Senja

63 9 1
                                    

AHH Sialllllllllllll
   ku kira pesan masuk di WhatsApp messenger ku dari "Senja"

"dimana bang ? Galau nih nongkrong dirumah Abang bisa nggak bang ? butuh masukan nih"  Sebuah pesan masuk tertera nama ibong,

tak terasa mulutku mengumpat,
hadeuhhhh bong momentnya nggak tepat !
     "Mampir aje sini, gw dirumah kok" akhirnya aku menyerah ku kirim pesan ke Ibong,

"Assalamualaikum bang" salam Ibong didepan pintu,

masuk aje bong nggak gw konci,

  "Bang ane ada martabak nih, sorry bang ya beginian doangan"

   yaelah lebay bgt sih lu,
nih gw bikinin kopi nih, jarang"kan lu gw yg bikinin,,,

"Yehh gausah bang elah bang ane aja yang bikin dah"

sans bong gantian elahhh, , ,

kamipun duduk di teras walau tak terlalu besar namun cukup untuk 5 s/d 7 orang
  dari tawa yang terbahak-bahak sampai akhirnya kamipun mulai menurunkan tempo dan sesi "JOR JOR AN" (Jomblo Jomblo minta saran) pun dimulai,,,

"Bang, ane baru putus bang cewek ane selingkuh bang"

   lahhh ? perasaan Bae" aje bong ?
karena aku tau Ibong itu tipe cowok yang bucin tapi tidak terlalu ya kira" 45% lah takarannya haha

"iya bang, tadi gue liat sendiri dia naik motor dianterin sama cowok lain, gue kesel lah, pas cowoknya balik lagi langsung aja gue berentiin, untung aja nggak gue tusuk tuh dia bang kesel banget gue"

  anjirrr, kok bisa sih
padahalkan *plenting* sebuah lampu notifikasi dari WhatsApp messenger pun membuat jantungku berdebar-debar,,

Senja : mas ? bisa kerumah ?

Ahh sial ada apa ini,,, umpatku

Aku : iya Senja aku kesana sekarang,,

"Sorry bong yee gue ada urusan sebentar, lu mau nunggu nggak apa-apa, mau cabut juga gapapa"

aku tau Ibong kecewa tapi aku yakin ia akan mengerti,

ku nyalakan sepeda motor ku lalu bergegas menuju rumahnya,
sama sekali tak ada pikiran buruk ataupun baik semua terasa biasa saja,

"Assalamualaikum" aku merapikan baju yang mulai kucel

"Waalaikumsallam" sebentar mas

*Klekkk*
Gerbang mulai terbuka

Senja ?

Iya, aku mas,,,

Aku pun kaget mengapa aku memanggil namanya,
namun tak bisa ku pungkiri hari ini ia bagai Bidadari , cantik, dengan wajah yang dipoles dengan beberapa make up yang berpadu dengan indah dengan kerudung pasmina nya,

"Tidak, aku kira Vania tadi yang membukakan gerbang"

dia hanya tersenyum,
Mari masuk mas, tawarnya'

Aku melangkah sedikit gemetar menuju ruang tamu,

"Mau minum apa mas ?" Tawarnya

air putih saja' *jawabku* sambil tersenyum

iya pun berlalu menuju dapur,

"Silahkan mas" tawarnya sopan

Akupun mulai meminum apa yang disuguhkan tuan rumah
  namun tetap aku belum berani menatap matanya,,,

"Maaf mengganggu malam hari seperti ini mas" ia pun memulainya dengan tenang

"Iya kebetulan hari ini juga aku hanya nyantai aja lagipula apa yang harus aku khawatirkan aku seorang pengangguran sekarang, tak perlu takut kesiangan atau telat masuk pabrik" jawabku sedikit bercanda

ia pun tersenyum
"Perihal tadi, Apa benar kau mencintaiku mas ?"

  *Booooommmmmmmm*
Seperti aku mendengar suara boom tepat disebelah ku
aku mendengar jelas apa yang ditanyakan
   aku pun tau apa yang ia maksud,
tapi mulut ini memilih bungkam,

"Mas ?" tanyanya meyakinkan bahwa aku tidak pingsan atau mimisan mendengar pertanyaan langsung dari seseorang yang kukagumi

ku bulatkan tekad,
jika memang harus HANCUR aku siap menjadi kepingan" kecil asalkan aku hancur karena berusaha memilikimu,

iya,
iyaa Senja, aku benar" mencintaimu
dan ku beranikan diri untuk menatap matanya,,,

Air mata menetes di pipinya,
ia membuka kacamatanya lalu mengelap kembali air mata itu,,,

*Bodoh* umpatku
   mengapa ia menangis ? ini pasti kecerobohan ku karena telah lancang mengatakan aku mencintainya,,,

tiba-tiba
sebuah anggukan dan senyum yang mengembang berkali-kali Senja lakukan


"Iya mas, akupun mencintaimu, dan aku bersedia untuk menjadi kekasihmu"

Senja ku

maaf bila aku mencintaimu tanpa permisi,
maaf bila aku mengagumimu dalam diamku,
maaf bila aku berusaha memilikimu dengan egoku,
kau adalah Rumah bagiku
kau adalah tempat yang nyaman untuk ku bernaung,
kau adalah jiwa yang tepat untuk ku berlindung
bukan sekedar bahu untuk bersandar,

FANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang