Aku pingsan. Aku tidak tahu berapa lama aku tenggelam di dalam kegelapan hingga aku bisa seperti ini. Tidur di atas ranjang, dan terkesiap ketika sebuah cahaya masuk mengenai mataku.
"Kau sudah sadar?" Tiba-tiba ada tangan yang memegang lenganku. Suaranya khas, membuatku terkesiap saat melihat Mr dan Mrs. Leonard sudah berada di sampingku.
"Mrs. Leonard...?" Seruku. Bau khas rumah sakit langsung menyeruak ketika akhirnya aku berhasil membuka mata.
"Syukurlah kau tidak apa-apa." Ucapnya sambil menghela napas.
"Oma...?" Aku melihat Oma berada di ranjang sebelahku, dengan infus di salah satu lengannya.
"Tenang lah, Sia. Dokter memberikan obat penenang agar Oma bisa tidur. Tadi ada pemuda baik hati yang dengan telatennya menjagamu dan juga Oma saat kau pingsan tadi. Dan baru saja dia pergi untuk mengurus administrasi kalian berdua." Ucap Mr. Leonard.
Aku menggigit bawah bibirku, sudah pasti tahu siapa pemuda yang dimaksud oleh Mr. Leonard.
"Tadi malam kami benar-benar syok saat mendengar berita di televisi tentang pembunuh itu. Untuk itu, kami cepat-cepat datang ke rumahmu. Namun semuanya sudah terlambat, ketika kami datang, kau dan Omamu sudah dibawa ke rumah sakit." Terang Mrs. Leonard.
Mendengar Mr. Leonard menceritakan semuanya, tanpa sadar tanganku bergetar lagi. Teringat akan kejadian tadi malam yang sudah sangat membuatku syok setengah mati. Menahan takut akan teror yang besar kemungkinannya adalah ulah dari pembunuh itu.
Mr. Leonard kemudian memutar ke arahku dan meraih tanganku. "Kau tahu kalau kau dan Oma sudah seperti keluarga kami. Kalian bisa ikut kami pergi ke luar kota. Setidaknya kalian bisa sedikit aman karena kami juga tinggal di rumah anak kami yang ada di sana. Ada beberapa penjaga di sana. Paling tidak, sampai polisi bisa menangkap kembali pembunuh itu." Jelas Mrs. Leonard disusul dengan anggukan kepala dari Mr. Leonard.
Aku menggigit ujung bawah bibirku sendiri. Mencoba menimang-nimang. Tetapi sebelum aku memberikan jawaban, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka.
"Maaf, tidak bisa." Tiba-tiba Adam yang menjawab sendiri perkataan Mr dan Mrs. Leonard. "Saya hargai kebaikan hati kalian, tetapi Sia tidak bisa tinggal di rumah kalian. Kalian boleh membawa Oma, tetapi tidak dengan Sia." Ucap Adam lantang, hingga membuatku sangat syok akan ucapan Adam yang sangat tidak masuk akal ini.
"Adam! Apa-apaan kau ini?!" Aku memekik keras. Sedangkan Adam hanya menatapku dengan mata yang menyala tajam.
"Sia, bisakah kita bicara sebentar." Ucapnya. Dan kemudian menatap ke arah Mr dan Mrs. Leonard. "Bisa kah kalian meninggalkan kami berdua untuk berbicara." Dahi Adam mengerut. Kilatan matanya benar-benar tajam. Aku dapat melihat Mr dan Mrs. Leonard hanya bisa saling pandang dan akhirnya pergi meninggalkan kami berdua.
"Apa-apaan kau ini?!" Pekikku lagi.
"Apa kau pikir setelah kamu pindah bersama mereka, kau akan baik-baik saja?" Ucapannya meninggi disertai kerutan yang ada di wajahnya. "Dengar, Sia. Polisi sudah memastikan kalau orang yang menerormu tadi malam adalah benar-benar pembunuh itu. Sidik jarinya berada di mana-mana. Ditambah kesaksian Oma yang mengatakan, bahwa tadi malam dia juga menyerang Oma saat dia mencari dirimu."
Jantungku seperti ditikam. Kenyataan bahwa memang benar pembunuh itu yang masuk ke dalam rumahku adalah sesuatu yang benar-benar sangat menakutkan. Jantungku berpacu dengan sangat keras, kengerian benar-benar mencekik leherku saat ini juga.
"Kau harus tinggal bersamaku, Sia." Dan tiba-tiba Adam mengucapkan itu. Membuatku syok untuk yang kedua kalinya. "Aku mengizinkan Oma untuk tinggal bersama dengan Mr dan Mrs. Leonard. Tetapi tidak denganmu." Ucap Adam lagi. Benar-benar membuat mataku melotot tajam saat mendengar perkataan Adam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy Next Door (TAMAT)
RomanceNamanya Adam Dia, dua belas tahun lebih tua dariku. Aku dengar, dia seorang duda. Istrinya kabur bersama dengan laki-laki lain dan hanya menginginkan hartanya. Tapi, ada yang bilang bahwa istrinya sudah meninggal. Ada juga yang mengatakan bahwa istr...