Chapter 11 : Serpihan Hati di Akhir Pekan

670 52 67
                                    

Jika hanya aku yang berjuang
Apa itu yang dinamakan cinta?
Jika hanya aku yang berharap
Apa itu yang dinamakan rasa
Jika hanya aku yang berucap
Apa itu yang dinamakan janji
Setengah mati aku berjuang
Setengah mati aku mencinta
Setengah mati aku merasa
Setengah mati aku berjanji
Namun apa yang aku dapat?
Aku hanya menggapai angin
Terasa tapi tidak tersentuh
Aku hanya menatap bintang
Indah tapi jauh dari jangkauan
Aku adalah insan yang menghamba padamu
Menghamba agar kamu dapat mengerti jika jalinan rasa ini adalah antara aku dan kamu
Tidak banyak yang aku harapkan darimu
Hanya itu....!!!

Ujung Barat Pulau Jawa, ketika hati terluka sendirian
16.59 WIB

~Octa~

Ada desahan penuh rasa ketika tubuh kedua lelaki dewasa itu bertemu dan saling melepaskan rindu. Keringat juga tampak mulai muncul di kedua dahi mereka bersamaan dengan denyut nadi mereka yang semakin berantakan iramanya. Sementara itu deburan ombak yang terdengar jelas dari dalam Gua tempat kedua lelaki itu bermain cinta seperti sebuah nyanyian alam yang sangat indah yang mengiringi setiap gerak tubuh mereka.

"Aaaaaaah...iya Octa...terus begitu sayang...!!!" desah Pak Hartadi sambil tangannya dengan lembut membelai rambut kekasihnya berulang-ulang yang saat ini sedang bersimpuh di hadapannya dan sedang asik memberikan kenikmatan yang luar biasa pada kejantanannya itu.

"Hmmmm....hmmm..." gumam Octa sambil mulutnya asik maju mundur menikmati kejantanan Pak Hartadi yang telah ereksi dengan maksimal itu.

Lama Octa bermain dengan mulut serta lidahnya, memberikan segala rasa kepada lelaki paruh baya yang sangat ia cintai itu. Penis Pak Hartadi juga seakan betah untuk berlama-lama di dalam mulut Octa sampai akhirnya lelaki itu menarik penisnya dengan tiba-tiba.

"Kenapa Mas? Mas Hartadi tidak suka?" tanya Octa keheranan sesaat setelah penis Pak Hartadi terlepas dari mulutnya.

"Tidak Octa....Mas justru suka sekali" ucap Pak Hartadi sambil tersenyum.

"Cuma Mas tidak ingin selesai sebelum kamu juga menikmati apa yang Mas rasa"

"Hahaha...aku tidak apa-apa kok Mas. Aku tahu jika Mas tidak suka melakukan oral seks padaku. Melihat Mas orgasme dan menikmati apa yang kita lakukan ini, sudah cukup membuatku puas" ucap Octa membalas senyuman "kekasihnya"itu.

Ya, selama satu tahun hubungan terlarang mereka, lebih banyak Octa Sangaji lah yang selalu aktif dalam bercinta. Tidak pernah ada balasan yang lumayan agresif dari Pak Hartadi. Namun Octa memaklumi itu semua karena justru dirinyalah yang membawa Pak Hartadi ke dalam hubungan terlarang mereka.

"Kamu ke sini sayang...!!!" ucap Pak Hartadi setengah berbisik kepada lelaki gagah yang juga telah bertelanjang bulat itu dan masih berdiri di hadapannya.

Perlahan Octa berjalan mendekat dan duduk di samping Pak Hartadi yang sejak tadi masih tersenyum ke arahnya. Diliriknya sekilas lelaki bertubuh gempal itu sebelum ia duduk di sampingnya.

"Mas jatuh cinta pada dirimu pada akhirnya...!!!" ucap Pak Hartadi lirih seolah berbisik pada lelaki gagah di sampingnya itu.

"Maaf Mas...Maksud Mas Hartadi?" tanya Octa seolah ingin memastikan apa yang baru saja ia dengar.

"Ya hari ini Mas merasa benar-benar jatuh cinta ke kamu Octa...!!!"

"Entah mengapa sejak tadi pagi Mas telah memutuskan bahwa Mas akan berkata iya kepada kamu sore ini, di sini, di tempat biasa kita bercinta ini..."

"Maafkan untuk waktu yang telah terbuang kemarin. Maafkan jika Mas tidak sepenuh hati ketika bercinta dengan kamu. Maafkan jika selama satu tahun ini Mas banyak mengecewakan kamu...!!!"

Mencintaimu Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang