Progress

53 32 4
                                    

Suasana restoran sedikit ramai, tetapi tidak dengan meja makan mereka. Hening, tak ada yang membuka pembicaraan. Saat ini, Daffa sedang asyik memilih menu makanan sedangkan Dyra tetap fokus pada ponselnya. Sebelumnya, saat tiba di restoran tadi mereka langsung menghampiri Yoga terlebih dahulu begitu melihatnya keluar dari pintu dapur. Setelah mencium tangan Yoga, Dyra dan Daffa langsung pergi mencari meja. Namun tidak dengan Gytha yang memutuskan untuk mengobrol sebentar dengan ayahnya.

"Aku Kare, kamu apa?" tanya Daffa membuka pembicaraan.

"Chicken Katsu, Gytha juga sama," jawab Dyra. Jika ditanya apa persamaan Gytha dan Dyra, makanan kesukaan adalah jawabannya.

"Minumnya air putih semua aja, ya?" tanya Daffa lagi seraya mengangkat tangannya untuk memanggil pelayan.

Dyra mengangguk.

Sepulang sekolah tadi Gytha yang baru saja menyelesaikan urusan di ruang OSIS mendapat telepon bahwa ibunya sedang ada urusan di luar rumah dan tidak memasak untuk makan siang. Gytha diminta mengajak Dyra ke restoran milik ayahnya untuk makan siang di sana.

Kebetulan ia melihat Dyra dan Daffa sedang berjalan menuju parkiran untuk pulang bersama. Jadi, Gytha memutuskan untuk mengajak Daffa juga yang tentunya tak akan menolak setelah mendengar kata gratis.

"Udah pesen?" tanya Gytha tiba-tiba datang. Ia meletakkan tas di samping kursi Daffa lalu duduk di samping Dyra.

Dyra dan Daffa mengangguk.

Hening kembali. Mereka bertiga sibuk dengan pikiran dan ponselnya masing-masing. Sampai tak lama kemudian pelayan pun datang dengan membawa pesanan mereka.

"Makan dulu," ucap Daffa seraya membalikkan ponsel yang sedang Dyra mainkan.

Dyra langsung mendelikkan matanya sementara Daffa hanya menyeringai.

"Prom Night Dress Making," Gytha membaca pesan dari grup OSIS pada ponselnya, "Diterima juga usulnya." Lalu memasukkan ponselnya ke dalam sakunya.

"Apaan? Lomba?" tanya Daffa seraya menyuap makanan ke mulutnya.

Gytha mengangguk. "Posternya barusan dikirim, besok bakal disebar."

"Harus ikut tuh, Dyr," ucap Daffa.

"Wah, iya... wajib ikut sih ini," sadar Gytha seraya menyikut siku saudaranya itu.

"Emang kapan?" tanya Dyra lalu menyuap suapan terakhir ke mulutnya. "Kenyang." Ia membalikkan sendok dan garpunya, terlihat masih banyak makanan yang tersisa di piringnya.

"Pantes nggak gemuk-gemuk," cibir Daffa.

Lagi-lagi Dyra mendelikkan matanya.

"Classmeeting akhir tahun ini," jawab Gytha.

Dyra hanya mengangguk.

"Papa nanya hasil UTS kamu tadi," kata Gytha. "Aku bilang lihat aja sendiri," sambungnya.

"Kasih tahu sama Papa sana kalau kamu masuk 10 besar, penasaran dia," goda Gytha.

"Nggak ah, jelek," jawab Dyra

"Masih jelekkan kamu, Dyr." kata Daffa datar.

Dyra sudah siap melayangkan tinjunya pada Daffa namun ia tahan seraya mengusap dadanya. Sementara Gytha dan Daffa yang melihat hanya menertawainya saja lalu kembali melanjutkan makan.

Akhir-akhir ini Dyra menjadi lebih ceria dan bersemangat. Daffa tak pernah melihat sifat moody-nya muncul lagi. Bahkan Dyra menjadi lebih banyak mengobrol dan dekat dengan Gytha. Teman-teman sekelas pun menjadi heran ketika Dyra mencoba akrab dengan mereka. Tak jarang ia juga ikut kumpul bersama saat di Kantin meskipun masih harus didampingi Daffa ataupun Gytha.

Reach For A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang