desaknya

18 3 0
                                    

Usai tertimpa bulan-bulanan perasaan,
Gula menjadi kehilangan manisnya,
Tawar saja seberapapun banyaknya kau masukan kedalam cangkir.

Diksi enggan menyajikan puisi,
Sebab dengan apa kita memaniskan gula yang hambar?

Setelah hari-hari berlalu, sabit temaram diwajahmu kian padam.
Menenggelamkan temaram pada netra,
Kemudian menjadi bangkai didasar ingatan.

Sia-sia saja semua,
Sebab kirana pudar diwajah arutala,
Lantas dengan apa surya membagikan terangnya?

Percuma berusaha menyingkirkan kebusukan.

Sebab sebelum kau melakukannya,
Telah terurai seluruh mereka,
Menyatu pada aliran luka sebab lakunya.

Maka tak perlu lagi cangkir sajak terisi,
Sebab pahit kian tercicip bila kau paksa mencoba.

Sialan

Sesulit inikah menginstruksikanmu?


-bantai saja goblok!
Desaknya



TacendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang