Menempuh waktu satu jam perjalanan. Mereka pun sampai di tujuan. Luhan mengikuti langkah Sehun yang memasuki vila pribadi milik pria itu. Bangunannya memiliki desain yang begitu mini malis dan tertata rapi. Tampak luas serta tidak monoton.
Luhan menganggukkan kepalanya. Vila yang bagus, cocok untuk berlibur dan mengasingkan diri, pikirnya.
“Itu kamarmu. Dan kamarku ada di lantai dua.” Sehun menunjuk pintu kamar di depan mereka, dan menunjuk pintu kamarnya sendiri yang berada di lantai dua pada Luhan, “dan tolong selama di sini jangan berisik dan bertindak ceroboh. Sebelumnya aku tidak pernah membawa orang asing untuk masuk ke vila pribadiku.” Tukasnya dingin.
Luhan menganggukkan kepala, “Baiklah, Sehun-ssi. Tapi, apa kau punya baju ganti untuk perempuan sebelumnya? Aku tak mungkin tidur dengan mengenakan gaun seperti ini.” Luhan menerbitkan senyum polosnya.
Sehun mendengkus keras, belum apa-apa Luhan sudah terlihat sangat merepotkan di benaknya.
“Aku tidak punya itu! Terserah kau saja mau tidur dengan memakai apa. Lagi pula tidak akan ada orang yang melihatmu lagi setelah kau masuk ke kamar itu.” Sehun membalikkan tubuhnya dan menapaki langkah untuk menaiki tangga.
Ia sangat lelah, dan butuh waktu tidur yang berkualitas. Dan, karena berurusan dengan Luhan. Semuanya terasa sangat membebani pundaknya. Ah, kenapa juga Ia harus berempati untuk menolong wanita itu tadi. Sial!
“Kalau begitu aku pinjam satu bajumu bolehkan? Aku memakai hotpants di balik gaunku, untuk berjaga-jaga.” Teriak Luhan dari bawah.
“Terserah!.” Sehun memasuki kamarnya dan menutup pintunya kemudian.
Meninggalkan Luhan yang memasang wajah cemberut di bawah sana, dan memasuki kamar yang Sehun tunjuk tadi dengan langkah gontai.
Tetapi, ketika di pagi hari. Luhan mendapatkan keinginannya, yaitu satu kemeja berukuran big size dengan warna pink cerah itu tepat di depan pintu kamarnya yang sebelumnya telah di ketuk perlahan.
.
.“Aku akan pergi untuk bertemu teman lamaku di sini. Kau bisa di vila untuk bersantai atau berkeliling ke pantai di depan sana.” Sehun merapikan kemeja putih polosnya, dan memakai topi berlogo Izro di kepalanya.
“Aku tidak bisa. Setidaknya, aku ingin ikut bersamamu.” ujarnya.
Sehun menatap Luhan tidak suka, mengintimidasi dengan tatapan paling mengerikan agar wanita itu setidaknya bisa sedikit merasa tahu diri. Sudah di tolong, malah bertindak menyebalkan.
Tetapi rupanya tatapan tajam itu tidak bisa menakut-nakuti Luhan. Gadis yang sedang duduk manis bak kucing di atas sofa itu malah memberi Sehun tatapan berbelas kasih.
“Kau—!!.”
“Aku harus membeli pakaian ganti,” Luhan menyela dengan cepat, Ia merundukkan kepalanya dan menyelipkan sedikit anak rambutnya di belakang telinga, “dan juga beberapa pakaian dalam.” Sambungnya lirih dengan wajah merona padam.
Sehun menghela napas lelah. Ya Tuhan, Engkau harus memberiku tiket VVIP untuk masuk ke surga jika aku mati nanti karena sebagai timbal balik yang pas sebab telah menolong gadis ini, pikir Sehun.
Ia menatap Luhan defensif dan memilih mengalah.
“Ya sudah, kau boleh ikut.” Putusnya kemudian.
Luhan menatap Sehun penuh binar kebahagiaan.
“Sungguh?!.”
Sehun mengambil dompetnya dan mengeluarkan salah satu black-cardnya dari sana. Melemparnya ke pangkuan Luhan.
![](https://img.wattpad.com/cover/190659338-288-k374445.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Princess [ ✔️ ]
Fanfiction[ Walaupun sudah TAMAT. Tolong jangan lupa voting and comment ya! ] { 02 #Hunhangs : 28 Jun'20 } { 04 #Selu : 28 Jun'20 } "Aku mencari dan menunggumu selama tiga tahun penuh, namun kau melupakan semuanya hanya dalam satu malam." "Aㅡapa? Siapa yang k...