[1] Beom Bom dan Neom Nom

6.3K 352 121
                                    







**Selamat Membaca**







"IBUUUUUUUU ... IBUUUUUUU ... IBU ADA MAYAT!!! IBUUUUU ...." Teriak seorang anak berumur sepuluh tahun.

Anak itu berlari tunggang langgang, kembali ke tempat dimana dia berpisah dari Ibunya.

Dengan raut wajah ketakutan dan nafas tersengal, dia terus berlari dan berlari. Bayangan tubuh bersimbah darah yang baru saja dilihatnya, membuat kecepatan larinya bertambah semakin kencang. Berpacu dengan waktu dan keingintahuan besar.

Ranting kayu kering yang berkali-kali menggores betisnya, tak dia hiraukan sedikitpun.

Ratusan pohon pinus yang tegak menjulang mengelilinginya, tak menyulitkan anak itu untuk menemukan jalan keluar dari hutan tersebut.

Ketika sosok Ibunya berada tak jauh di depan mata, dia segera menerjangnya dengan pelukan.

"Ibu ..." Nafasnya tersengal. Dadanya naik turun, menempel di punggung Ibunya.

"Beomgyu?"

Sang Ibu menoleh. Tampak terkejut dengan peluh yang bercucuran di wajah putranya.

"Apa ada harimau yang mengejarmu?" Tanya Ibunya.

Sang anak menggeleng cepat. Kedua tangannya masih gemetar dan tak berpindah dari pinggang Ibunya.

"Beomgyu? Ada apa denganmu? Apa ada seekor serigala yang kau temui di dalam sana?" Tanya sang Ayah yang ikut heran. Mencoba menebak atas ketakutan hebat yang melanda putranya.

Beomgyu kecil menggeleng kembali.

"Mayat!" Pungkasnya kemudian.

Kedua orang tuanya saling berpandangan.

"Bicara yang jelas Beomgyu! Ceritakan pada Ibu!" Desak Ibunya. Dia mengangkat dagu Beomgyu agar mau menatapnya.

"Mayat! Ada mayat, Ibu. Ada mayat di dekat sungai." Ujar Beomgyu cepat.

Manik mata Ibunya melebar. Tak percaya atas apa yang didengarnya.

Sang Ayah yang turut bingung, mencoba berjongkok, lalu menarik tubuh putranya agar mendekat.

"Beomgyu, katakan dengan jujur pada Ayah. Apa yang baru saja kau lihat di sana?" Ayahnya berujar lembut.

Dengan kaki yang masih bergetar, Beomgyu menatap wajah Ayahnya.

"A-a-ada ... ada mayat di dekat sungai Ayah."

"Mayat? Kau yakin?"

Beomgyu mengangguk.

"Darah! Banyak darah di tubuhnya. Sepertinya dia laki-laki. Karena takut, aku segera berlari kemari." Imbuhnya memperjelas.

Manik mata Ayahnya melebar. Terperangah akan cerita sang anak.

"Sayang, kita harus kesana untuk memastikan. Jangan sampai hewan buas menemukan mayat itu lebih dulu." Seru Ayah Beomgyu pada istrinya.

Akhirnya, ketiga orang itu kembali ke tempat yang diceritakan oleh Beomgyu.

Cerita Beomgyu memang benar adanya. Ada sosok yang tergeletak dengan tubuh bersimbah darah dan penuh luka, tak jauh dari pinggir sungai.

Ayah Beomgyu memberanikan diri untuk mendekat. Sedangkan Beomgyu dan Ibunya menunggu di balik pohon.

Sang Ayah menempelkan ujung jari telunjuk dan jari tengah pada pergelangan tangan sosok tersebut. Kemudian menempelkannya di dekat hidung. Dia membuka baju bersimbah darah tersebut, lalu menempelkan telapak tangannya di atas dada kiri. Tepat di bagian jantung pria yang tergeletak itu.

GULAKU [TAEJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang