Tidak! Dia melakukannya lagi. Dia melakukannya lagi.
Tanganku bergetar bersamaan dengan tubuhku yang menegang. Aku tidak kuasa melihatnya yang terus seperti ini. Jantungku bergemuruh hebat. Napasku tertahan ketika aku harus selalu melihat dirinya terus-terusan melakukan ini setiap malam.
Setiap malam! Pekikku di dalam hati.
Aku menelan salivaku pasrah. Sepertinya dia memang sengaja melakukannya. Dia selalu melakukan sesuatu yang sudah berulang kali aku peringatkan. Aku tidak tahu kenapa dia selalu seperti ini. Membuat tubuhku tiba-tiba panas oleh sesuatu hal yang tidak bisa aku mengerti sama sekali.
Aku mohon berhentilah.
Siluet tubuhnya benar-benar sangat menganggu. Aku tidak tahu dia tidak sadar atau memang sengaja. Membuka bajunya dan hanya menampilkan tubuh bidangnya. Bertelanjang dada dan menawariku sebuah cairan berwarna merah. Meletakkannya di atas meja tempat di mana aku duduk.
"A-apa ini?"
"Anggur." Jawabnya singkat sebelum akhirnya dia mencicipi minumannya sendiri. Memutar tubuhnya dan duduk berhadapan denganku.
Aku melenguh lalu menutup buku yang tadinya terbuka lebar di depanku. "Bapak tahu kalau saya tidak menyukai minuman seperti itu." Lalu aku memasukkan buku-buku yang aku keluarkan tadi ke dalam tas bersamaan dengan netbook-ku. "Maaf, tapi sepertinya saya tidak bisa kembali lagi besok." Aku langsung berdiri. Tapi tiba-tiba dia menahan lenganku. Menggelengkan kepalanya satu kali dan menyuruhku untuk duduk kembali.
"Kau tahu aku tidak bisa menemukan guru bahasa Perancis selain dirimu."
Aku masih berusaha bangkit tapi dia kembali menahannya. Sudah lebih dari satu bulan tetapi dia selalu seperti ini. Aku tidak tahu kenapa dia memilihku. Hanya seorang anak kuliahan jurusan bahasa, yang ia sewa untuk mengajarinya bahasa Perancis. Bahkan, kalau dia mau, dia bisa menyewa guru profesional untuk mengajarinya bahasa Perancis.
"Tapi,"
"Maaf kalau aku tidak fokus. Kita bisa mulai lagi."
Tapi aku menggeleng. Mengambil lagi tas ranselku dan cepat-cepat segera berdiri. Tidak tahan dengan sikapnya yang terus menerus seperti ini kepadaku.
"Sia," dan tiba-tiba dia mendekat. Meraih tanganku saat aku bergegas keluar ke arah pintu.
"Maaf, Mr. George. Saya harus pulang." Aku berusaha meraih tanganku kembali, tapi tiba-tiba dia mencengkeram tanganku dengan begitu kuat. Hingga aku tidak sadar ketika dia menarikku hingga tubuh kecilku terpental ke arahnya.
"Jangan tinggalkan aku." Suaranya yang rendah tapi kuat berhasil membuat bulu kudukku berdiri. Apalagi sekarang dia begitu dekat. Membuatku benar-benar menempel pada dirinya.
"T-tapi pak."
"Sudah kukatakan jangan panggil aku pak. Aku lebih suka kau memanggilku Adam." Dia melirikku sebentar. Membisikkan kalimat itu tepat ditelingaku di bagian belakang tengkukku. Aku menahan napas sebentar dan mencoba untuk menghindar. Dan untuk yang kesekian kalinya, dia menahanku dengan begitu kuat. Membuat tubuhku yang hanya berbalut kemeja tipis dapat merasakan kulit bagian dada bidangnya yang terbuka.
"Saya mohon jangan seperti ini." Aku masih berusaha melepaskan diri dari cengkeramannya. Menggunakan sisa-sisa tenagaku aku berhasil mendorong tubuhnya. "Maaf, tapi aku harus pergi." Baru saja aku meraih knop pintu untuk segera keluar dari tempat ini, tiba-tiba dia kembali menarikku. Bahkan cengkeramannya dua kali lebih kuat dan lagi-lagi aku terpental ke arahnya.
"Pak Adam. Tolong jangan seperti ini."
"Adam, Sia. Adam." Ucapnya. "Sudah berulang kali aku peringatkan panggil aku Adam saja baru aku akan melepaskanmu." Bisiknya lagi di telingaku. Sepertinya dia gemar sekali melakukan ini kepadaku. Suaranya yang serak itu terdengar begitu jelas di telingaku. Membuat tubuhku seperti tersengat, jantungku bergemuruh hebat dan badanku tiba-tiba panas oleh sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.
"Kenapa anda melakukan ini pada saya?" Lagi-lagi aku meronta. Tapi sepertinya, Adam tidak lagi mengizinkanku terlepas dengan mudahnya.
Dan kali ini dia menyentuhku. Menggunakan tangannya yang lain dia mengusap pipiku dengan lembut. "Tapi kau menyukainya bukan?" Dan ucapannya disusul dengan seringai di bagian wajahnya yang sangat menakutkan. Sorotan tajam matanya menatapku dengan begitu dalam. Tatapannya seperti seekor binatang buas yang kelaparan. Kilatan yang ada di matanya seperti ingin memakanku bulat-bulat. Membuatku sedikit ngeri oleh sepasang mata cokelat miliknya yang saat ini seperti menjebakku.
------------
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy Next Door (TAMAT)
RomansaNamanya Adam Dia, dua belas tahun lebih tua dariku. Aku dengar, dia seorang duda. Istrinya kabur bersama dengan laki-laki lain dan hanya menginginkan hartanya. Tapi, ada yang bilang bahwa istrinya sudah meninggal. Ada juga yang mengatakan bahwa istr...