Happy Reading guizz
VOTE VOTE VOTE!!
WAJIB BACA TBC YAAAA6. Menuju Ranu Kumbolo
Kalau menurutku, kehidupan itu tentang pilihan, juga tentang pertanyaan yang kadang juga nggak masuk akal untuk ditanyakan.
Aku lebih memilih diam untuk menghadapi apa yang memang seharusnya aku hadapi, karena menurutku banyak bicara hanya menambah kerumitan yang seharusnya tak ada.
Kadang aku berpikir di kala aku berada dalam keadaan bahagia, ah aku nggak siap ah kalau harus bangun di esok pagi, ck! Bukan kecil kemungkinan kalau aku bakal ketemu masalah, nggak siap ah kalau harus ngadepin itu semua. Bisa nggak sih, ngawetin waktu? Bisa nggak sih, aku stuck disini, pada kebahagiaan saja? Itu sih salah dua contoh pertanyaannya.
Berpikir, kalau waktu bisa diberi formalin, aku bakal memilih dan mengawetkan waktu yang menurutku membuatku tertawa saja.
Kuakui, aku memang egois. Tapi ya memang gitu, aku sudah lelah, padahal kalau aku kaji lebih dalam, masalahku hanya sebesar kerikil, yang mungkin hanya menyandungi kakiku ketika melangkah, banyak di luaran sana orang yang memiliki masalah yang jauhhhhhh lebih besar dariku.
Tapi entahlah, aku suka mengeluh, walau hanya pada sebuah buku, seperti saat ini.
-Gatau siapa :v
Pukul empat pagi, keenam anak manusia itu sudah berada di Ranu Pani.
Mereka tampak salut kepada Laksa, bagaimana tidak? Segala keperluan untuk mendaki ke Ranu Kumbolo sudah dipersiapkan sangat matang olehnya, mulai dari SIMAKSI ( Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi ), semua tetekbengek pendaftaran sudah diurus teman Laksa yang tinggal di Argosari bernama Mas Fangga. Mereka hanya perlu membuat surat sehat saja di Ranu Regulo.
Zana tampak takjub, ia hanya membawa diri yang sehat jasmani dan rohani, pakaian yang yah sangat sedikit. Segala keperluan mendaki sudah Laksa urus dengan penuh tanggung jawab, mulai membelikan gadis itu jaket tebal, menyewakan carrier dan keluarganya hehe.
"Zana sama Naumi perlu disewain porter?" Tanya Laksa ketika masih di rumah Zana kemarin.
"Porter paan?" Tanya Naumi.
"Porter itu kayak jasa pengangkut barang gitu" terang Laksa yang membuat keduanya manggut-manggut mengerti.
"Nggak usah deh Lak, lebih seru kalau aku bawa sendiri" jawab Naumi yang diiyakan Zana.
Dengan hembusan angin shubuh yang dingin, ditambah ini daerah pegunungan membuat Akbar dan Rizam ingin menggulung diri dalam selimut saja.
Mereka berkumpul bersama pendaki lain di Ranu Pani untuk mengikuti breefing selama tiga puluh menit. Usai sarapan dan lain-lain, akhirnya mereka menuju jalur pendakian yang dimulai dari gerbang Bromo Tengger semeru dan berangkat pukul lima lebih sebelas menit.
KAMU SEDANG MEMBACA
LARA (Laksamana & Razana)
Teen Fiction"Seberapa jauh kamu pergi Zan, akan aku temani. Seberapa lama kamu butuh waktu, akan kuberi. Tatap aku Zan, seseorang yang kini sedang berjuang meluluhkan hatimu" -Laksamana Grie Ardani "Mas Laksa, aku ini hanya sebuah kerikil, yang kecil bahkan wal...