𝑪𝑯𝑨𝑷𝑻𝑬𝑹 𝟕

405 64 18
                                    

Dilihat dari hobi yang dimiliki oleh (name) mungkin sebagian orang akan berpikir kalau (name) merupakan anak yang tekun, rajin, telaten, dan juga teliti, bukan? Memang benar sih, kalau di urusan menggambar. Namun entahlah, setidaknya (name) sendiri berhasil menutupi sikap teledornya itu dengan perilakunya yang diam sehari-hari dan juga seragamnya yang selalu rapi.

Jangan heran, bahkan Atsumu saja terkejud dengan sikap (name) yang teledor setelah menyadari kalau (name) meninggalkan kacamatanya di rumah dan berakhir menyipitkan mata seharian di sekolah guna melihat apa yang dituliskan guru sastra mereka pada hari itu.

Mengingat kacamata malang itu hanya digunakan (name) pada saat belajar saja, maka potensinya untuk tertinggal sangatlah besar. Namun, yang sedang dibicarakan ini adalah (name), loh. Murid yang tergolong dalam satu persen teratas di Inarizaki.

Tapi, memangnya mengapa kalau murid satu persen teratas di sekolah meninggalkan kacamatanya? aneh? Iya. Jangankan satu persen teratas, (name) ini bagaimana ya, coba perhatikan sosok gadis manis ini dari atas hingga kebawah dengan saksama. Sangat terlihat kalau gadis ini merupakan tipe ambisius dan masuk ke dalam golongan 'sedia payung sebelum hujan.'

Maka dari itu, jangan bilang Osamu tidak peka karena tidak menyadari (name) dan Atsumu berpacaran. Pemuda kelabu itu sudah curiga, namun, bagaimana ya-bila melihat mantan kekasih Atsumu dan tipe idealnya, (name) itu sangatlah diluar kategori, jadi Miya bungsu itu lebih memilih membuang pikiran anehnya dan lebih fokus pada voli, kebetulan saat itu turnamen nasional sudah dekat.

Fakta kalau (name) memiliki sifat teledor, lantas bagaimana dengan Atsumu? Di luar dugaan, setidaknya pemuda yang banyak omong ini justru jauh lebih teliti daripada (name). Mungkin sikap yang harus dipertahankan oleh seorang setter mempengaruhi kepribadian seorang Miya Atsumu.

Sekedar informasi, (name) mungkin akan meninggalkan kacamatanya diatas meja belajar putih gadingnya puluhan kali bila Atsumu tidak mengiriminya pesan setiap pagi. Semenjak kacamata (name) tertinggal dan berakhir membuat gadis itu terpaksa menyipitkan matanya sepanjang pelajaran selama seharian penuh, semenjak itu pula Atsumu selalu mengirimi (name) pesan untuk memastikan (name) membawa kacamatanya setiap pagi.

Tentu saja, pemuda itu terus mengingatkan (name) dari malam, saat pagi ia mengirimkan pesan untuk mengingatkannya dan saat ia sampai di depan rumah (name) untuk menjemputnya tentu saja pemuda itu tidak sekedar menyapa dan mengucapkan selamat pagi yang indah untuk (name), sekali lagi kacamata (name) yang kembali menjadi pusat perhatian Atsumu.

Kekasih yang manis bukan? Tentu saja, coba mengakulah (name) kau pasti merasa sangat beruntung memiliki kekasih seperti Miya Atsumu, diperhatikan dari pagi hari hingga malam.

"Selamat pagi, (name) kamu sudah bagun belum?" setiap pukul setengah tujuh pagi, bila dalam sepuluh menit tidak ada balasan apapun dari (name) Atsumu akan meneleponnya untuk sekedar membangunkan (name), tidak masalah mendapatkan teriakan dari Osamu yang sudah menunggunya untuk berangkat bersama.

Percayalah-ini sedikit intermeso, Miya Osamu lebih memilih untuk menjadi nyamuk antara kakak kembarnya dan teman sekelasnya dibandingkan si Miya pirang palsu itu mengomel karena meninggalkannya.

Setelah sampai di depan rumah (name)-tentunya dengan (name) yang sudah menunggu untuk dijemput dengan si pirang dan kelabu ini, Atsumu akan tersenyum manis sebagai sapaan pagi kepada (name).

"Pagi (name)! Apa tidurmu nyenyak?"

"Nyenyak dong! Kalau Tsumu gimana? Osamu-kun, pagi!"

"Pagi (name)-san, aku duluan ya," kemudian Miya kecil lebih memilih untuk berangkat kesekolah terlebih dahulu, sendirian.

"Udah bawa kacamata?" Atsumu memastikan lagi apakah gadisnya ini membawa benda berlensa tersebut, tentunya.

miya atsumu ; PHILOCALYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang