𝑪𝑯𝑨𝑷𝑻𝑬𝑹 𝟐

895 118 4
                                    

Jujur saja menurutku, baik itu (name) maupun Atsumu, keduanya merupakan orang yang hebat bagiku. Maksudku, seseorang yang memiliki sebuah hobi yang tetap—tidak hanya menekuninya selama satu minggu kemudian langsung bosan dan melakukan hal yang lain, menurutku mereka merupakan orang-orang yang hebat.

Baik Atsumu dan (name) memiliki hobi masing-masing, dan hobi mereka itu agak, bagaimana ya, agak sedikit berlawanan? Kira-kira seperti itulah aku mendeskripsikannya. Untuk Miya Atsumu, hobi pemuda satu ini tentunya sudah menjadi rahasia umum bukan, dilihat darimana ketenarannya ini berasal—selain parasnya maksudku.

Benar, Atsumu sendiri menekuni bidang olahraga, khususnya bola voli. Awalnya, bola voli hanyalah sebuah hobi biasa bagi Atsumu ini, si kembar ini tepatnya dan hingga sekarang, dari sebuah hal kecil bernama hobi ini mereka berdua mendapatkan banyak hal, ketenaran, prestasi, dan—fans? begitulah ya.

Tapi, kalau boleh jujur ya, ini hanya pendapatku saja, namun menurutku Atsumu lebih menyukai voli daripada Osamu, rasa suka Atsumu pada voli lebih besar, mengingat Osamu sudah mulai memikirkan akan membuka kedai onigiri dikemudian hari dan Atsumu yang sudah bertekad untuk masuk menjadi tim nasional, sudah terlihat bukan?

Bahkan Atsumu sudah diundang ke perkemahan voli nasional? apalah namanya itu, yang mana mereka mengumpulkan atlit-atlit muda yang masih duduk di bangku SMA yang memiliki potensi yang besar, atau biasa disebut dengan bakat bermain voli yang sangat baik, dan kebanyakan dari mereka akan masuk ke tim nasional.

Coba lihat saja pesertanya, mulai dari Miya Atsumu sendiri, lalu Kageyama Tobio, Hoshiumi Korai, dan Kiyoomi Sakusa, mereka adalah orang-orang hebat yang menjadi langganan di majalah voli mingguan, atau setidaknya salah satu reporter meminta mereka agar bersedia di wawancarai. Iya, mereka memang orang-orang hebat dan berprestasi bukan.

Begitu juga dengan (name), sudah kubilang bukan (name) itu sangat suka melukis sampai-sampai ia tidak memperhatikan dunia sekitarnya, baginya kanvas ataupun buku sketsa sudah cukup untuk mengisi hari-harinya karena ya, jujur saja semenjak (name) pindah dari Tokyo ke Hyogo, ia lebih memilih untuk diam dan fokus saja pada dunianya.

Sedikit informasi saja, saat (name) masih tinggal di Tokyo, alih-alih melukis, ia lebih memilih untuk berbelanja atau jalan-jalan bersama temannya entah kemanapun itu. Saat itu, baginya melukis merupakan opsi terakhir yang akan dia lakukan saat bosan, namun, entah bagaimana sejak orang tuanya memberitahukannya kalau mereka akan pindah ke Hyogo, (name) jadi lebih memilih untuk melukis alih-alih pergi dengan temannya.

Saat SMP—waktu (name) masih tinggal di Tokyo, ia memang sempat mengikuti beberapa lomba melukis dan lukisannya selalu berhasik menjadi juara, tak jarang ibunya meminta (name) untuk melukis agar lukisannya dapat dipajang di galeri milik ibunya dan berujung laku terjual lalu (name) mendapat uang jajan tambahan yang jumlahnya tidaklah sedikit.

Namun, sejak masuk SMA—disinilah ia mulai tinggal di Hyogo, (name) sudah tidak lagi berminat untuk mengikuti lomba-lomba melukis, atau mengirimkan lukisannya ke galeri ibunya—ia hanya akan mengirim lukisannya saat ia sangat amat butuh uang jajan tambahan.

Indah bukan kalau dilihat-lihat, yang satu berprestasi di bidang olahraga, yang satu lagi kelewat pandai melukis. Tapi ya, biar kuperingatkan, hobi mereka ini sudah beberapa kali berhasil memicu pertikaian antara Atsumu dan (name). Diantaranya seperti (name) yang terlalu sibuk melukis hingga mengabaikan pesan Atsumu, atau (name) yang menjadi rewel karena Atsumu selalu berlatih hingga malam sampai mereka tidak bisa pulang bersama.

Sempat juga mereka tidak dapat kencan selama dua bulan karena Atsumu yang terlalu sibuk pada voli dan membuat (name) sampai tak tahan kemudian (name) sendiri berakhir di gedung olahraga tempat Atsumu berlatih. Mohon dimengerti pada dasarnya (name) tidak tertarik dengan olahraga dan enggan ikut campur dengan dunia-per-voli-an milik Atsumu, tapi kali ini ia benar-benar sudah tidak tahan.

miya atsumu ; PHILOCALYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang