Deana

382 47 15
                                    

Pagi-pagi sekali Jihoon berangkat menuju kafe. Ia membuka pintu dan memanaskan oven, bersiap untuk memasak pie. Satu persatu bahan dikeluarkan untuk membuat pie.

Wangi Pie yang sedang dimasak menyebar ke seluruh ruangan kafe. Terakhir, Jihoon memberikan hati dan jiwanya, kemudian jadilah Lemon Crumble Tart. Tanpa ia sadari, sudah waktunya untuk membuka kafe.

Inilah waktu bekerja Daehwi dan Hyeongseob, begitu pintu kafe dibuka maka kue pie buatannya akan segera laku terjual. Jihoon menyelesaikannya dengan memajang indah pie buatannya. Berbeda dengan biasanya, kali ini ia mengernyit karena merasa sakit kepala.

Kini ia baru merasa bahwa ucapan Daehwi benar untuk membiarkan para pekerja paruh waktu melakukan tugasnya. Meskipun satu per satu pie sudah mulai dimasak, karena bahannya memang beragam, mempersiapkannya saja bukan hal mudah.

Terlebih lagi, karena memikirkan seorang pria, Jihoon tak bisa melakukan pekerjaannya dengan benar. Pertemuan mendadak dengan pria itu membuatnya terkejut, ditambah lagi dengan menghabiskan waktu dengannya membuat Jihoon kelelahan.

Entah apa yang pria itu pikirkan. Setelah hari itu, mereka tak berkomunikasi lagi. Jihoon pun hanya bisa berusaha untuk menyingkirkan pertanyaan yang ada di pikirannya. Karena semua itu, setiap harinya Jihoon sulit untuk fokus dalam bekerja. Kini ia hanya ingin secepatnya menata hati hanya demi kafe yang sedang dikelolanya. Situasi seperti ini membuatnya lebih sulit untuk bertahan.

Bisa saja sakit kepalanya sekarang ini pun karena masalah itu. Hari ini Jihoon harus mengajar. Jihoon bingung bagaimana dirinya harus berhadapan dengan Nyonya Kim. Jika benar Nyonya Kim adalah ibunya Daniel, memikirkannya saja sudah membuat kepalanya pening. Entah bagaimana takdir mereka bisa seperti ini.

Jihoon yang sedang berpikir keras itu meletakkan tangan di meja, lalu ia mengeluarkan ponsel kemudian menelepon seniornya.

["Halo?"]

"Sunbae, ada yang membuatku penasaran."

["Oh? Sepertinya cukup serius."]

Karena sore ini Jihoon ada jam mengajar, jadi itulah waktu yang tepat untuk menanyakannya. Karena itu, ia menelepon seniornya pagi-pagi sekali.

"Ya, kau benar." Jihoon menjawab dengan suara tenang. Dugaan dan apa yang langsung didengar akan sangat berbeda. Jika Nyonya Kim adalah ibu Kang Daniel, maka Jihoon harus coba memikirkannya lagi.

["Kau membuatku gemetar. Bagaimanapun, kau tahu kan aku punya kesalahan karena pernah akan menjodohkanmu."]

"Aku berpikir untuk membiarkannya saja."

["Baiklah, aku akan menyiapkan hatiku. Katakanlah."]

"Apakah benar, Nyonya Kim itu dari grup KYE? Maksudku ibu dari orang yang kencan buta denganku itu."

["Oh? Itu. Be... benar. Kalau tidak salah anak pertamanya. Kenapa apa ada masalah?"]

"Tidak ada. Baiklah aku mengerti. Sampai jumpa nanti." Jihoon langsung beranjak dari tempat duduk dan melangkah menuju meja depan lalu membuka laci. Di dalam laci itu terdapat obat pereda nyeri, ia mengeluarkannya dan menelan obat itu sambil meminum air.

Tanpa bertanya lebih detail, mendengar tanggapan Jihoon saja seniornya terlihat seperti mengetahui sesuatu. Entah sejauh mana seniornya itu tahu.

Begitu banyak pertanyaan, apakah benar-benar permohonan Nyonya Kim ataukah Daniel yang secara langsung memintanya.

Kepala Jihoon terasa pusing, ia pun mengerutkan dahinya.

Triingg.

Hyeongseob membuka pintu lalu masuk.

Ain't Me (NielWink)Where stories live. Discover now