Aeji masih menatap barang bawaannya, penuh mainan anak-anak dan sayur-sayuran. Hari ini ia berencana untuk berkunjung ke rumah sahabatnya, Minho. Semenjak anaknya masuk ke rumah sakit, ia belum bertatap muka dengan ayah muda itu lagi. Terakhir komunikasipun pesan beberapa hari yang lalu. Belum lagi hari ini adalah dua hari setelah anniversary pernikahan mereka. Tentu kehadiran dadakan ini tidak akan mengganggu mereka berdua bukan? Gadis itu berencana akan memasakan makanan yang lezat untuk orang tua muda itu, mungkin sedikit berpesta dengan anggur. Kebetulan hari juga sudah petang, sebentar lagi akan gelap. Beberapa jam setelah bermain dengan mainan barunya pasti ia akan tidur.
"Halo, nona," sapa paman security yang sudah begitu hafal dengan Aeji, karena sebelum Minho menikahpun ia sering berkunjung ke apartemen ini. Paman security berusia 70 tahunan itu tersenyum manis dengan keriput yang jelas dimatanya, Aeji sering memanggilnya Paman Goo, dan senyum paman Goo adalah favorit Aeji.
"Biar ku bantu, nak,"kata Paman Goo yang berusaha mengambil barang-barang di tangan Aeji.
"Tidak, paman. Terimakasih. Lagipula kalau Paman Goo membantuku, nanti kalau ada pencuri yang masuk bagaimana?" goda Aeji yang membuat Paman Goo tertawa. Akhirnya Paman Goo pun tidak jadi membantu Aeji.
"Mau bertemu nak Minho?"
"Iya, paman. Apa Minho ada?"
"Setahuku mereka masih di rumah sakit. Semenjak si kecil masuk ke rumah sakit, mereka belum kembali sampai sekarang," kata Paman Goo.
Aeji langsung lesu mendengarnya, apakah sakitnya separah itu? Ini sudah terlalu lama untuk opname. Aeji mengambil handphonenya dan mencoba untuk menghubungi Minho. Sambungannya selalu terputus seperti sebelum-sebelumnya. Aeji akhirnya mengetik pesan ke Minho.
Me
Kau masih di rumah sakit?
Aeji melihat pesannya bercentang satu. Apa nomornya tidak aktif? Mungkin ponselnya sedang di charge. Gadis itu mendesah pasrah.
"Ada apa nak?" tanya Paman Goo.
"Oh tidak apa-apa, paman. Aku berencana memberikan kejutan untuk mereka. Tapi kalau mereka tidak di rumah, mau bagaimana lagi," kata Aeji.
"Oh begitu," tiba-tiba wajah Paman Goo tampak bimbang, seperti ada sesuatu yang di sembunyikan. Aeji yang tak sengaja menangkap raut wajah itu langsung curiga.
"Ada apa paman? Kenapa... paman seperti bimbang?"
"Hmm.. itu," Aeji mengerutkan dahinya semakin penasaran. Paman Goo membuang nafasnya berat dan akhirnya mengatakan ke curigaannya.
"Semenjak si kecil masuk rumah sakit, mereka tidak ada yang kembali ke rumah sama sekali. Setidaknya untuk mengambil beberapa barang kembali," terang Paman Goo. "Sebelum si kecil masuk rumah sakit, ada pria asing yang mengunjungi rumah mereka," Aeji langsung mengerutkan dahinya seperti ada yang tak beres. Di tambah dengan wajah Paman Goo yang mencurigakan.
"Tapi mungkin itu hanya perasaanku saja nak, tak perlu khawatir," lanjut Paman Goo.
"Memang apa yang membuat paman merasa aneh?" tanya Aeji serius.
Paman Goo tampak berpikir karena ia takut akan menimbulkan gosip karena hal ini masih spekulasinya saja. "Pria itu yang membawa si kecil Jeno dan Mirae pergi," Paman Goo berhenti sejenak sambil melirik ekspresi Aeji yang sudah tak karuan. "Waktu itu aku menanyakan pada nak Mirae sebelum mereka pergi, Nak Mirae bilang akan ke rumah sakit karena Jeno sakit. Tapi..."