Chapter 3 : Lelaki Yang Sedang Tersenyum

952 71 71
                                    

Sejauh mata memandang
Aku hanya melihat senyummu
Tidak ada yang lain
Membuat raga dan sukmaku seakan terbuai dalam ketenangan
Ketenangan yang membuatku seakan tidak ingin pergi dan melepaskannya
Aku adalah jiwa yang bebas
Mengembara bersama hembusan angin
Terbawa oleh deburan ombak yang menderu menuju pantai
Dan juga terbang bersama untaian nada indah ketika purnama datang
Tidak ada yang dapat merantai hati dan jiwaku
Sampai akhirnya senyumanmu itu menghentikan detak jantungku
Aku terpesona dengan segala keindahan yang terpampang jelas di hadapanku saat itu
Hatiku juga mendadak beku
Aliran darah yang ada di sekujur tubuhku juga ikut menggelegak
Wahai Dewanya asmara
Apa yang sebenarnya terjadi dengan si  pengembara ini?
Apakah ini pertanda darimu agar aku bergegas untuk menghentikan perjalananku
Ataukah ini hanya sesaat saja agar aku dapat sedikit berdamai dengan hatiku?

Jakarta sore tadi, saat senja mendekap diriku manja
17.41 WIB

~Aldy~

Aku duduk tepat di hadapan seorang lelaki yang tadi siang menghubungi dan mengajakku untuk makan malam bersama. Sebenarnya ada rasa sungkan tadi namun lelaki ini ternyata dapat meyakinkan diriku jika larut dalam kesedihan itu adalah hal yang sia-sia dan akhirnya aku di sini malam ini. Duduk satu meja dengannya. Seorang lelaki yang masih asing bagiku dan juga belum terlalu aku kenal.

"Bagaimana kabar kamu hari ini Ranu?"

"Ya seperti yang kamu lihat saat ini Al. Aku baik...!!!"

"Syukurlah kalau begitu. Aku turut senang mendengarnya"

"Kamu bagaimana kabarnya juga Al?"

"Aku juga baik Ranu...!!!"

Lalu kulihat lelaki berkulit coklat terang ini tersenyum kepadaku. Sebuah senyuman yang kulihat begitu tulus.

"Oh iya Ranu. Sebelumnya aku ingin minta maaf..." ucap Aldy tiba-tiba dengan mimik muka yang berubah menjadi sangat serius. Senyuman indahnya itu mendadak juga hilang dari wajahnya.

"Maaf...? Maaf untuk apa Al...?" tanyaku penasara.

"Ranu...aku sama sekali tidak bermaksud untuk mengungkit kejadian yang sudah lewat kemarin tapi ini harus aku lakukan" ucap Aldy sambil mengambil kotak kertas berwarna coklat yang memang sejak tadi ia letakkan di kursi kosong di sebelah kanannya.

"Ini...!!!" ucap Aldy sambil memberikan kotak kertas berwarna coklat itu kepadaku.

"Kotak apa ini Al...?"

"Di dalam kotak itu ada barang-barang pribadi milik Almarhum Pak Kenan Ranu. Maaf... Aku sama sekali tidak ingin membuat kamu bersedih kembali malam ini....!!!" ucap Aldy sang polisi gagah ini sambil menatapku lembut sekali.

"Ada dompet dan juga sling bag milik Pak Kenan di dalam kotak ini"

"Semua barang-barang pribadi beliau yang kami temukan di tempat terjadinya kecelakaan waktu itu"

"Barang-barang Kenan Al...?" tanyaku kembali untuk meyakinkan diriku sendiri.

"Iya" jawab Aldy singkat.

"Kami merasa barang-barang pribadi Pak Kenan itu harus kami kembalikan ke pihak keluarga karena proses penyelidikan kasus tabrak larinya Pak Kenan terpaksa kami hentikan karena memang tidak ada bukti permulaan yang cukup Ranu...."

"Sekali lagi aku mengucapkan permohonan maaf Ran...!!!"

Aku hanya terdiam mendengar kata demi kata yang keluar dari bibir Aldy Wardhana, lelaki yang memang aku kenal dari musibah yang menimpa Kenan. Terdiam. Ya....hanya itu yang dapat aku lakukan sekarang. Sambil aku memandangi kotak coklat yang tadi aku terima dan aku letakkan di atas meja.

Mencintaimu Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang