa ketakutan itu menjawab dengan suara gemetar.

"Mm, gaya rambut itu sangat cocok denganmu."

"Te, terima kasih."

Seandainya saja selama setahun setiap harinya selalu begini pasti akan sangat menyenangkan. Gaya rambut! Bagaimana bisa dia tahu? Padahal aku hanya memotong sedikit poni.

Melihat Daniel yang seperti itu tidak membuat Sekretaris Lee senang, ia justru merasa takut. la yakin bahwa ada hal lain yang membuat Daniel seperti itu, karena Sekretaris Lee tak bisa menyalahkan Daniel kecuali karena sikapnya yang kasar. Meskipun suasana hatinya yang senang itu bisa saja menghilang dalam waktu yang tak tentu, paling tidak minggu ini keadaannya membaik. Sekretaris Lee pun langsung menghubungi kantor sekretaris Direktur Pusat.

Sebelum Hyunbin datang, Daniel menyalakan laptop dan mulai melihat jadwal hari ini. Pada sore harinya, jika pertemuan para direktur dibatalkan, maka tidak ada hal yang penting lagi. Daniel berniat untuk bisa pulang lebih awal dan menjemput Jihoon di tempat kerjanya. Daniel ingin memastikan bahwa di tempat kerja Jihoon tak ada orang yang memiliki perasaan cinta pada pemuda itu. Jika ada, maka Daniel ingin memberitahunya kalau Jihoon sudah memiliki kekasih.

Begitu duduk di kursinya, Daniel sudah menunggu waktu pulang kerja. Daniel yang tak percaya dengan dirinya yang sedang tergila-gila pada Jihoon mendadak menyeringai. Padahal, biasanya sulit bagi Daniel melepaskan perhatiannya dari angka-angka yang ada dalam dokumen.

Saat Daniel menenggelamkan diri ke kursi, terbayang wajah Jihoon.

Ini benar-benar parah.

"Haaaah..." Itu hal yang tak mungkin tapi memikirkannya saja membuat Daniel menarik napas panjang. la berpikir, mungkin akan lebih baik jika bisa mendengar suara Jihoon. Daniel mengangkat sebagian tubuh untuk mengambil ponsel di meja.

Pemuda ini cukup bersikap acuh tak acuh. Setelah hari minggu sore Daniel mengantarkan pulang ke officetel -nya, sejak itu Jihoon sama sekali tak mengirimkan pesan pendek. Daniel yakin bahwa mereka sudah melewati banyak waktu bersama, hanya saja ia merindukan pemuda itu.

Saat Daniel mengetuk-ngetukkan jari di meja sambil berpikir apakah ia harus mengirimkan pesan terlebih dahulu atau tidak pada Jihoon, terdengar dering suara interkom.

Bip Bip Bip, Bip Bip Bip.

"Ya."

[Direktur pusat Kang Hyunbin sudah tiba.]

Ain't Me (NielWink)Where stories live. Discover now