Assalamualaikum ...
Yoo wassappp!
Semoga suka yaa. Jangan lupa tekan bintang dipojok kiri bawah
Enjoy for reading!
-o0o-
Seperti biasa, Kafe Abi ramai pada jam jam makan siang. Membuat pelayan kafe itu kewalahan.
Kafe Abi sendiri adalah Kafe yang berdiri 2 tahun yang lalu. Dan pendirinya sendiri adalah Adel dan kedua sahabatnya. Bulan dan Isna.
Sudah jelas kalau kata Abi diambil dari huruf pertama nama mereka. Kafe hasil jeripayah mereka menabung mulai dari bangku Smp kelas tiga hingga Sma. Dan Kafe itu mulai dibangun ketika awal awal masuk perkuliahan.
"Adel!"
Panggilan dari arah berlawanan serta lambaian tangan sontak saja membuat sang pemilik nama berjalan kearah orang yang menyebut namanya itu
"Kita ke Kafenya bareng yuk." Ajak orang itu.
Adel mengangguk. "Bulan mana, Is?"
Orang yang tadi dipanggil Is atau sebut saja Isna menyahut santai. "Udah disono dari tadi, Del."
Adel mengangguk mengiyakan. Tangannya lalu digandeng Isna menuju Kafe Abi.
Karna memang jarak kampus tak jauh dari Kafe. Jadi, berjalan kaki bisalah. Hitung hitung hemat biaya. Karna meski begitu kantong mereka juga ya kantong Mahasiwa.
"Del," Panggil Isna ditengah perjalanan mereka.
Adel menoleh sekilas. Tautan tangan dari Isna sudah terlepas membuat Adel dapat memperbaiki balutan jilbabnya yang tertiup angin. "Iya?"
"Nganu."
"Apa?" Dahi Adel mengerut bingung menatap Isna.
"Lo nyadar gak, sih?"
"Sadar apa?"
"Kalau ... " Isna memperlambat jalannya. "Dari beberapa hari yang lalu itu ada yang--"
"ADEL! ISNI! SINI CEPETAN!"
Teriakan membahana dari Bulan yang jaraknya tak jauh dari Adel dan Isna membuat mereka mau tak mau mempercepat lagi langkahnya. Dan memotong ucapan Isna.
"Malu maluin lo!" Protes Isna sembari menepuk pundak Bulan ketika berada didekat gadis itu.
Bulan, gadis itu langsung saja menyingkirkan tangan Isna dari pundaknya. "Jaga jarak satu meter!"
Isna langsung saja mendelik tak suka. "Lo kira gue kuman musti dijauhi!"
"Emang iya!" Ungkapnya santai.
Beginilah jika keduanya bertemu. Akan saling beradu mulut namun saat berjauhan, malah saling mencari. Haddeh.
Adel hanya tersenyum kaku pada orang orang yang memperhatikan mereka sedari tadi.
Tepukan pelan dari Isna lalu menyadarkannya.
"Diam diam baek ummi!" Isna terkekeh diujung kalimatnya.
Adel mengedipkan matanya berulang kali. "Eh, iya?"
"Gak usah tanggepin si mak lampir, Del. Yuk ke masuk, kita ngobrol didalam aja." Sahut Bulan seraya merangkul pundak Adel dan meninggalkan Isna sendiri membuat gadis itu menggeram kesal namun tak urung ia mengikuti keduanya dari belakang.
Mereka memilih duduk dibangku pojok. Berada dekat dengan sisi jalan. Temboknya yang terbuat dari kaca membuat mereka lebih bisa melihat padatnya jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Destiny√
Fiksi Remaja[HATI-HATI CERITA INI MENGANDUNG UNSUR KEBAPERAN TINGKAT TINGGI YANG AKAN MEMBUAT ANDA SENYUM SENYUM SENDIRI SAAT MEMBACANYA!!] Adelia Renjani. Gadis berusia 20 tahun yang saat ini duduk dibangku perkuliahan. Ia mengambil jurusan bahasa arab dikampu...