Chapter 8 : Choose...

2.6K 290 106
                                        

Happy Reading

🌸🌸🌸

Sasuke menatap Sakura dengan pandangan marah "Kau hamil dan gugurkan dengan segera".

Ucapan Sasuke barusan membuat hatinya hancur seperti kaca yang baru saja di lempar oleh batu. Tangan Sakura reflek memegang perutnya. Yang lebih terkejut lagi saat Sasuke melempar dua kertas kearah dirinya.

"Itu hasil tes pemeriksaanmu dan tebusan obat. Jangan harap aku dengan suka rela menebus obat itu untuk kesehatan janinmu".

Sasuke berjalan makin dekat dengan Sakura dan mencengkram rahangnya pelan tapi sudah membuat Sakura meringis "Aku sudah memberimu obat pencegah kehamilan! Katakan padaku kalau kau tidak meminumnya?" ucap Sasuke pelan namun sangat mematikan.

Sakura balas tatapan tajam suaminya "Aku meminumnya rutin. Yang ku tanya padamu apa itu sungguh obat pencegah? Kalau memang iya kenapa aku bisa hamil sialan?!".

"Tidak usah balik tanya padaku. Tugasmu hanya satu gugurkan kandunganmu kalau perlu angkat juga sekalian rahimmu sehingga kau tidak bisa mempunyai anak dariku".

Sakura mendorong Sasuke dengan kencang ia meraih gelas yang ada di sampingnya dan memecahkan pada pinggiran ranjang "Jangan mendekat dasar iblis" Sakura mengacungkan gelas yang pecahannya runcing pada suaminya "Ku perjelas aku tidak akan melenyapkannya. bagaimanapun juga dia hidup Sasuke. Kalau kau tidak mau mengakui dan merawatnya ceraikan aku, aku akan merawatnya sendiri".

Tatapan Sasuke makin tajam melihat istrinya mencengkram pecahan gelas sampai membuat tangan halus istrinya mengeluarkan darah. "Kau melawanku demi janin yang belum terbentuk itu?".

Sakura turun dari ranjang dan duduk pada kursi yang berada di dekat ranjang. Ia menghadap Sasuke sambil mengacungkan pecahan gelas pada suaminya.

"Harus ku katakan berapa kali kalau aku tidak akan melenyapkannya. Dia anakku anak dari Sakura bukan anakmu jadi kau tidak berhak mengaturku terlalu jauh Sasuke. Ingat posisimu".

"Seharusnya itu yang ku katakan padamu. Ingat posisimu sebagai simpananku Sakura" jeda Sasuke "Ok. Kalau kau tidak ingin melenyapkannya kita lihat sejauh mana kau akan mempertahankan kandunganmu. Empat hari kedepan aku akan pergi menyusul Karin karna dua hari lagi dia ulang tahun ku harap saat aku kembali kau sudah melenyapkannya seperti yang ku mau".

Sakura menatap suaminya yang sudah pergi di balik pintu ruang rawatnya dengan tatapan benci. tangannya tergerak untuk mengelus perutnya "Jangan dengarkan iblis itu nak. Aku akan tetap mempertahankanmu karna kau itu anakku".

Sakura duduk bersandar ia akan menghubungi Ino untuk menjemputnya itu juga jika dia tidak sibuk karna mengingat semua pekerjaannya ia limpahkan pada sahabatnya.

ia menatap ponselnya sampai orang yang di telpon mengangkatnya "Gaara! Apa kau sibuk?" ucap Sakura dengan suara lirihnya.

"Ada apa?" tanya Gaara.

"Bisa kau jemput aku di tokyo hospital?".

"Ada apa denganmu?".

"Nanti saja akan ku jelaskan. Jika kau sibuk tak perlu menjemputku".

"Tidak. Aku akan jalan sekarang juga".

"Terima kasih" ucap Sakura. Ia bangkit untuk memunguti kertas yang di lempar Sasuke tadi. Sakura mengelus perutnya "Lihat kau mempunyai paman yang sangat baik. Dia mungkin akan menjagamu juga setelah kau lahir nanti" ucap Sakura tulus. Sakura sangat ingin menangis tapi sebisa mungkin ia tahan karna tidak ingin mendapatkan pertanyaan dari Gaara saat melihat mata sembabnya.

Love In SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang