Ana harus melewati sejuk dan panasnya mata hari yang begitu jahatnya, mata yang sayup-sayup itu tanda tak mampu dalam menjalaninya, ditelusuri semua akan kesalahannya, ia tak terima akan semua suratan kehidupan, lalu setiap waktu ia mengadu ke pada Allah, "Ya Rabb, hamba Mu ini butuh pertolongan, jangan kau siksa hamba dengan kepahitan ini" setiap hari ia selalu saja komplain akan deritanya.
Ana adalah seorang bocah yang masih perlu banget di bimbing sama orangtua, kalo dilihat dari pengetahuan mah, Ana itu ngga punya pengalaman, atau making, atau juga pkl kaya anak SMK, gitu. Yang iya hanya tau masalah sekolah mulu.
Awalnya ia tak terima dengan keadaan, namun dengan berjalannya realita yang ada, ia berfikir bahwa ini, "ini kah yang aku dapat? " tandasnya dalam benak seorang bocah.
Setelah kelulusan sekolah, bukan bahagia yang ia rasakan, tapi badai, guncangan alam rasa yang Ana rasakan, jikalau tak ujung dan akhir kaya gini, aku ogah banget sekolah SMA "dengan penyesalan yang begitu berkepanjangan.
Gelembung canada hanya sedikit kebahagiaan yang Ana tunjukkan pada orang lain, padahal duka laranya belum sembuh, tapi, ah, yah, sudahlah. Kalimat sudah memang pendamai boomerang dalam lumbung emosi.
Rekam perjalanan hidupnya akan lebih berarti mulai dari lahir hingga sekarang, permasalahan demi permasalahan yang singgah di kehidupannya, membuat hati ini kokoh, katanya di setiap menjadi bahagia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara target
Teen Fictionpaparan angka yang harus aku kejar sedemikian matinya, tengah hari aku tidur, dan tengah malam aku begadang, di pelupuk mata sudah menghitam, adakah yang mengerti akan jalan semua ini.