Jangan Tarik Jilbabku
#Cinta_di_Sekolah_Jingga
#misi_siswa_siswa_jomblo
(14)Suasana ramai, lorong sekolah dipenuhi siswa-siswi yang menikmati jam istrihat. Zara berjalan tertunduk dengan memeluk bukunya, beberapa teman meneriakinya.
"Assalamualaikum ...." Seorang siswa meledek Zara, tangannya menjawil dagu Zara.Merasa risih Zara menepis.
"Huh, sok alim," celoteh siswi lain.
"Kenapa dia? Apa mau pedekatean sama guru agama. Hahaha?" Siswi lain menimpali, suara tawa sahut menyahut di antara mereka.
Zara terus berjalan tak menghiraukan, ada sesal memakai pakaian menutup aurat hari ini. Selain tak ada pujian dari guru yang sudah sempat menyemangati, ia harus dibully teman-temannya. Sebelumnya, saat ia memakai rok pendek tak ada yang terlalu memperhatikan. Karena semua siswi memakai rok pendek.
Hingga ... Zara tersungkur, kaki seorang siswa sengaja menghadang Zara. Gadis itu meringis, menahan sakit dan berusaha bangkit. Lagi-lagi tawa menggema.
"Makanya jangan sok suci! Tau aja ribet pakai baju kedombrang, masih sok-sokan." Semua orang di lorong itu sangat senang melihat Zara terintimidasi.
Luthfi yang saat itu keluar kantor menuju parkiran, tak sengaja melihat Zara dikerjai teman-temannya. Ia mendekat, semua siswa bisik-bisik dan saling mengingatkan untuk diam.
"Ada apa ini?" Luthfi berdiri tepat di sebelah Zara yang baru bangkit. "Kamu gak apa-apa?" tanya Luthfi, kini ia menatap Zara dari bawah, memastikan bahwa gadis manis itu baik-baik saja.
Semua siswa diam, mata Luthfi mengitari semua yang ada di sana.
"Kalian tahu, bahwa menutup aurat itu adalah kewajiban?"Semua diam.
"Lihat saja, jika Bapak dapati ada pembullyan di sini lagi, Bapak akan bertindak tegas! Kalian harus berubah, sebelum ada korban lain seperti Janet berjatuhan!" Luthfi bicara lantang.
Kini bisik-bisik terjadi diantara siswa-siswi itu,
"Memangnya siapa dia?""Benar, lihat saja tidak akan sampai seminggu lagi dia akan terkencing-kencing meninggalkan sekolah kita."
"Bukannya Janet mati di hari kedatangannya."
"Iya, guru aneh."
Mereka pun meninggalkan Luthfi dan Zara, dari kejauhan Dhira memperhatikan insiden itu, hatinya kembali berdesir.
"Benar, aku jatuh cinta padanya," gumamnya pelan. Dhira pergi, dengan menjinjing tas di tangan kanan, tangan kirinya memegangi dada."Terimakasih, Pak." Zara mengucap tulus, kekaguman itu semakin besar.
Luthfi mengangguk, "Jika ada apa-apa, katakan pada Bapak."
Giliran Zara mengangguk, lalu Luthfi pergi meninggalkannya. Zara mematung, melihat tanpa kedip hingga bayangan Luthfi hilang di balik tembok.
Di parkiran, Dhira sibuk menyusun sesuatu.
"Dhira." Luthfi memanggil begitu melihatnya di parkiran.
Mendengar suara pria itu, jantungnya berdegup lebih kencang, gugup. Tapi, bisa menguasai diri. Buru-buru ia memutar motor dan duduk di atasnya.
"Mau kemana? Ini ...." Luthfi membuka tasnya, namun belum sempat bicara dan menyerahkan sesuatu Dhira menyalakan motor.
"Em, maaf. A, aku ditunggu Bapak di rumah sakit." Wanita dengan gamis mocca itu segera memutar gas meninggalkan Luthfi.
"Ada apa dengannya? Kenapa sikapnya aneh sekali? Bagaimana dengan laporan ini?" Luthfi menghela, meletakkan kembali buku ke dalam tasnya.
Di jalan, sambil menyetir motornya, Dhira bicara sendiri.
"Ya Allah, aku hampir mati berdiri saat ada di dekatnya. Astagfirullah, ini akan jadi fitnah besar jika aku bekerja sama dengan pria itu. Apa dia gak peka? Ah, lebih baik jika dia gak peka, jadi aku gak perlu malu." Pipinya kembali bersemu.Terus ia kemudi motornya, menjemput Jingga lalu bergegas ke kota, menuju rumah sakit di mana Risma di rawat.
***
Di kantor polisi, Luthfi mendengar semua ulasan polisi tentang kasus Janet, Mak Odah dan Risma. Yang kesemuanya saling berkaitan.
"Sejauh ini, polisi mencurigai kepsek Rayhan dan Anda. Hanya saja, karena kepsek terbaring koma polisi lebih fokus pada Anda."
Polisi memperlihatkan sebuah salinan, juga menunujuk ke laptop di tangannya.
"Lihat, satu jam sebelum ditemukan. Gadis ini ada bersama Anda meninggalkan kantor. Lalu, guru bernama Risma ini memperhatikan seseorang. Yang jika kita lihat dari CCTV yang ini, adalah Anda tengah menuju ruangan di seberang kantor administrasi."Luthfi memperhatikan dengan seksama.
"Tolong jawab dengan lugas dan tidak berbelit-belit." Polisi memberi arahan.
"Baik."
"Uang apa ini?"
Luthfi tersenyum, "Apa Bapak menginginkannya?"
"Anda mau menyogok?"
Luthfi kembali tersenyum, wajah tampannya terlihat berseri-seri.
"Itu uang yang saya dapat dari kantor ayah saya.""Kantor?"
Luthfi mengangguk, mengambil sebuah berkas di tasnya.
"Saya ahli waris sekaligus anak tunggal dari Bapak Husein, yang setiap tahun menggelontorkan dana ke SMU Jingga."Polisi manggut-manggut, merasa tak ada yang perlu dipermasalahkan dengan uang tersebut.
"Lalu ini?" Menunjukkan dua buah gunting. "Jika yang ini tidak ada yang aneh, hanya ada satu sidik jari, saya yakin ini sidik jari Anda karena milik Anda. Tapi gunting yang ini, anehya ada tiga sidik jari. Satu diantaranya cocok denga sidik jari dengan korban bernama Odah. Ini, ini ... sangat mencurigakan.""Gunting itu tiba-tiba ada di tas saya. Entah, bagaimana bisa ada di sana."
"Anda pandai berkilah sepertinya." Polisi menyunggingkan senyum. "Baiklah, kita lihat penyelidikan selanjutnya."
Luthfi tersenyum.
"Lalu ini?" Polisi menyodorkan botol berisi kapsul.
"Bapak baca saja." Luthfi memperlihatkan tulisan komposisi yang tertera di botol kecil tersebut. Lalu kembali menyilangkan tangan di dada.
"Ya, saya tahu. Tapi ...." ucapan polisi menggantung, karena rekan polisi lain datang mengantar seorang wanita dan anak kecil. Luthfi masih fokus.
"Ya, letakkan saja disitu." Polisi menyuruh wanita meletakkan berkasnya.Wanita itu melirik ke arah Luthfi, tapi Luthfi tidak menyadari keberadaannya.
Siapa wanita itu?
BERSAMBUNG
Part lengkap
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=145967959919580&id=100035191304256
KAMU SEDANG MEMBACA
Misi Siswa-siswa Jomblo
RandomMenceritakan empat sekawan yang tiba-tiba harus melaksanakan misi kebaikan setelah datang guru baru dan banyaknya kejadian-kejadian aneh sampai kematian beberapa orang. Ikuti perjalanan mereka yang seru dan menegangkan dengan sisi humor dan romantis.