⚠️⚠️⚠️
This chapter contains mature contents. Please be wise on choosing your reading materials.
TW // PTSD
TW // Amnesia
TW // Mention of Killing or Murder
CW // Sex Scenes
CW // Harsh Words"Lagi, Taehyung."
Aku secara lantang dan tanpa tahu malu memelas pada Taehyung, memintanya menghentakku seperti yang baru saja ia lakukan. Aku kini terlentang di atas sofa di dalam ruangan kerja Taehyung, telanjang tanpa sehelai benang melekat di tubuhku. Sementara Taehyung dengan semangat keluar masuk tanpa henti di bawah sana, begitu patuh menuruti perintahku meski beberapa kali ia memelankan tempo hujamannya dan menatapku khawatir ketika desis perih keluar dari bibirku.
Anggap saja aku gila. Tapi aku menikmati sakit yang kurasakan, bahkan ingin memohon pada Taehyung untuk lebih menghancurkanku.
Pertemuanku dengan Joy benar-benar membuyarkan segala ketenanganku. Kalutku akibat percakapan singkat dengannya sungguh tak bisa kuhapus sendiri. Aku butuh Taehyung. Bukan hanya presensinya semata, tapi distraksi hebat yang hanya bisa diberikan oleh Taehyung. Aku butuh pelukan hangatnya membungkus erat tubuhku, aku butuh bibir ahlinya untuk mengebaskan bibirku, dan aku butuh sentuhan kasarnya untuk membuatku lupa.
Taehyung yang sebelumnya sementara berdiskusi dengan Irene terkejut saat aku dengan kasar membuka pintu, kemudian berlari sangat cepat untuk menghamburkan tubuhku sepenuhnya ke pelukannya. Aku bahkan tak peduli dengan Irene yang hanya bisa tertegun melihat kedatanganku, bahkan saat aku secara brutal mencium Taehyung di depannya. Taehyung langsung mambalas ciumanku, menarikku pelan dan mendaratkanku ke atas pangkuannya, mencoba menenangkanku dengan belaian-belaian agresifnya.
Saat aku mendengar pintu tertutup, aku tahu Irene telah meninggalkan ruangan. Taehyung yang terlihat bingung dan dipenuhi nafsu dalam waktu bersamaan membawaku menuju sofa dan mulai melancarkan aksinya; menelanjangiku, menciumku dan memberikan tanda kepemilikan di seluruh bagian tubuhku yang bisa dijangkaunya dengan kecupan, dan selanjutnya mulai menyetubuhiku ganas.
Jelas aku menyukainya.
Sangat sangat sangat menyukainya.
"HARDER! PLEASE, TAE! FUCK ME HARDER!"
Apakah aku berteriak? Jelas karena yang aku lihat pada wajah Taehyung adalah raut terkejut, kental akan kebingungan. Aku memang sering memelas meminta sentuhan kasarnya saat kami sedang bercinta, namun saat ini aku benar-benar berteriak seperti orang yang akan mati jika tidak mendapatkannya.
Cengiran nakal dan kekehan Taehyung selanjutnya seakan memberitahuku bahwa itu adalah hal yang wajar. Bahwa menyuarakan keinginanku menyangkut kepuasan seksualku adalah normal dan dengan senang hati akan dipenuhinya. Pun gelagat Taehyung menunjukkan bahwa ia menginginkan hal yang sama. Bahwa ia pun menyukai sesi bercinta yang kasar.
"You want to go hardcore, baby? I'll give it to you," ucapnya berupa erangan yang begitu sensual di telingaku.
Inilah mengapa aku sangat yakin bahwa Taehyung adalah seorang dewa seks, ia seakan dilahirkan sebagai ahli dari segala ahli dalam hal ini. Taehyung membuatku menginginkan lebih, membuatku tergila-gila, dan aku tak bisa membayangkan melakukan ini dengan orang lain selain dirinya.
Hanya Taehyung.
Aku merasakan liang sempitku semakin terbelah saat Taehyung secara kasar menghujamku, menanamkan miliknya lebih dalam dan lebih intens, setiap sisi kejantanannya menggerus dinding-dinding beludruku, ujungnya menumbuk titik kepuasan yang mengirimkan sengat listrik ke seluruh bagian tubuhku. Ngilu. Perih. Namun lagi, aku menikmati kesakitan yang secara bersamaan memberiku kenikmatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ The Painful Truth [PDF Terbit]
Fanfic⚠️ 21+ (Mature Contents) Romance | Angst | Drama "Katakan semua kebenarannya padaku. Aku akan menerimanya, sekalipun itu sangat menyakitkan." Seorang wanita terbangun, menemukan dirinya terbaring pada ranjang rumah sakit tanpa mengetahui apa pun ten...