LARA;9

11 5 4
                                    

Hola!! Meet lagi kita nih
Happy reading guizzz!!!
VOTE!! VOTE!! VOTE!!!

.
.
.
.

Lagi-lagi aku ditampar kenyataan, kali ini sangat mengagetkan, sangat-sangat tak kusangka. Lagi-lagi kau berhasil menunjukkan kalau asumsiku berada dalam lingkaran hidupmu adalah hal yang tak benar.

-Azmitha Razana



Pagi-pagi usai sedikit membantu di dapur, Zana menguncir kuda rambutnya, ia sudah siap dengan blouse warna army dan celana jeans senada.

Malam tadi sangat panjang bagi Zana, pikirannya terus berkecamuk tentang satu nama Anya Anya Anya. Dia siapa? Apa hubungannya dengan Laksa? Naumi? Rasanya ia tak sabar menyambut pagi ini, karena Laksa bilang hari ini ia akan tau siapa Anya itu.

Zana turun terlebih dahulu, ia duduk di depan televisi dengan sedikit gundah karena Laksa tak kunjung terlihat batang hidungnya.

"Lohh mau Kemana gadis bunda?"  Tanya Riris yang baru keluar dari area dapur.

"Emm ma-"

"Mau ketemu Anya bun" potong Laksa yang baru menuruni tangga.

"A-Anya?" Beo Riris, karena sedari dulu putranya itu selalu bilang 'ini belum waktu yang pas' ketika Riris menyuruhnya mengenalkan Anya pada Zana.

"Iya" balas Laksa, "kita pamit ya bunda" pamit Laksa pada Riris, mereka secara bergantian menyalimi punggung tangan wanita paruh baya itu.

"hati-hati Sa" pesan Riris yang dibalas acungan jempol ke atas oleh Laksa.

Di dalam mobil hanya ada lagu-lagu dari Melly Goeslaw yang mengisi keheningan. Laksa tak banyak bicara, sekalinya bicara malah membuat Zana makin diserbu penasaran.

"Dia berarti di hidup aku Zan" mata Zana langsung menatap Laksa, namun lagi-lagi ia memilih diam, mungkin Laksa hanya perlu di dengarkan kali ini. Entah mengapa perasaannya seakan tak terima jika terdapat perempuan berarti di hidup Laksa selain dirinya dan bunda Riris.

Zana terus menunggu ucapan Laksa selanjutnya, namun bibir Laksa terkatup rapat lagi, ia memilih diam lagi sambil memfokuskan diri pada jalanan.

Mobil yang ditumpangi mereka masuk ke area RS. Mulia Harapan, Zana tidak terlalu kaget, karena ia sudah berfikir kalau si Anya ini sakit—dari kata-kata Naumi yaitu "dia hidup ditemani selang"

Kaki Laksa membawa Zana ke depan ruang ICU, gadis itu sempat sedikit kaget, tapi dia masih diam.

"Pakai gaun protective dulu Na" ujar Laksa yang langsung dituruti Zana.

Memasuki ruang yang menurut Zana mencekam itu, telinga mereka disambut suara dari bedsite monitor.

Ia menatap Laksa yang melihat lurus ke depan, Zana mengikuti arah pandang Laksa. Matanya menatap gadis yang ia tebak seumuran dengannya, rambut hitam yang agak lepek, kulit pucat dan badan kurus.

Dia, Anya?

"Itu Anya Zan" ujar Laksa seakan tahu apa isi pikiran Zana.

Laksa mendekat, diikuti Zana. Mata Zana terus mengamati wajah pucat Anya dengan bejibun pertanyaan yang ia simpan—menunggu Laksa bercerita.

LARA (Laksamana & Razana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang