18

22 2 0
                                    

Meyra segera merapihkan buku dan kertas-kertas lalu memasukkan laptopnya ke dalam tas saat ketua kelompoknya mengatakan jika semua tugasnya sudah selesai ia gabungkan, dan tentu saja hari sudah mulai larut karena mereka bertemu dan mengerjakan tugasnya dari sore karena sangat sulit mengumpulkan anggota kelompoknya.

Kemudian keempat orang itu pergi keluar cafe, mereka mengerjakan tugasnya di salah satu cafe yang ada di pusat kota yang menyediakan berbagai macam restoran dan cafe yang saling bersebelahan, selain itu juga ada toko-toko. Meyra memilih untuk berjalan asal, karena ia tidak ingin langsung pulang. Tetapi kakinya malah melangkah menuju arah parkiran.

"Meyra."

Meyra menoleh ketika ada yang memanggil namanya, ia menatap seorang laki-laki yang berdiri cukup jauh dari hadapannya. Lelaki itu melangkahkan kakinya mendekat.

"Gua mau ngomong, sebentar." Pinta Yangyang.

"Ngomong aja, jangan lama." Kata Meyra sedikit jutek.

"Balik sama siapa? Naik ojol kan? Ayo gua anter."

"Gua bawa mobil." Jawab Meyra sedikit gelisah, mengingat pesan yang Ten kirimkan tadi. Ten sedang berada di salah satu toko yang ada di pusat kota itu.

"Jangan ngehindarin gua, Mey. Kalau gua ada salah, lu harusnya bilang. Jangan tiba-tiba kayak gini."

"Yangyang! Apaan sih." Meyra menepis lengan lelaki itu yang memegang lengannya.

"Gua beneran bawa mobil, gak bohong." Kemudian Meyra mengeluarkan kunci mobil dari saku celana nya dan menunjukkannya kepada Yangyang.

Yangyang menatap kunci mobil itu dengan tatapan yang nanar lalu mengalihkan pandangannya pada Meyra.

"Kenapa akhir-akhir ini lu ngehindarin gua?"

Meyra memejamkan matanya sebentar sambil menghembuskan nafasnya pelan. "Tolong, tau batasan. Gua udah punya pacar." Kata Meyra dengan nada yang terdengar ada keraguan di dalamnya.

Kemudian Meyra meninggalkan Yangyang yang masih terdiam di tempatnya, ia berjalan cepat lalu masuk ke dalam mobilnya dan langsung melesat begitu aja. Setelah melihat mobil Meyra menghilang, Yangyang mengacak rambutnya frustasi.

"Lu denger sendiri kan, dia bilang apa?"

Yangyang membalikkan badannya dan melihat Ten yang sedang tersenyum sinis ke arahnya. Kemudian Ten mendekatinya.

"Gak bisa liat kalau dia risih sama elu?" Kata Ten begitu saat posisinya sudah berhadapan dengan Yangyang.

Yangyang tertawa sinis. "Lu gak sadar, kalau sebenernya dia takut sama elu bang?"

"Dan lu pikir gua gak tau kalau lu manfaatin dia doang buat bales dendam sama Kesya?"

Ten menatap Yangyang dengan geram lalu menarik kerah baju lelaki itu.

"Waktu itu gua biarin elu buat ambil Kesya, tapi sekarang gua gak akan biarin lu ambil Meyra. Jadi—jauh jauh dari Meyra!"

"Sampe kapan sih lu mau tutup mata dan tutup telinga sama semua penjelasannya Kesya? Gua sama dia gak ada apa-apa. Tapi dengan mudahnya lu berspekulasi sendiri."

"Lu di diemin makin ngelunjak ya, Yangyang?" Ten makin menarik kerah baju Yangyang dan menatapnya dengan tatapan yang tajam.

"Kesya gak salah apa-apa lu sakitin dan sekarang.. lu malah manfaatin Meyra." Yangyang berdecih.

"Gak usah ikut campur, bangsat!"

Perkataan Yangyang berhasil membuat amarah Ten naik, ia tak segan-segan menonjok wajah Yangyang dan membuat lelaki itu terhuyung ke samping. Yangyang langsung memegang sudut bibirnya yang terasa perih dan mengeluarkan darah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Friendship? | NCT21Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang