27

1.4K 63 38
                                    

Hari hari yang Vany lalui sekarang terasa membosankan, sunyi sepi.
Saat ini Vany sedang menonton televisi di apartemennya sejak pulang sekolah 2 jam lalu.

Berharap menghilangkan rasa bosan dengan menonton tv, namun itu tak berefek lama, Vany tetap saja merasa kesepian. Mengapa gak pulang ke rumah orang tuanya? Karena, percuma saja ia pulang toh di rumah orang tuanya pasti hanya ada asisten rumah tangga saat ini kedua orang tua dan kakak nya pasti sangat disibukkan oleh kegiatannya.

Karena gatau mau ngapain lagi Vany akhirnya memilih untuk tidur, sebenernya bisa saja ia keluar walau hanya untuk ketemu sahabatnya tapi Vany terlalu mager untuk keluar sekaligus menghindari takutnya dijalan papasan sama Lionel plus parasitnya. Kalo main ama sahabatnya pasti kali ini Vany jadi obat nyamuk dah maless.

***

Pukul 18.17

Vany terbangun dari tidurnya, ia menggapai handphone yang diletakkan di nakas dan melihat pukul berapa serta takutnya ada telpon atau chat dari siapa kek, tapi gaada yaudah deh.

"Huaa udah sore otw malem aja" monolog Vany sambil meregangkan tubuhnya.

Lalu ia bergegas ke kamar mandi dan berendam selama 15 menittan lah ya, gausah lama lama deh takut jadi mermaid wkwk.

30 menit kemudian ia sudah siap dengan celana hotpans dan kaos oblongnya. Vany berniat kedapur untuk membuat makan malam, yah walaupun cuma mie instan. Tetapi langkahnya terhenti saat mendengar dering ponselnya berbunyi menandakan panggilan masuk

Vany mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelpon dan ternyata papinya

"Tumben papi nelpon"

'Ya hallo pi?'

'________'

'Ada apa sih pi? Serius amat'

'________'

'Oh oke, Vany setengah jam lagi sampe'

Setelah mendapat telpon dari papinya Vany terdiam di tepian kasurnya

"Apa gue bikin salah, kok papi ngomongnya sinis banget?"monolog Vany sampai akhirnya ia segera mengganti pakaiannya dan segera bergegas menuju rumah orang tuanya

Dijalan Vany terus memikirkan apakah ia berbuat salah tapi Vany rasa tidak, hingga Vany sampai di rumah orang tuanya.

Vany keluar dari mobil dan berdiri memandangi rumah yang sudah lama tak ia kunjungi.

"Huftt" Vany menghela nafas terlebih dahulu dan segera masuk ke dalam rumah

Saat memasuki rumah Vany sudah melihat Papi, Mami serta ka Sintya sudah berkumpul di ruang keluarga

"Hay Mi, Pi, Kak"sapa Vany menyalimi kedua orang tuanya lalu duduk di single sofa. Hening, Vany rasa ini sedang tidak baik baik saja, sampai akhirnya Vany buka suara

"Emm, ada apa Papi nyuruh Vany kesini?"tanya Vany gugup

Tatapan mata Arthur tidak seperti biasanya, Vany semakin gusar

"Kamu tau buat apa Papi nyuruh kamu ke sini?"tanya Arthur dengan nada dingin. Yang dijawab gelengan oleh Vany

"Ternyata Papi salah ya ngebiarin kamu tinggal sendiri di apartemen!"lanjut Arthur

"Maksud papi?"tanya Vany

"Ya Papi salah ngebiarin kamu tinggal sendiri di Apartemen dan akhirnya kamu jadi anak gabener kaya gini!"ucap Arthur dan itu membuat Vany tertohok serta bingung secara bersamaan

"Maksud Papi apa sih Vany ga ngerti"jawab Vany sambil menahan air matanya, Mami dan kakaknya hanya diam menyaksikannya

"Kamu papi sekolahin buat apa! hah?"Arthur kembali berucap dengan nada yang menggebu gebu

"Mau jadi apa kamu Stevany! Kamu seperti anak kurang didikan! Malu malu in saja kamu!"lanjut Arthur masih dengan emosinya

"Papi kenapa si, Vany gak ngel_ BRAKKK"ucapan Vany terhenti karna Arthur melempar ponselnya ke meja dihapan Vany yang memampangkan foto seorang perempuan dari belakang yang sedang duduk di atas paha lelaki entah siapa, di club sambil minum

Vany terkejut karna foto itu sangat mirip dengannya dari belakang tapi Vany tidak merasa dirinya pergi ke club apalagi duduk duduk di paha lelaki berhidung belang yang suka di club buat nyari mangsa.

"Kenapa, kaget? Udah jelaskan apa kesalahan kamu!"sindir Arthur

"Pi itu bukan aku, sumpah"jelas Vany meyakinkan Arthur

"Omong kosong!sebenernya kamu mau jadi apa si hah? Jadi jalang! Malu maluin nama keluarga saja. Apa ada di keluarga kami yang seperti kamu hah? Dasar anak kurang ajar!"

Jlebbb

Seperti ditusuk blati tajam ribuan kali, hati Vany benar benar hancur. Papi nya baru saja membentaknya, memakinya habis habisan

"Lalu hiks papi percaya dengan itu hiks dari pada percaya kepada anak sendiri hiks?" jawab Vany sembari sesegukan ia sudah tak kuat menahan air matanya

"Buat apa papi harus percaya kepada kamu, kelakuan kamu selama ini memang main malem mungkin sekali bukan jika kamu melakukan seperti apa yang bukti itu tunjukkan"Arthur masih saja memojokkan Vany seolah olah memang Vany melakukannya

"Vany main malem juga kan udah izin sama papi bukan? Dan Vany cuma nongkrong bukan main sama om om"

"Yah benar, dan papi salah besar telah percaya sama kamu dengan memberikan izin, arghh sebenarnya kamu tau malu ga sih? Papi malu punya anak seperti kamu stevany!"bentakkan demi bentakkan terus keluar dari mulut Arthur apalagi saat ia mengatakan malu mempunyi anak seperti Vany

Vany terdiam mulutnya mendadak kelu, hatinya sudah benar benar hancur, air matanya terus mengalir

"Papi malu? Papi bicara seolah olah papi memang perhatian sekali dengan anaknya. Bahkan selama ini apa pernah papi ngajak weekend? Apa pernah papi peduli sama Vany ya maybe pernah tapi hanya bisa dihitung jari. Vany juga butuh kasih sayang papi tapi Vany ngerti papi sibuk its oke Vany terima. Tapi saat ini papi percaya dengan bukti gak bermutu itu dan memaki Vany habis habisan, hah Vany juga masih punya otak buat ngelakuin hal bajingan kaya gitu"keluar sudah semua isi hati vany yang selama ini ia simpan baik baik

"Diam kamu anak gatau diri, keluar kamu dari rumah ini!"usir Arthur pada Vany yang sedang duduk dihadapannya

"Mas! Apa kamu gila mau ngusir Vany?"kali ini Vita yang bersuara mau bagaimana pun Vany tetap anaknya ia tak tega jika Vany di usir walau pun ia juga sangat kecewa padanya.

"Sudahlah kamu gausah belain anak kurang ajar ini"jawab arthur pada Vita

"Baik, saya akan keluar dari rumah ini, selamat. tinggal.!"ucap Vany penuh penekanan dan segera bangkit dari duduknya menuju keluar dan menutup pintu dengan bantingan

'Ya tuhan apa jalan hidup gue sepahit ini sampai sampai gue diusir sama papi gue sendiri padahal gue ga ngelakuin kesalahan apapun' batin Vany menjerit, ia masih belum mencerna semua apa yang telah terjadi pada hidupnya, pikirannya benar benar buntu sepanjang jalan air matanya tak berhenti mengalir. Saat ini hanya kata 'sakit' yang dapat ia ucapkan.

Haee guyss up nii, maaf ya authorhya lagi very bussy wkwk sibuk ngehalu kale. Oke selamat membaca yah jan lupa di vote and komen😊
Makasih
I love u💙

Ig:@handayani.23_

Bad Girls VS Most Wanted BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang