"Mau mampir kemana dulu enggak Bi?" Tanya Kenta saat sudah keluar dari gerbang sekolah menggunakan motor maticnya tentunya bersama Bian.
Bian menggeleng. "Enggak deh. Langsung pulang aja." Jawab Bian lesu.
Kenta tersenyum melihat ke kaca spion motornya. Bian terlihat sangat lelah dan itu lucu.
"TA AWAS BEGO!" Pekik Bian menarik kasar kemeja sekolah Kenta dengan keras membuat Kenta mengerem mendadak motor maticnya.
"GOBLOK!" Maki Kenta pada orang didepannya yang tadi hampir ditabrak olehnya.
"Elu yang mau nabrak dia bego! Kenapa jadi elu yang ngomong goblok ke dia?" Geram Bian pada Kenta.
"Salah gue?" Tanya Kenta.
"Iya lah!" Ujar Bian tidak santai.
Mereka berdua terdiam sejenak memperhatikan seorang tinggi yang memakai outfit serba hitam sedang mendekat kearah mereka berdua.
"Maaf bang Kenta, kak Bian. Ini gue Kevin." Ucap Kevin sambil membuka helmnya.
"Bangsat lu, Vin. Gue kira siapa tadi. Badan lu kenapa sterek banget si? Gue kira abang-abang preman." Ungkap Kenta kesal.
Kevin tersenyum dan terlihat berbeda karena rambutnya yang berantakan akibat bekas helm tadi.
"Sorry bang tadi gue gak sengaja ngelawan arus. Tadi gue ke Alfamart dulu disana rencana mau ke sekolah lagi, jadinya gue lawan arus." Ucap Kevin sambil menggaruk kepalanya.
Kenta menonjok main-main perut Kevin sambil mendengus. Jantungnya hampir copot saat melihat motor Kevin yang menghalangi motornya.
Jangan tanyakan Bian, Bian sedang menahan darah yang akan muncrat dari hidungnya. Kevin membuatnya seperti tidak berpijak pada bumi.
"Kak Bian? Masih inget hadiah buat gue kan?" Tanya Kevin pada Bian dengan senyum mengerikan bagi Bian.
"Hadiah apaan?" Kenta bertanya pada Bian karena tiba-tiba saja dia mengingat kalau Bian pernah menyinggung soal itu tempo hari lalu.
Tapi yang menjawab justru Kevin, "hadiah ya? Itu kak Bian mau ngajarin gue tentang santiaji di Paskibra biar gue lebih paham sama mau nemenin bikinin buku buat Paskib." Terang Kevin.
"Si bangke Bian malah minta anter gue balik." Ucap Kenta. "Turun dut. Lu PHP in anak orang bego." Tutur Kenta pada Bian.
"Biasa aja dong item gak usah ngumpat segala." Kata Bian sambil mencubit pinggang Kenta dengan keras.
"Anjir perih banget." Kenta mengaduh lalu mengelus bagian yang dicubit Bian tadi.
"Ya udah yah bang, gue bawa kak Bian pergi. Maaf soal yang tadi. Assalamualaikum." Kata Kevin sopan lalu menarik Bian bersamanya.
_♥️_
"Gue gak suka lu deketan sama Kenta," sinis Kevin.
Mereka berdua—Bian dan Kevin—sedang menaiki motor tak tentu arah. Kevin memang sengaja melakukan itu, membuat dia bisa lebih punya banyak waktu untuk mengobrol dengan Bian. Sedangkan Bian yang sudah tahu niat adik kelasnya itu hanya diam tidak berkutik. Bian hanya tidak mau menguras tenaga hanya untuk berdebat, moodnya sudah terlalu hancur sejak selesai melatih tadi.
"Dia lebih tua dari lu," ingat Bian supaya Kevin lebih memperhatikan bahasanya dalam menyebut Kenta dengan kakak atau sebutan lain yang biasa Kevin sebut jika disekolah.
Kevin mendengus. "Jangan ngalihin pembicaraan. Gue gak suka paha lu gesekan sama pinggang dia, gue gak suka lu pegangan pinggang dia kayak tadi, intinya gue gak suka lu boncengan sama dia," keluh Kevin.
"Lu siapa gue? Kita kenal baru beberapa hari. Jangan seolah kalo kita udah kenal lama," ungkap Bian.
"Terserah. Hadiah pertama udah gue dapetin, yang kedua bakal gue tagih entah Minggu sekarang, nanti, atau kapan-kapan," ujar Kevin.
"Terserah lu aja." Bian pasrah dengan pernyataan Kevin barusan. Bian
_♥️_
Setelah sampai dirumahnya, Baekhyun manjadi lebih pendiam. Moodnya benar-benar hancur dan yang pasti itu semua adalah ulah seorang Richard Kevin.
"Mih, bikinin Bian susu dong." Bian sengaja mempotkan bibir di depan ibunya supaya terlihat sangat lelah.
"Minumin susu tiap hari, tapi badan tetep pendek," celetuk ibu Bian membuat Bian mendengus.
Bian berdecih, "yah gimana mau tumbuh wong dikasihnya susu stroberi," ucap Bian.
"Dulu siapa yah yang ngerengek minta susu stroberi. Bilangnya susu vanila sama coklat udah mainstream. Ck! Anak umur lima tahun permintaannya bisa aneh gitu yah?" ledek ibu Bian lagi.
Bian menghentakkan kakinya karena tidak terima ibunya yang terus meledeknya. "Mamih... Ngeledek melulu. Yaudah awas Bian bikin susu sendiri," kesal Bian.
"Udah diem. Tunggu di kamar, nanti mamih anter susunya," perintah ibu Bian.
"Janji?" Bian mengulurkan kelingkingnya dan ibunya menurut, mengaitkan kelingkingnya ke jari Bian.
Pinky promise adalah hal yang biasa Bian lakukan bersama ibu atau ayah nya. Katakan Bian girly, Bian tidak peduli toh setiap keluarga memiliki kebiasaan masing-masing bukan?
"Sekalian makan," ujar ibunya.
"Sedikit aja kayak biasa."
"Pake sayur," tambah ibunya.
Bian mengumpat didalam hati. Sayur adalah hal yang sering Bian hindari. Dia sama sekali tidak suka hal-hal berbau makhluk hijau seperti itu.
"Mamih bikin acar. Kamu harus cobain," ibunya membuka penutup panci supaya Bian bisa melihat isi didalamnya.
Bian ikut melongok kedalam panci. Dan benar saja didalamnya terdapat timun dengan bumbu kuning. Lagi-lagi Bian hanya bisa mengumpat di dalam hatinya. "Mih, jangan bercanda."
"Mamih serius."
"Acar? Mamih kan tau Bian gak suka timun." Bian memasang wajah datar dan nyaris tanpa ekspresi.
"Cuma gak suka bukan berarti alergi," ledek ibu Bian.
Bian sudah sangat tahu, ibunya itu gemar sekali membahas hal-hal yang Bian benci.
"Lama-lama aku resign jadi anak mamih lah. Kesel aku." Bian melangkah pergi meninggalkan mamihnya menuju ke lantai dua dimana kamarnya berada.
Sedangkan ibu Bian hanya bisa cekikikan. Karena ulahnya Bian jadi kesal setidaknya Bian tidak terlalu diam seperti saat pertama pulang sekolah tadi.
.
.
.Maaf dikit banget
•BlanketCologne•
![](https://img.wattpad.com/cover/223051369-288-k139753.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✅The Savage Kakel (ChanBaek Lokal)
Cerita Pendek[END] Apa yang terbayangkan di pikiran setelah mendengar gelar ketua Paskibra? Tinggi, keren, tegas. Mungkin itu yang akan terpikirkan. Tapi, bagaimana jika berbanding terbalik? SMA Aksara memiliki ekstrakurikuler tersebut namun dengan hal yang cuku...