LARA;4

14 5 0
                                    

Happy reading!! VOTE VOTE !!
.
.
.

"Aku tak akan pernah merasa enggan untuk membuntutimu, kemanapun itu"

-Laksamana Grie Ardani

Pukul 07.00

Gadis dengan keranjang bunga di tangannya itu menatap nanar ke arah gundukan tanah di depannya.

Ia menaruh keranjang itu di tanah, tangan mungilnya berganti mengelus nisan dengan tulisan nama Hafizah Subekti itu.

9 tahun sudah ibunya pergi meninggalkannya. Saat itu Zana masih kelas 4 SD, sedangkan Jani sudah kelas 2 SMP. Zana sangat terpukul, ia marah pada Tuhan—kenapa harus ibunya?

Waktu terus bergulir, bayangan Hafizah masih melekat di benak Zana namun perlahan ia mulai ikhlas.

"Ibu, Maafin Zana baru bisa kesini, habisnya Zana sibuk kuliah bu, tapi tiap malam Zana pasti kirim doa buat ibu kan" ujarnya bagai gundukan pasir itu adalah ibunya.

"Ibu nggak usah khawatir sama Zana, disana banyak yang sayang sama Zana, bunda Riris, yang ngebuat Zana kembali ngerasain hadirnya sosok ibu, Mas Laksa yang selalu jagain Zana, om Hermawan yang baikkk banget sama Zana" ujarnya lagi, tak terasa cairan kristal menetes di pipinya, sebuah tangisan kerinduan.

"Zana bakal berusaha buat cintai Mas Laksa, walau sekarang Zana masih nggak tau perasaan Zana ke dia bagaimana, Mas Laksa orang baik bu, pantesan ibu milih dia buat aku" lanjutnya masih menahan isakannya.

Zana akhirnya diam, ia lebih memilih untuk memanjatkan doa di sebelah nisan ibunya.

•••

Pukul 08.15 WIB

"Sa, ini masih jauh banget ta? Kan dari Malang juga bisa sa langsung ke arah tnbts" ujar Akbar capek sendiri—pasalnya Laksa yang kampret ini malah muter jauh.

Di dalam mobil ada Laksa yang mengemudi, sebelahnya ada Akbar yang sedari tadi nyerocos, di belakang ada Rizam, Naumi, dan Arsal—Laksa menggunakan mobil abangnya, mangkanya besar dan muat.

Kemana Reno dan Dea?
Reno tidak bisa ikut karena tiba-tiba mamanya sakit dan harus di bawa ke RS. Kalau Dea, siswi SMA kelas dua itu dilarang oleh ayahnya, jadi ya tidak ikut.

Yang di jok belakang hanya diam, mungkin mengantuk. Ya gimana mau nggak ngantuk? Tadi setelah shubuh mereka sudah Stay depan rumah atau kostnya masing-masing. Kalau nggak gitu ditinggal kata Laksa.

"Udah deket bar, sabar deh tungguin aja" ujar Laksa seraya memutar setirnya ke kiri.

"Bukan apa-apa Sa, ini snack sama minumannya udah abis, aku kelaparan" ujar Akbar melebih-lebihkan, padahal sedari tadi yang ngemilin snack paling rajin ya doi.

Laksa mengabaikannya, ia senang bukan kepalang ketika memasuki komplek perumahan Zana, kompleksnya juga waktu kecil.

"Sa? Kamu nggak lagi ngeprank kita kan?" Tanya Rizam sambil melihat ke kanan dan ke kiri, "ngapain kita kesini sa? Ini perumahan woy?!" Teriak Naumi gemas sendiri, sedangkan Arsal hanya santai saja, karena dulu ia pernah ikut Laksa kesini, hanya untuk mengetahui komplek lawas lelaki itu.

"Eh mbak lampir?! Jangan tereak-tereak dong?!" Kesal Rizam yang berada di sebelahnya.

"Turun" ujar Laksa membuat semuanya menoleh. Mobil Laksa berhenti tepat di depan Rumah besar dengan pagar bercat coklat kehitaman. "Wahh gila kamu Sa? Ya aku tau kamu banyak duit sekarang, tapi ya masa nyewa rumah segede gini buat sehari doang?" Riuh Akbar.

LARA (Laksamana & Razana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang