Chapter 10 : Incident

2.6K 348 118
                                    

Setelah mengalami perang batin yang cukup mencekam, Luhan perlahan membuka matanya yang belum bisa tertidur dengan damai. Ia menatap hening langit-langit kamar yang di tempatinya. Merasakan jantungnya masih berdebar akan rasa cemas dan hal lain.

Luhan masih belum yakin apakah keputusan yang di ambilnya ini sudah tepat. Tinggal satu apartemen dengan Sehun untuk menghindari bahaya yang bisa saja menghampirinya dari teror fans yang menggila itu.

Tapi untuk sekarang, Luhan merasa aman berada di apartemen Sehun. Ia baru menyadari jika ternyata apartemen Sehun berada di satu lorong yang sama dengan apartemennya. Hanya berhalat beberapa kamar saja. Dan apartemen Sehun memiliki fasilitas lebih hebat dari miliknya. Ia merasa iri.

Apartemen mereka memang sama-sama memiliki dua kamar utama. Namun, di apartemen Sehun itu lebih luas dan nyaman. Setiap kamar memiliki ruang walk in closet dan kamar mandi super mewah.

Juga ada pantry yang sangat bagus dengan lemari kaca berlapis kayu jati yang menyimpan jejeran botol anggur dan bir. Luhan sempat menuju ke sana ketika meminta air putih untuk mengisi dahaganya tadi. Dan Ia bersumpah, dirinya sangat ingin memasak di sana suatu hari nanti karena tataan pantrynya sungguh luar biasa mengagumkan.

Lagi pula, entah perasaan dari mana...Ia merasakan ruangan ini akan sangat akrab untuknya. Luhan merasakan rasa aman dan damai di apartemen ini. Apa mungkin karena Sehun adalah pria yang baik? Mungkin saja.

Tapi, jauh dari dalam lubuk hatinya. Luhan merasakan perasaan aneh yang cukup mengusik ketenangannya. Namun, Ia sendiri tak mengerti itu perasaan apa dan disebabkan oleh apa. Merasa seolah-olah dirinya dan Sehun sudah sangat dekat satu sama lain. Padahal mereka baru bertemu sejak malam penghargaan itu kan? Aneh sekali.

Memikirkannya membuat Luhan merasa pusing. Ia memilih untuk memejamkan mata dan beristirahat. Besok adalah hari libur. Mungkin paginya akan di sibukkan untuk berkemas dan tinggal sementara waktu di sini sampai kontrak kencan mereka berakhir.

.
.

"Kau yakin akan baik-baik saja tinggal bersama Sehun, Lu?."

"Aku baik-baik saja, eonnie. Aku yakin Sehun bukan orang jahat. Eonnie tak perlu cemas." Luhan menepuk bahu Baekhyun pelan.

Ia melirik para pekerja yang mengangkut barang-barang pribadinya dengan hati-hati untuk di pindahkan ke apartemen Sehun. Bicara soal Sehun, pria itu sepertinya ada panggilan mendadak dari kepala agensi mereka. Luhan jadi memikirkan, apa benar soal rumor yang beredar itu? Bahwa Yunho sajangnim adalah ayah Sehun? Ditambah lagi kenyataannya bahwa mereka memiliki marga yang sama.

Baekhyun menghela napas dan memandang apartemen Sehun dengan saksama. Seperti yang sudah Luhan jelaskan, rasanya tidak apa-apa membiarkan adik sepupunya ini untuk tinggal selama dua bulan lagi di sini. Sehun punya apartemen yang aman dan lebih bagus daripada Luhan.

"Baiklah, aku akan sering mengunjungimu ke sini mulai sekarang. Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku. Proses teror yang menimpamu tengah dalam pemeriksaan polisi, aku rasa mereka mulai ketakutan sekarang karena tengah menjadi buronan."

Luhan tersenyum, "Terimakasih eonnie." Bisiknya.

"Apapun untukmu sayangku." Mereka berpelukan.

"Oh! Aku rasa, setelah ini kita harus makan siang di luar. Ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu." Ujar Baekhyun serius dan di angguki oleh Luhan setelahnya.

"Baiklah, aku akan bersiap."

Baekhyun menunggu di sofa, sedangkan Luhan memperhatikan kinerja para pengangkut barang yang hampir selesai menata semua kebutuhannya di kamar sebelah yang akan Ia tempati mulai sekarang.

The Last Princess [ ✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang