Prolog

46 5 0
                                    

Udara dingin menyelimuti kota metropolitan saat ini. Kota yang penuh kepadatan penduduk. Kota Jakarta.

Pantas saja, sebab hujan baru saja redah beberapa menit yang lalu. Aktifitas yang sempat terkendalai karna hujan pun kembali seperti semula. Bahkan jalanan mulai kembai ramai oleh aktifitas orang-orang diluar sana.

Gadis itu merapatkan sweeter hitamnya. Berjalan tergesa menyusuri jalan komplek perumahannya.

Ketika angin lagi-lagi menerpa kulitnya ia kembali merapatkan sweeternya itu. Padahal ia sudah memakai pakaian yang tertutup. Dengan gamis yang sedikit tebal juga kimarnya yang panjang tak lupa sweeter hitamnya itu.

Kakinya melangkah lebih cepat. Berharap segera sampai pada tujuannya. Warung.

Sesekali ia mengusap kedua tangannya. Sungguh, cuaca malam ini benar benar tak memungkinkan namun apa daya. Dia harus segera membeli sesuatu yang amat sangat penting untuk esok hari dikerjakan dikampusnya.

Gadis itu, Adelia Renjani. Gadis berusia 20 tahun yang saat ini duduk dibangku perkuliahan. Ia mengambil jurusan bahasa arab dikampus yang tak jauh dari rumahnya.

Adel lalu Memejamkan matanya sejenak kala mendengar derap langkah dari belakangnya.

Ketakutan menghampirinya saat derap langkah itu semakin jelas dipendengarannya.

Ia mempercepat lagi langkahnya bahkan terkesan berlari. Membuat derap langkah itu juga mengikutinya.

"Tolong hambamu yang satu ini Ya Allah." Batin Adel sembari memilin ujung jilbab yang dikenakannya.

Adel berhenti saat seseorang tiba tiba saja menghadangnya. Mata bulatnya melolot membuat kesan imut diwajahnya terpancar.

"Kamu siapa?!" Ucapnya pelan namun tetap ada nada ngotot didalam ucapan itu.

Orang itu terdiam sesaat. Menit setelahnya ia berucap lantang. "Saya suka."

"Hah?"

"Kamu."

Adel tercengang. Tak mengerti maksud orang dihadapannya ini. Ia lantas saja mengabaikan dengan hendak kembali ketujuan awalnya.

"Saya suka kamu!"

Adel melongo ditempatnya. Mengedipkan matanya beberapa kali.

"Sehat Mas?"

Lagi lagi orang itu terdiam. Lalu melanjutkan kalimatnya. "Saya serius! Saya beneran suka sama kamu. Dan saya Ingin menjadi imam kamu disepertiga malam!"

Adel dibuat melongo akan kelakuan orang yang tak dikenalinya itu. Lalu saat tersadar ia berkacak pinggang. Mengabaikan rasa dingin yang menjalar ditubuhnya.

"Heh, Mas stres! Saya itu gak kenal sama Mas. Datang datang malah bilang suka, situ sehat, Mas?"

Orang itu tampak mengangguk. "Sehat." Ia mengeluarkan tangannya dari saku jaketnya. "Dan saya gak main main!"

"Saya juga gak lagi main kok, Mas," timpal Adel dengan muka cemberut lalu cepat mendatarkan wajahnya.

"Udahlah Mas, Adel mau kewarung aja. Mas buang buang waktu Adel ih," Lanjutnya.

Adel berjalan melewati orang itu. Menendang nendang batu kecil yang ada didepan jalannya.

"Saya janji akan membahagiakan kamu."

Tentu saja ucapan itu masih bisa Adel dengar. Adel lalu membalikkan badannya menatap orang itu. Mengerutkan keningnya bingung.

"Maksud Mas, apasih?"

Orang itu menatap datar Adel. "Saya Raigan."

Aneh. Ditanya apa malah jawab apa. Kening Adel makin mengerut. Metanya memicin menatap orang yang menyebut namanya Raigan itu.

"Jangan jangan Mas rampok ya? Terus mau rampok Adel. Iya? Iya kan?" Tuduhnya.

Tampak Raigan menggeleng. "Nggak, saya cuma mau menawarkan sesuatu," ucap Raigan kalem.

Mata Adel melebar seketika. "Mas Bandar barang haram ya?!"

"Nggak!"

Adel menyahuti dengan mata melotot. Enak saja dia dingegasi tapi gak di ngegasi balik. "Santai dong, Mas. Santai."

Sesaat Raigan menatap Adel. Lalu membuang pandangannya pada langit malam. "Menikahlah dengan saya."

"Apa?!"

Detik berikutnya, Adel meninggalkan pria itu. Mas Mas itu mungkin benar benar stress. Atau mungkin seperti kebanyakan novel yang dibacanya, berpisah dengan sang kekasih membuatnya frustasi dan melamar orang secara acak.

"Saya serius!"

Ucapan keras dari belakang membuat Adel mempercepat langkahnya. Ia ingin segera menjauh dari mas stres itu.

"Adel tahu kalau Adel imut, cantik, dan juga baik hati. Tapi, masa iya Adel dilamar dadakan. Sama Mas Mas stres lagi."

-o0o-

Assalamualaikum...

Hehehe, balik lagi dengan saya si penulis amatir yang ceritanya belum selesai malah buat cerita baru lagi.

Tapi kali ini dengan genre yang berbeda hehehe. Jadi maklum ya ...

Tenang kali ini saya sudah komitmen kok. Cerita ini bakal punya jadwal up sendiri. Sans😅

Oke seperti biasa jangan lupa vote dan komen. Dan jangan lupa juga masukan ke library kalian ...

Thank you dada bubay

Majene, 26 Mei 2020

About Destiny√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang