Part 5

241 35 0
                                    

Bahwa dari setiap sudut bumi, disana selalu terdapat kegelapan bersembunyi. Sudut-sudut mati yang tak bisa dijelaskan oleh akal sehat manusia menjadi tabu yang tak bisa membicarakan. Katanya, setiap kegelapan pasti ada cahaya dan dimana ada cahaya, kegelapan pasti menjelma menjadi bayangan.

Jika kau mencintai seseorang maka kau juga harus mencintai iblis yang ada dalam diri orang tersebut. Tanpa takut terluka karena tanduk aneh di kepalanya menusukmu, tanpa takut mati meski kau berdarah-darah. Ini benar-benar sangat diperlukan. Harus ada yang rela berkorban. Tak peduli meski itu untuk keberlangsungan hidupnya maupun hidupmu sendiri. Harus ada sebuah ikrar alias janji.

Namun sangat di sayangkan, hingga detik ini, tak ada manusia yang berani melakukan tindakan berbahaya itu. Sekadar mendekatinya pun tak ada. Mereka terlalu takut mati. Lagi pula orang gila mana yang mau menyerahkan nyawanya dengan suka rela? Konyol sekali. Tentu saja tak ada. Kegelapan selalu memeluknya hingga akhir.

Jiyong tersenyum lebar melihat mainan terakhirnya tergeletak tak berdaya. Hasil karyanya selalu indah. Lebih indah dari lukisan ternama. Kaki panjang itu kembali menyelusuri jalanan ibu kota yang mati. Permainan belum berakhir. Para manusia-manusia itu semakin waspada semenjak dirinya tak sengaja tertangkap kamera.

Jiyong akui, saat itu ia sedikit ceroboh. Ia terbawa suasana. Akibatnya Gdragon menghukumnya habis-habisan dan hampir membuat jiyong sekarat. Meski berulang kali jiyong meminta maaf atas kecerobohannya, tentu saja tak semudah membalikan telapak tangan bagi seorang Gdragon memaafkan kesalahan orang lain. Bahkan termasuk pemilik tubuh itu sendiri. Yang ia tahu, kesalahan tetaplah kesalahan.

Mungkin sudah cukup sampai disini. Sepertinya tak ada lagi manusia yang berkeliaran, daerah ini cukup aman dari para tikus-tikus kecil. Maka jiyong memutuskan untuk pulang.

Di dalam kamar bernuansa hitam, jiyong membuka baju kebesarannya. Tubuhnya penuh dengan memar yang masih terlihat begitu segar. Sejujurnya jiyong sudah biasa mendapatkan luka-luka seperti ini, hanya saja sepertinya kali ini lebih parah.

Jiyong mendesah. Entah bagaimana cara agar menghentikannya, otaknya seakan tak bisa berhenti menemukan ide-ide gila tentang cara membunuh mangsa-mangsanya nanti. Otaknya sedang memikirkan beribu, tidak, berjuta permainan menyenangkan. Tidak, kali ini dia sedang menyusun rencana.

Nggg!

Telinga jiyong berdenging.

Wajah lelaki menyebalkan itu mengganggu konsentrasinya. Jiyong tak bisa fokus. Jiyong menggeleng mencoba mengusir wajah seungri. Fokus jiyong, kau harus fokus. Ah dia pasti sudah gila sekarang!

Tiba-tiba saja wajah seungri mendominasi pikirannya. Jiyong mengumpat. Mengapa dia tidak bisa hilang? Wajah seungri ada dimana-mana. Sepertinya jiyong mulai menyesali kata-katanya sendiri. Mengapa dirinya begitu bodoh, mengatakan wajah menyebalkan itu terlihat sangat cantik?

Ya, dia adalah Kwon Jiyong. Dia mengatakan demikian. Meski begitu, jiyong tetap membatasi komunikasi mereka berdua. Seorang monster tak bisa berteman dengan manusia, setidaknya ia menuruti perkataan Gdragon. Ada batasan disana. Dinding besar menghalanginya. Dan ingatlah ini, jiyong melakukannya semata-mata demi Kang Daesung dan memilih mengabaikan peringatan Choi Seunghyun.

Jiyong banyak sekali mendengar ceramah setelah pertemuan mereka hari itu. Sejujurnya jiyong bosan mendengar ocehan seunghyun. Setiap hari dia di teror oleh manusia setengah alien itu. Jiyong tak membutuhkannya. Dia tahu apa yang harus dia lakukan.

Dan sekarang, genap satu bulan seungri tinggal bersamanya. Seungri, lelaki menyebalkan itu, banyak sekali menunjukkan berbagai ekspresi yang baru jiyong ingat lagi. Selama ini jiyong lupa, bagaimana cara tertawa, tersenyum, kesal, ataupun menangis.

| Psychopath | Kwon JiyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang