Chapter 5 : Melati Terakhir

873 62 63
                                    

Ini adalah melati terakhir yang aku berikan untukmu di pagi ini
Setelahnya aku akan merangkai anganku agar aku dapat melanjutkan apa yang pernah aku mulai
Ini adalah salam terakhir yang aku ucapkan untukmu di pagi ini
Setelahnya aku akan menyimpan sapaan indah ini jauh di relung hatiku
Dan ini adalah tatap mata terakhir yang aku pandangkan untukmu di pagi ini
Setelahnya aku akan melihat apa yang akan membuatku tidak memikirkanmu lagi
Bukannya aku sudah melupakan dirimu
Ataupun berjuta janji yang dulu pernah kita ucapkan
Bukan....
Jangan pula kamu berpikir aku bersekutu dengan dusta agar aku dapat melupakanmu
Bukan....
Semuanya aku lakukan agar kita dapat saling mengikhlaskan
Agar kita dapat saling memberikan segenap rasa yang kita punya

Jakarta, di suatu pagi saat aku terhening di bawah rimbunnya dahan Kamboja
07.18 WIB

~Ranu~

Aku menatap batu nisan berukirkan nama Kenan Mahendra. Mesra aku pandangi peraduan terakhir dari lelaki yang sangat mencintaiku ini. Lembut kusapu juga batu nisan ini di setiap sudutnya dengan jemariku. Kucoba untuk melukis raut wajah Kenan saat aku sedang bersimpuh di pusarannya pada pagi ini.

"Dear... Kenan....kekasih hatiku"

"Ini adalah pagi ke empat puluh sejak kepergianmu. Kepergian yang sangat tidak aku duga. Kepergian yang akhirnya membuat jiwaku hilang entah kemana"

"Selama empat puluh hari ini aku tidak pernah melewatkan pagi satu kali pun untuk berjumpa denganmu di pusaramu ini Kenan..."

"Aku tahu, kamu pasti mendengarkan apa yang akan aku ucapkan ini. Aku juga tahu jika kamu akan mengerti atas keputusanku ini Dear..."

"Kenan...mungkin esok pagi akan berbeda dengan pagi-pagi yang telah lewat. Aku pamit Kenan. Esok pagi aku tidak berkunjung ke pusaramu ini lagi...!!!"

"Namun kamu jangan salah paham. Aku tidak berkunjung bukan berarti aku melupakan dirimu Dear. Bukan...!!!"

"Aku tetap akan selalu mendoakan dirimu namun tidak di sini. Aku akan terus mendoakan dirimu dari tempatku sendiri Kenan, di mana pun itu"

"Aku melakukan ini karena aku ingin agar kita bisa saling mengikhlaskan Kenan. Agar aku dapat melanjutkan hidupku dan bertemu dengan kamu nantinya di surga"

"Tolong kamu mengerti Kenan...!!!"

"Aku pamit sekarang Dear. Tolong bantu aku agar dapat melewati semuanya dengan baik. Love you sayang, selamanya....!!!"

Lalu dengan perasaan yang tidak menentu, aku menaburkan melati putih di pusara lelaki hebat ini. Semua pusara Kenan tertutup oleh bunga harum berwarna putih ini. Wangi pun seketika mencumbui indera penciumanku saat aku selesai menaburkan melati yang terakhir. Aku juga menaburkan semua doa yang aku panjatkan untuknya. Dengan susah payah aku berusaha untuk tidak meneteskan air mata seperti pagi-pagi yang telah lewat kemarin. Aku tidak ingin kali ini berpamitan dengan Kenan tetapi wajahku berhiaskan air mata. Sama sekali aku tidak ingin. Aku ingin Kenan melepas kepergianku ini dengan wajah yang bersih tanpa air mata yang tampak di diriku karena aku sangat tahu sekali jika lelaki hebat ini sangat membenci air mata.

"Aku pamit Dear....!!!"

******

"Sudah selesai Ranu?" tanya Aldy ketika aku baru saja keluar dari area pemakaman. Suara lelaki ini benar-benar membuat aku terkejut.

"Aldy...sejak kapan kamu ada di sini?" tanyaku penasaran.

"Sejak kamu belum datang ke pusaranya Pak Kenan" ucap Aldy sambil tersenyum.

Mencintaimu Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang