Different?

83 34 1
                                        

Nadya Gytha Abshari dan Tanya Dyra Abshari. Keduanya saudara kembar yang memiliki banyak perbedaan. Dari fisik, otak, sampai kasih sayang mereka dapatkan dalam porsi yang berbeda. Gytha yang lebih tua merupakan gadis cantik yang disukai oleh banyak orang. Sedangkan Dyra yang lebih muda merupakan gadis biasa yang tak peduli orang mau menyukainya ataupun tidak.

Dari segi fisik, Gytha memiliki bentuk wajah bulat dan berkulit putih yang didapat dari Hana sedangkan tubuhnya tinggi berisi sama seperti Yoga. Berbeda dengan Gytha, Dyra memiliki bentuk wajah oval dan kulit kuning langsat yang diwarisi dari Yoga sedangkan tubuhnya tinggi kurus persis seperti Hana. Dalam penataan rambut pun berbeda, Gytha yang terkesan feminim memiliki rambut hitam lurus yang selalu terurai sedangkan Dyra dengan rambut hitam lurus yang selalu diikat.

Gytha dikenal dengan sikapnya yang selalu positif dan percaya diri. Berprestasi dan selalu tampil merupakan ciri khas yang sudah melekat pada dirinya. Berbanding terbalik dengan Dyra yang pendiam dan terkesan menutup diri. Hidupnya juga membosankan, tak asyik seperti remaja kebanyakan.

Sedari kecil Gytha dan Dyra sudah diarahkan oleh Yoga dan Hana untuk menjadi anak yang pintar. Mereka ingin keduanya menjadi dokter. Setiap tahun Yoga dan Hana tak pernah absen mendaftarkan bimbel untuk Gytha dan Dyra. Bahkan keduanya selalu aktif dalam mengikuti perlombaan. Namun sayangnya, semua itu tak berlangsung lama.

Seiring pertumbuhan Dyra berubah. Ia menjadi pasif dan bermalas-malasan saat belajar yang mengakibatkan nilai sekolahnya menurun drastis. Tentu hal ini beralasan, sejak masuk SMP ia mulai mengetahui bahwa dirinya suka menggambar bukan menghapal dan menghitung seperti yang orangtuanya inginkan. Dyra sangat ingin menjadi desainer. Hampir setiap hari Dyra selalu menggambar baju rancangannya dan bermimpi kelak akan memiliki brand sendiri.

Lain hal dengan Dyra. Bisa dibilang kemampuan otak Gytha berbeda dari kebanyakan anak seusianya. Bahkan ia tak membutuhkan les. Gytha dapat menghitung dan menghapal dengan sangat cepat. Ia selalu aktif dalam belajar dan aktif dalam mengikuti lomba karena Gytha sadar bahwa cita-citanya tinggi, ia sangat ingin menjadi dokter Spesialis Bedah. Hal ini disebabkan karena sering menonton drama Korea bertema medis yang membuatnya membayangkan betapa menggagumkan jika ia memiliki profesi ini.

Saat ini Gytha dan Dyra bersekolah di Everdeen High School yaitu sekolah swasta terbaik di Bandung. Yoga dan Hana sengaja menyekolahkan keduanya di Everdeen agar mereka mendapatkan ilmu yang terbaik untuk mempersiapkan diri ke perkuliahan nanti. Dikira sudah benar, namun ternyata hal ini salah besar. Perbedaan lainnya mulai terlihat di sini.

Gytha terkenal sangat aktif mengikuti organisasi. Di sekolah, ia menjabat sebagai Sekretaris OSIS. Berbeda dengan Dyra yang lebih memilih menjadi siswa apatis. Gytha selalu berada pada peringkat tiga teratas bahkan tak jarang ia mendapatkan juara pararel. Sementara Dyra selalu berada di sekitar peringkat tiga terbawah.

Perbedaan ini sungguh merepotkan Yoga dan Hana karena sering menjadi gunjingan orang sekitar yang mengira bahwa mereka membeda-bedakan keduanya. Hana tak pernah mempermasalahkan karena menurutnya Dyra sedang mengalami masa pertumbuhan saja. Tetapi tidak dengan Yoga, ia mulai bersikap keras dan dingin terhadap Dyra yang membuat Dyra meyakini bahwa ayahnya memberikan kasih sayang yang berbeda antara dirinya dan Gytha.

Orang di sekeliling pun dengan melihat segala kelebihan yang dimiliki Gytha rasanya lebih menganggap Gytha daripada dirinya. Bagi banyak orang, Gytha adalah paket lengkap tetapi tidak dengan dirinya yang biasa saja.

Begitu banyaknya perbedaan di antara Gytha dan Dyra membuat tak sedikit orang yang meragukan bahwa mereka adalah saudara kembar. Kejadian saat mereka di kelas dua misalnya.

Lukman masuk ke dalam kelas tepat saat bel pergantian jam berbunyi. Pelajaran selanjutnya dilanjutkan dengan Fisika. Seperti biasa Lukman masuk sambil membawa mistar panjang dan beberapa bukunya.

Lukman meletakkan bukunya tanpa duduk lalu berjalan mengelilingi siswa. "Silakan absen nomor 10 maju untuk menjawab soal minggu lalu."

Suasana kelas yang tadinya santai saat pelajaran Sejarah, seketika berganti menjadi tegang saat Lukman mulai memasuki kelas.

Jika ditanya mengapa Dyra tak suka pelajaran Fisika, ini adalah salah satu alasannya. Ia paling tidak suka diminta untuk terlalu serius dalam belajar, karena menurutnya hal itu akan menghambat ilmu masuk ke dalam otaknya.

Untuk menghilangkan rasa tegang sambil menunggu giliran maju mendorong Dyra untuk melanjutkan gambaran tadi malam. Diambilnya buku sketsa di dalam tas yang sengaja ia bawa. Setelah itu ia asyik menggambar desain bajunya.

Saat menggambar, Dyra seperti tercabut dari dunia. Ia larut di dalam gambarannya seolah bercengkrama bersama objek yang dibuat dengan goresan-goresan pensilnya. Dan tanpa disadari sudah berapa kali Lukman memanggil namanya untuk menjawab soal berikutnya.

"Apa yang sedang kamu kerjakan?" Tiba-tiba Lukman sudah berdiri di sampingnya.

Dyra sontak kaget dan langsung menutup buku sketsa miliknya. "Maaf, Pak."

"Kamu tahu ini pelajaran apa?"

"Fisika, Pak."

Hari ini ia kembali menjadi pusat perhatian anak kelas dan kejadian seperti ini sudah terhitung ketiga kalinya sejak ia berada di kelas dua.

"Ini bukan kelas Seni, kalau mau menggambar silakan keluar!" Dengan suara keras dan amarahnya Lukman menunjuk keluar kelas. Lagi-lagi hanya kata maaf yang keluar dari mulut Dyra. Lukman menghela napas lalu diam sebentar.

Mata Lukman menatap Gytha dan Dyra bergantian. Kemudian melemparkan pertanyaan yang sudah sangat akrab bagi keduanya.

"Apa benar kalian kembar?" tanya Lukman masih tidak percaya.

Sebelum menjawab, Gytha dan Dyra saling menoleh. Wajah Gytha tampak prihatin menatap Dyra. Dyra menempelkan ujung jari telunjuk dan ujung jempol yang diarahkannya kepada Gytha menunjukkan bahwa ia baik-baik saja. Lalu keduanya kembali menghadap Lukman dan mengangguk.

Sempat terpikirkan bahwa mereka sebenarnya tidak kembar dan salah satunya hanya anak angkat atau mungkin saja tertukar. Tetapi selalu dijawab bahwa Hana melahirkan di Klinik Bersalin dekat rumah dan saat itu tidak ada bayi lain selain Gytha dan Dyra. Dokter yang membantu persalinan juga menjelaskan bahwa keduanya kembar tidak identik yang disebabkan adanya dua sel telur yang dibuahi oleh sperma yang berbeda sehingga menjadi dua embrio yang juga berbeda.

Akhirnya karena tak mau suuzan dan sakit hati, Gytha dan Dyra memilih untuk mempercayainya saja meskipun masih sering terbesit pada pikiran Dyra bahwa dirinya bukan anak kandung.

***

Reach For A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang