" Dulu di masa Nederland masih menguasai Hindia-Belanda atau yang saat ini kalian sebut Indonesia, aku adalah seorang kembang desa. Banyak orang Nederland yang kepincut padaku, para meneer (orang belanda laki-laki) itu bahkan sampai berebutan," dia mulai bercerita.
" Dulu kemana pun aku pergi pasti akan menarik perhatian. Aku suka jadi perhatian para lelaki, walau sebenarnya aku sendiri sudah memiliki kekasih dan beberapa kali dia juga melarangku untuk keluar rumah jika tidak bersamanya," ucapnya.
" Itu namanya dia cemburu, Nyai. Memangnya kamu nggak cemburu kalo dia di dekati perempuan lain?," tanyaku.
" Hihihi... tentu aku cemburu. Hanya saja dulu tidak ada gadis yang lebih cantik dariku. Hihihi... dulu akulah yang tercantik, tidak hanya wajah tapi juga tubuh," ucapnya sambil tertawa khas kuntilanak.
" Lalu kenapa kamu bisa jadi seperti saat ini, Nyai? Bukannya kamu hidup bahagia?," tanyaku.
" Hidup tidak seindah itu cah ayu. Secantik-cantiknya parasku, ternyata tidak membawa kebahagian untukku. Kang mas terlalu pecemburu, sikapnya semakin lama semakin kalau anak jaman sekarang bilang kolektif ya?," tanyanya sambil menatapku.
" Protektif, Nyaaiii..." ucapku membenahi ucapannya.
" Nah itu. Suatu hari saat aku sedang bertamu ke salah satu teman Nederlandku. Dia menghampiri kami dan langsung saja mengamuk. Bahkan dia hampir membunuh sang meneer," ku lihat dia menerawang dan wajahnya yang seram itu menjadi semakin menyeramkan.
" Dia menarikku dengan kasar, membawaku ke hutan yang jauh dari pemukiman warga. Temanku tidak bisa menolongnya karena kang mas mengancam akan membunuhku. Padahal di tolong atau pun tidak, akhirnya aku mati di tangannya juga," ujarnya.
" Nyai, lebih baik nggak usah di lanjut deh ceritanya. Ntar mata kamu makin hitam, habis itu semalaman kamu pasti nangis ngga jelas," ucapku yang malah membuatnya melotot. Asli kalo ini kunti udah melotot mending gue diem.
" Aku mau cerita, kamu harus dengar sampai habis. Tinggal dikit lagi." Ucapnya ketus. Aku cuma bisa menghela napas sembari menatap jam di dinding yang sudah menunjukan pukul satu dini hari.
" Setelah dia menarikku kasar ke dalam hutan. Di melakukan hal tidak senonoh padaku. Hancur rasanya saat kehormatan yang aku jaga untuknya sampai saat kami menikah, malah di renggutnya dengan cara yang kasar. Tidak hanya mengambil apa yang sudah aku jaga, tapi dia juga merusaknya, mengoyak, dan meninggalkan aku begitu saja dalam keadaan tidak berdaya. Sakit di tubuhku ini tidak seberapa dibanding luka di hati," saat dia mengucapkan semua itu aku seolah bisa melihat dirinya di masa-masa akhir hidupnya.
Dia pikiranku saat itu, terpampang jelas bagaimana bejatnya kekasih Nyai Sekar. Dia seperti kemasukan setan, jeritan kesakitan dan kata ampun yang keluar dari bibir Nyai sama sekali tidak di dengar. Setelah puas memperkosa Nyai, dia dengan kejamnya menusukkan kayu sebesar lengan pada alat vital Nyai. Padahal saat itu Nyai sama sekali sudah tidak berdaya.
" Aku dulu ingin mati dengan bahagia, mati diantara anak cucuku. Namun hanya karena kecemburuan kang mas, impianku sirna. Kamu cah ayu, jangan pernah melakukan hal yang aku lakukan semasa hidup. Berteman boleh, tapi tetaplah berlaku sewajarnya. Walau aku pun dulu tidak melebihi batas, namun seseorang menilainya berbeda. Aku masih dendam dengannya sampai saat inipun rasa itu masih ada," ucapnya.
" Kenapa tidak kau ikhlaskan saja, Nyai? Kemungkinan terbesar saat ini dia pasti juga sudah mati. Jangan terlalu berlarut dalam dendam, jadi repotkan. Kamu jadi tidak bisa pergi ketempatmu seharusnya," balasku.
" Benar ucapanmu, cah ayu. Hanya saja aku masih belum bisa. Seperti masih ada yang harus aku lakukan, namun aku lupa" ucapnya.
" Nyai, lalu bagaimana dengan jasadmu?," tanyaku hati-hati.
" Tubuhku di temukan 2 hari setelah kematianku oleh teman Nederlandku. Dia membawa tubuhku pulang dan membantu menguburkan tubuhku dengan layak. Aku melihat orang tua, terutama biyungku menangis kencang lalu tidak sadarkan diri. Aku sedih nduk, biyung sudah tua. Beliau begitu ringkih, sedangkan romo hanya bisa terdiam," Nyai seperti menangis tanpa ada air mata yang keluar.
" Lelaki itu sudah tidak ada di desa. Tuan meneer bahkan meminta tolong pada semua teman Nederlandnya untuk mencari keberadaan lelaki itu, tapi tidak juga di temukan. Bahkan sampai saat dimana Tuan dan teman-temannya harus kembali ke negara mereka, karena Nederland kalah dari Nippon," ucapnya.
" Lalu kenapa sekarang kamu bisa ada di rumah tetanggaku ini? Apa dulu ini adalah rumahmu? Atau kamu dikubur di atas tanah ini?" tanyaku bertubi.
" Tidak tau. Tau-tau aku sudah ada di tempat ini dan karena aku nyaman jadi ya sudah. Apalagi rumahmu itu banyak yang seperti aku, walau kadang saat aku ingin main kesana selalu di usir oleh Harimau di sumurmu. Ah sudah ah... aku mau cari lelaki yang bisa aku ganggu," setelah mengucapkan kalimat menyebalkan tersebut, dia menghilang entah kemana.
Hah dasar makhluk tidak jelas. Tapi aku hanya bisa mendoakan agar dia bisa segera menemukan hal yang mengganjal di hatinya dan segera pergi ke tempat yang seharusnya. Amiinn.
☆ TAMAT ☆
KAMU SEDANG MEMBACA
GHOST STORY
HororCERPEN HORROR... Ada yang berasal dari true story, ada pula yang fiksi. Selamat membaca. Terima kasih sekali jika kalian mau memberikan vote serta komentar di cerita yang aku buat.