Chapter 17 : See u, again!

2.9K 334 119
                                    

Seoul Hospital

Ketika langit sudah menunjukkan kembali kesedihannya, hujan pun turun membasahi bumi. Rintik hujan turun dengan deras hingga tetesnya membias menghiasi jendela kaca yang sedikit berembun.

Musim gugur memiliki banyak cerita. Hawanya identik dengan kesepian dan kesedihan. Seperti bagaimana apa yang di rasakan Oh Sehun saat ini. Matanya hanya bisa menatap sendu pada kekasihnya yang sudah satu minggu terbaring dalam ketidaksadaran.

Sehun rasanya sudah lelah menangis, meski Ia tidak menangis secara gamblang di hadapan orang lain. Ia hanya akan menyimpan kesedihannya sendiri dalam keheningan kamar rawat Luhan. Hanya ada bunyi alat pendeteksi jantung juga suara napas gadisnya yang teratur.

Padahal dokter sudah mengatakan bahwa Luhan sudah berhasil melewati masa sulit dari koma, dan syukurnya kondisi calon bayi mereka baik-baik saja sampai sekarang. Tampaknya si bayi tidak ingin menyerah begitu saja, namun kenapa sampai sekarang wanitanya juga belum mau membuka mata? Apa belum cukup menghukum Sehun dalam rasa sesak penuh penyesalan setelah satu minggu?

Genggaman tangan Sehun senantiasa menghangatkan jemari gadisnya yang dingin, meniupkan uap hangat dan menciumnya beberapa kali. Menatap wajah pucat itu dengan penuh harapan.

"Kapan kau akan bangun, Lu? Aku merindukanmu..." gumam Sehun untuk kesekian kalinya.

Tubuh Sehun bergerak mencondongkan diri ke arah Luhan, bibirnya mengecup seluruh permukaan wajah wanitanya. Mengelus pipinya lembut sambil terus berdoa.

"Bangunlah, sayang..." lirihnya putus asa.

Kali ini saja, Sehun berharap bahwa Tuhan mau mengabulkan permintaannya. Yaitu sadarnya sang kekasih dan kesembuhannya.

Dan seperti menjawab doanya, Sehun tersentak saat merasakan gerakan pasif jari Luhan yang dalam genggaman.

Ia dengan segera menekan tombol darurat untuk meminta dokter datang dan matanya seketika berbinar penuh kelegaan saat mata rusa wanitanya terbuka secara perlahan.

"Sayang..." Sehun tersenyum dan menjatuhkan air mata bahagia.

Luhan sedikit merasa linglung sesaat, mata rusanya menatap wajah tunangannya.

"Sehun—ah..."

"Ya, sayang. Ini aku...." Sehun mencium punggung tangan Luhan, "Oh Tuhan terimakasih!." Imbuhnya penuh syukur.

"Apa yang terjadi padaku?."

"Kau koma selama beberapa hari, dan tidak sadarkan diri selama seminggu..." Sehun tersenyum sendu, "kita bahkan hampir kehilangan calon bayi kita..." Luhan tersentak dan Sehun mengusap perutnya dengan sayang, "tapi tak apa, sayang. Dia kuat, sepertimu. Dia ada bersama kita..."

"Apa...aku hamil?." Tanya Luhan lirih.

"Hm." Sehun mengangguk pelan. "Sudah lima minggu..." kepalanya merunduk, "sayang...aku mohon maaf. Ini semua salahku karena telah mengabaikanmu dan membuatmu jadi seperti ini...." air mata Sehun kembali jatuh, "kumohon maafkan aku..." Ia menatap Luhan memohon.

Jari Luhan bertegar untuk menangkup wajah kekasihnya. Tersenyum lembut dan menggeleng pelan. Ia menghapus air mata di wajah tampan prianya yang tampak lelah dan sedikit pucat.

"Aku tak apa, Sehun...sebelumnya aku juga ingin minta maaf atas kekecewaanmu selama ini..." Luhan menatapnya sendu, "aku telah melupakan kenangan kita tiga tahun lalu karena kecelakaan itu...."

"Tidak sayang, ini bukan salahmu." Sehun mencium dahinya lamat, "ini murni kecelakaan dan sudah menjadi takdir kita." Sehun menggenggam erat jemari Luhan di tangannya, "kita tak perlu menyesali hal itu. Mari kembali seperti sebelumnya, kita wujudkan masa depan kita yang cerah bersama."

The Last Princess [ ✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang