Bab 6 - De Javu

5.3K 425 15
                                    

YUHUUUU, UPDATE CEPET ...

***

Sial! Aku kembali terjebak di dalam rumah ini. Kalau saja dia tidak terluka karena menyelamatkan aku, aku tidak akan pernah berada di sini. Merawatnya dan membersihkan luka goresan itu.

Tetap tenang, tetap santai. Aku terus mengucapkan mantra itu di dalam hati. Menunduk ke arahnya dan membersihkan darah segar di area luka lengannya. Posisi kami begitu dekat, membuatku tidak sengaja mencium bau cologne-nya yang berhasil membuat tubuhku bergetar oleh sesuatu hal yang tidak aku mengerti. Aroma tubuhnya benar-benar berbeda. Seperti membangkitkan kenangan tentang suatu masa, yang tidak mampu kuingat sama sekali.

"Aw." Tiba-tiba Adam memekik kesakitan. Menarik lengannya ketika aku tidak sengaja menyentuh lukanya dengan sangat keras.

"M-maaf." Aku segera menyadari kesalahanku. Segera meraih lengannya dan cepat-cepat aku memberikannya obat. Dan setelah aku berhasil menutup lukanya, aku segera bangkit. Aku ingin segera pulang karena aku tidak ingin berlama-lama berada di sini.

"Tunggu. Kau mau ke mana?" Tanya Adam. Menahan lenganku ketika aku berusaha pergi.

Aku kemudian meletakkan sebuah kunci rumah ke atas meja. Memberikannya pada Adam lalu menatap Adam kembali. "Ini kunci rumah yang dulu dititipkan Mr. Leonard kepadaku. Maaf baru bisa mengembalikan padamu meski sudah satu tahun berlalu." Ucapku.

"Tidak. Kau tidak perlu mengembalikannya."

Aku menyipitkan mata, merasa heran. Menggeleng-gelengkan kepalaku lalu menepis lengannya. "Maaf, aku harus pergi."

"Apa kau tidak tahu kalau hujan di luar sana semakin deras? Dan aku... masih membutuhkanmu." Ia kemudian menatapku dari atas sampai bawah. Kilatan matanya seperti merutukiku. Dan kini tangannya meraih wajahku. Mengelus lembut pipiku hingga tanpa sadar membuat tubuhku seperti terkena aliran listrik yang sangat tinggi. Ia kembali meraih lenganku dan malah menarik diriku ke arah dirinya. Dan benar saja, Adam dengan segala kelakuan bejatnya tidak pernah berubah sama sekali. Aku harus segera keluar dari rumah ini jika aku masih ingin melihat diriku baik-baik saja.

"Dengar, pak Adam. Aku berterima kasih karena kau sudah menyelamatkan aku. Tapi jangan harap kau bisa berbuat seenaknya seperti ini."

Tapi Adam tidak perduli dengan semua ucapanku. Dia semakin mendekatkan diri ke arahku dan bergerak memeluk tubuhku. "Kenapa kau selalu menolakku? Kau hanya tinggal bilang ya dan kau menjadi kekasihku."

Mendengar ucapannya, emosiku tiba-tiba tersulut. "Dengar, pak Adam. Aku tidak sudi untuk menjadi kekasihmu walaupun kau laki-laki terakhir di muka bumi ini." Jawabku lantang. "Dan kau...? Menurutku kau tidak lebih dari laki-laki sakit jiwa yang terobsesi dengan seorang gadis yang berumur dua belas tahun lebih muda darimu." Pekikku. Sungguh. Aku benar-benar marah. Tidak sengaja menyuarakan umpatan yang aku pendam selama dua belas bulan terakhir. Aku kemudian mengangkat tanganku dan mendorong tubuh Adam kuat-kuat. Membuat Adam tersentak kaget dan matanya menghujam tajam menatap ke arahku.

"Kalau itu pendapatmu tentang aku selama ini, berarti tidak ada salahnya jika aku melakukan ini padamu, bukan?" Adam terlihat menggertakkan giginya. Kilatan marah langsung muncul begitu saja seirama dengan tubuhnya yang bergetar. Tiba-tiba Adam melangkah ke arahku. Membuatku spontan langsung mundur ke arah belakang.

Aku benar-benar tidak tahu kalau perkataanku telah membuat Adam murka sebegitu hebatnya. Tiba-tiba saja Adam langsung meraih kepalaku. Mencondongkan tubuhnya dan menangkap mulutku dan menciumnya dengan begitu menggebu. Menahan kepalaku ketika aku mencoba menghindarinya.

The Bad Boy Next Door (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang