Tiffany terduduk dibawah lantai ranjangnya. Dia terdiam memikirkan semua yang terjadi. Dia shock, kecewa, dan sedih menjadi satu.
"Aku bisa saja salah" Tiffany ragu atas semuanya.
"Taeyeon tidak akan pernah melakukan itu"
"Tapi..."
meski begitu, dia takut sekarang. Dia tidak tenang.
Tiffany menelfon kantor polisi
'Panggilan darurat. Selamat malam, nona Tiffany Hwang, silahkan'
Baru saja akan menjawab, muncul suara Taeyeon dibalik pintu.
"Pany, ini aku"
Tiffany menoleh ketakutan.
"Aku ingin memberitahu sesuatu padamu. Tolong buka"
Tiffany menyiapkan kata-kata untuk alasan. "Kita bicarakan besok. Aku..... Sangat lelah"
Ting ting ting (suara password dibuka)
Taeyeon diluar sana ingin mencoba masuk dengan memasukkan password. Tiffany yang mendengar itu berlari ke arah pintu untuk memblokir.
Brakk
Tidak tertutup sempurna. Pintu itu tertahan karena slot kunci dari dalam. Menampakkan wajah Taeyeon yang begitu tajam.
"Jangan masuk! Itu bisa dikatakan masuk secara ilegal" nafas Tiffany tersenggal-senggal.
"Haruskah kamu menjadi seperti ini?"
"Itu...."
"Apa kau kecewa padaku?"
"Iya! Sangat!"
"Kenapa kau melakukannya? Kenapa? Kenapa??" Tiffany berteriak, melampiaskan kekecewaannya pada Taeyeon. Dia menangis.
"Itu bukan Taeyeon yang ku kenal. Pergi, aku tidak ingin melihatmu lagi" Tiffany menyeka air matanya. Dia hendak menutup pintu.
"Aku akan dipindahkan. Sekarang kau sudah menemukan seseorang. Sudah waktunya aku pergi"
Dengan masih menangis, Tiffany tetap mendengarkan ucapan Taeyeon.
"Aku sangat senang berada disisimu selama ini. Aku harap kau akan bahagia bersama lelaki itu"
Taeyeon menutup pintu dan pergi.Sementara Tiffany di balik pintu terduduk dan menangis hebat.
"Huhuuuu. Taeyeon, kau idiot."
-
Flashback
Saat Taman Kanak-Kanak
"Berhenti menangis" ucap bocah perempuan.
“Huuu” bocah laki-laki itu masih sesenggukan.
"Jangan menangis seperti bayi. Kemari" gadis kecil itu menuntun bocah laki-laki untuk duduk.
"Aku akan menemukannya untukmu. Taetae, jangan menangis lagi ya?"
-
“Kasus hilangnya boneka ayam” terpampang tulisan itu di papan tulis.
"Penculiknya adalah..." gadis kecil itu menulis "Seorang pria di toko barang bekas"
-
Kedua bocah kecil itu mengikuti tukang rongsok dari belakang gerobaknya.
"Pany-ah, lebih baik kita pulang saja"
Tiffany kecil menggeleng. "Tidak peduli apapun yang terjadi, tetaplah disisiku. Mengerti?"
Taeyeon kecil yang mendengar itu menganggukkan kepalanya. Mereka berdua diam-diam mengambil boneka milik Taeyeon kecil di bagian samping gerobak.
"Woa.. Anak ayam ku" ucap Taeyeon kecil sangat senang. Bonekanya kembali lagi.
Paman tukang rongsok itu mendengar dan memarahi mereka. "Kalian anak nakal!. Apa yang kalian lakukan disini?"
"Aaaaa" anak-anak kecil itu berteriak dan berlari.
"Berhenti kalian anak nakal! Apa yang kalian ambil?" paman itu berlari kecil "Berhenti disana!"
-
Saat Sekolah Menengah
"Perguruan tinggi mana yang kau pilih?" Tiffany bertanya.
"Aku... Bagaimana dengan kau?" bukannya menjawab Taeyeon malah balik bertanya.
"Universitas Chung-ang. Itu terlalu buruk, aku membutuhkanmu." Jawab Tiffany. Dia hanya kesepian jika harus kuliah sendiri.
Taeyeon berfikir sebentar. Dia ingin selalu bersama dengan Tiffany. "Aku sebenarnya ingin kesana juga"
-
Saat Tahun Terakhir Kuliah
"Ini, hadiah ulang tahunmu" Taeyeon memberikan sebuah kotak kecil pada Tiffany.
"Waah, cantiknya..." Tiffany sangat kagum. Isinya sebuah kalung. "Terimakasih"Taeyeon mengangguk dan tersenyum.
"Aku dengar kau masuk ke bagian konstruksi” ucap Tiffany. Taeyeon yang mendengarnya tertawa. "Bagaimana dengan akademi kepolisian?"
Taeyeon menoleh. "Kenapa?"
"Untuk menjadi penulis kriminal, aku perlu banyak data nyata. Aku bisa menggunakan orang dalam"Taeyeon yang mendengar itu terlihat berfikir.
-
Beberapa waktu setelah lulus kuliah.
Huekk
Tiffany muntah di jalanan gang kecil. Terlihat seorang lelaki mengelus-ngelus bagian tengkuknya dengan pelan.
"Terimakas-" Tiffany menoleh dan terkejut.
"Hormat! Petugas Kim Taeyeon melapor untuk bertugas!"
Tiffany tertawa dan bingung.
"Mengapa kau memakai seragam ini? Bagaimana dengan konstruksi?"
"Polisi bekerja untuk masyarakat juga” Taeyeon tersenyum. “Kenapa kau minum begitu banyak? Ada sesuatu?"
Tiffany yang mendengar itu kembali sedih. Dia cemberut dan menangis "Mereka mengatakan novelku tidak punya nyawa"
Tiffany merobek semua kertas yang ada ditangannya dan melemparkan keatas.
"Wah, salju pertama" Taeyeon menengadahkan tangannya.
"Nyatakan sebuah harapan!" ucap Tiffany.
"Haruskah?"
-
1 tahun setelah Taeyeon menjadi polisi
"Kau bahkan tak pandai bertarung, apa gunanya mengejar pencuri?" Tiffany mengobati wajah Taeyeon yang lebam.
"Lalu polisi melihat pencuri dan membiarkannya, begitu?" Taeyeon kesal.
"Lebih baik aman daripada mati"
"Kenapa?"
"Karena...” Tiffany berfikir sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILL ➡ (COMPLETE) ✔
Misterio / SuspensoCerita seorang detektif, penulis dan juga seorang polisi yang sedang menguak kasus pembunuhan berantai. Detektif = Yoona Penulis = Tiffany Polisi = Taeyeon