Part 6

229 36 2
                                    

Kegelapan perlahan menyelimuti indahnya langit dan menghentikan seluruh aktivitas makhluk bumi secara otomatis. Di tengah kota sunyi yang penuh rahasia ini, seorang pemuda bermarga Kwon, ia tengah asik berjalan menelusuri jalanan kota dari setiap sudut bagunannya. Seperti biasa, jiyong sedang melakukan pekerjaannya?

Bagaimana menyebutnya, yah? Jiyong seperti seorang petani saja, membunuh hama, membunuh tikus-tikus kecil yang sedang mencari remahan-remahan keju, dan membakar sampah-sampah yang tak berguna!

Dan seharian ini jiyong tertahan. Rumah besar miliknya, layaknya penjara, ia harus berdiam diri ketika matahari naik. Jiyong merasa terpenjara oleh pemilik tubuh ini selain dirinya. G-dragon! Semua berpusat padanya. Jika bukan karenanya.. ah sudahlah. Mereka itu satu. Dua yang satu.

Ngomong-ngomong apa kabar dengan kepribadiannya yang begis itu? Sejauh ini G-dragon tampak tenang. Dia tak memberontak saat ada orang asing yang mencoba menantangnya. Apa dia memang bersembunyi atau sedang merencanakan sesuatu?

Sepertinya semesta berpihak pada jiyong hari ini. Tanpa memasang umpan, mereka sudah berserakan dimana-dimana. Jiyong harus segera menangkapnya dan membersihkannya. Sekarang waktu bagi Kwon Jiyong bekerja.

Sekadar informasi, sampai detik ini jiyong masih menyembunyikan identitasnya pada dunia. Mereka hanya mengenalnya sebagai G-dragon. Kwon Jiyong? Siapa? Tak ada Kwon Jiyong. Seluruh dunia hanya mengetahui seorang G-DRAGON!

Jleb!

"argh!"

Jiyong menoleh. Tidak, bukan dia pelakunya. Dia belum melakukan apa-apa. Sungguh. Bahkan pisau karat kesayangannya masih bersih, tak ada bercak darah. Tunggu, apa dia baru saja diberi sambutan kecil oleh orang tersebut? Sangat tak terduga.

Jiyong melihat seorang pemuda, ia berlumuran warna merah. Warna favoritnya. Darah mengelilinginya. Jiyong kagum. Pemandangan tak terduga itu jelas-jelas menyambut kedatangannya.

Shpp!

Ketika pisau tersebut berkali-kali menusuk sang korban, bibir jiyong tertarik ke atas membuat senyuman yang khasnya. Benar, lebih dalam lagi. Tepat di tangan kecilmu, itu adalah titik lemahnya, batin jiyong mengarahkan. Dan ajaibnya sang pelaku seakan mendengar suara hati jiyong, ia melakukan apa yang jiyong perintahkan.

Shhhp!

Jleb!

"tusukan terakhir?" Gumam jiyong mengamati.

"hiks... hikss.." Tangisan pemuda itu menggema setelahnya. Jiyong mengernyitkan dahi. Oh tidak, apa yang terjadi? Apa dia menangis? Tidak! Tidak ada seorang pembunuh menangis melihat mayat, tidak sopan.

"hiks.. hikss.. appa!"

"eomma.. buka matamu. Jangan.. jangan tinggalkan aku. Aku tidak bisa sendiri!" Ucapnya penuh sesal. Rasanya jiyong seperti menemukan harta karun terpencil disudut kota yang penuh dengan tumpukan sampah. Menarik sekali.

"hey, nak. Mengapa kau bisa berada di tempat seperti ini? Apa kau tersesat?" Tanya jiyong lembut, pura-pura polos.

Pemuda tersebut tampak terkejut. Kedua mata lucunya membola namun gemetar ketakutan. Gawat. Dia dalam bahaya!

"a-aku.." Mulutnya kaku. Ia hanya bisa melihat ke arah mayat dan jiyong bergantian. Jiyong mengerti maksud tatapan itu.

"mengapa menatapku dengan tatapan menyedihkan hm? Apa yang kau tangisi? Tersenyumlah. Lakukan seperti ini" Perintah jiyong, kedua jemarinya menarik sudut bibirnya sendiri membuat lengkungan senyuman disana.

Dia gila, pikir pemuda itu. Apakah dia tidak melihat ada enam orang tak bernyawa disekitarnya, dan ia menyuruhnya tersenyum? Dasar gila!

"ahjussi.." Lirihnya begitu kecil. Dengan gemetar ia memberanikan diri memeluk jiyong. Tentu jiyong menyambut pelukan hangat itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

| Psychopath | Kwon JiyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang