#15

33 11 1
                                    

Zara Menghilang

#Cinta_di_Sekolah_Jingga
#Misi_Siswa_Siswa_Jomblo
(15)

Zara terus berjalan tak menghiraukan, ada sesal memakai pakaian menutup aurat hari ini. Selain tak ada pujian dari guru yang sudah sempat menyemangati, ia harus dibully teman-temannya. Sebelumnya, saat ia memakai rok pendek tak ada yang terlalu memperhatikan. Karena semua siswi memakai rok pendek.

Hingga ... Zara tersungkur, kaki seorang siswa sengaja menghadang Zara. Gadis itu meringis, menahan sakit dan berusaha bangkit. Lagi-lagi tawa menggema.

"Makanya jangan sok suci! Tau aja ribet pakai baju kedombrang, masih sok-sokan." Semua orang di lorong itu sangat senang melihat Zara terintimidasi.

Luthfi yang saat itu keluar kantor menuju parkiran, tak sengaja melihat Zara dikerjai teman-temannya. Ia mendekat, semua siswa bisik-bisik dan saling mengingatkan untuk diam.

"Ada apa ini?" Luthfi berdiri tepat di sebelah Zara yang baru bangkit. "Kamu gak apa-apa?" tanya Luthfi, kini ia menatap Zara dari bawah, memastikan bahwa gadis manis itu baik-baik saja.

Semua siswa diam, mata Luthfi mengitari semua yang ada di sana.
"Kalian tahu, bahwa menutup aurat itu adalah kewajiban?"

Semua diam.

"Lihat saja, jika Bapak dapati ada pembullyan di sini lagi, Bapak akan bertindak tegas! Kalian harus berubah, sebelum ada korban lain seperti Janet berjatuhan!" Luthfi bicara lantang.

Kini bisik-bisik terjadi diantara siswa-siswi itu,
"Memangnya siapa dia?"

"Benar, lihat saja tidak akan sampai seminggu lagi dia akan terkencing-kencing meninggalkan sekolah kita."

"Bukannya Janet mati di hari kedatangannya."

"Iya, guru aneh."

Mereka pun meninggalkan Luthfi dan Zara, dari kejauhan Dhira memperhatikan insiden itu, hatinya kembali berdesir.
"Benar, aku jatuh cinta padanya," gumamnya pelan. Dhira pergi, dengan menjinjing tas di tangan kanan, tangan kirinya memegangi dada.

"Terimakasih, Pak." Zara mengucap tulus, kekaguman itu semakin besar.

Luthfi mengangguk, "Jika ada apa-apa, katakan pada Bapak."

Giliran Zara mengangguk, lalu Luthfi pergi meninggalkannya. Zara mematung, melihat tanpa kedip hingga bayangan Luthfi hilang di balik tembok.

Di parkiran, Dhira sibuk menyusun sesuatu.

"Dhira." Luthfi memanggil begitu melihatnya di parkiran.

Mendengar suara pria itu, jantungnya berdegup lebih kencang, gugup. Tapi, bisa menguasai diri. Buru-buru ia memutar motor dan duduk di atasnya.

"Mau kemana? Ini ...." Luthfi membuka tasnya, namun belum sempat bicara dan menyerahkan sesuatu Dhira menyalakan motor.

"Em, maaf. A, aku ditunggu Bapak di rumah sakit." Wanita dengan gamis mocca itu segera memutar gas meninggalkan Luthfi.

"Ada apa dengannya? Kenapa sikapnya aneh sekali? Bagaimana dengan laporan ini?" Luthfi menghela, meletakkan kembali buku ke dalam tasnya.

Di jalan, sambil menyetir motornya, Dhira bicara sendiri.
"Ya Allah, aku hampir mati berdiri saat ada di dekatnya. Astagfirullah, ini akan jadi fitnah besar jika aku bekerja sama dengan pria itu. Apa dia gak peka? Ah, lebih baik jika dia gak peka, jadi aku gak perlu malu." Pipinya kembali bersemu.

Terus ia kemudi motornya, menjemput Jingga lalu bergegas ke kota, menuju rumah sakit di mana Risma di rawat.

***

Misi Siswa-siswa JombloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang