Ryosuke berdiri di balkon kamarnya menatap sendu bintang dan rembulan yang bersinar terang disana. Ia memejamkan matanya menahan rasa sesak didadanya akan rindu yang teramat dalam pada orang yang sangat berharga bagi hidupnya.
Pikirannya kembali pada 11 tahun silam sosok lelaki kecil yang selalu membuatnya tersenyum.
Flashback on
"Ryoooo." Teriak pria tinggi ini dari sebrang jalan.
Ryosuke hanya tersenyum lalu melambaikan tangannya.
Pria tinggi ini kemudian menghampiri Ryosuke lalu merangkul bahunya.
"Ryo mau ke toko buku? Katanya ada komik detektif terbaru." Ajak pria tinggi ini dengan semangat.
"Yuto berhenti merangkul ku di tempat ramai seperti ini." Jawab Ryosuke dengan melepaskan tangan Yuto.
"Aku hanya merangkulmu bukan memelukmu untuk apa kau malu." Yuto kembali merangkul Ryosuke.
"Baiklah baiklah berhenti menggodaku. Ayo ke toko buku sekarang atau aku pulang saja." Ryosuke menginjak kaki Yuto lalu berjalan duluan membiarkan Yuto kesakitan dan harus berjalan dengan sedikit menarik kakinya.
"Hidoi yo Ryochan." Gumam Yuto yang masih bisa didengar Ryosuke.
"Cepatlah atau kutinggalkan." Teriak Ryosuke yang sudah berada cukup jauh dari Yuto.
Yuto dan Ryosuke berjalan berdua menuju toko buku. Sesekali Yuto menjahili Ryosuke dengan sengaja merangkul dan mencolek pinggang Ryosuke yang membuatnya kesal dan kemudian mengejar atau memukul Yuto.
Sesampai di toko buku mereka langsung berburu buku kesukaan mereka. Buku detektif yang selalu berhasil memberantas kejahatan. Menurut Ryosuke menjadi seorang detektif itu sangat keren. Dan ia ingin sekali menjadi detektif jika sudah besar.
"Yuto, menurutmu apa aku bisa menjadi detektif nanti?" Tanya Ryosuke pada Yuto yang masih membaca bagian belakang buku yang akan ia beli.
"Tidak mungkin, kau chibi seperti ini tidak cocok menjadi detektif." Jawab Yuto santai dan berhasil mendapat pukulan dari Ryosuke.
"Aku masih dalam masa pertumbuhan. Aku yakin aku akan lebih tinggi darimu jika sudah besar nanti." Ryosuke terus memukuli bahu Yuto dengan buku yang dia pegang.
"Itte," Yuto meringis lalu mengelus bahunya.
Ryosuke menyudahi aksi pukul pukulannya itu karena merasa sudah puas memukuli sahabat jangkungnya ini.
Yuto menatap Ryosuke dengan sedikit menundukan kepalanya lalu menatap Ryosuke lembut.
"Jika kau mau menjadi detektif biarkan aku yang menjadi penjahatnya biar kau terus mengejar ku nanti." Yuto tersenyum dan membuat pipi Ryosuke merona.
"BAKA." Teriak Ryosuke lalu berjalan ke kasir.
Yuto dan Ryosuke pun membayar buku yang mereka beli lalu Keluar dari toko buku dengan wajah gembira.
Setelah keluar Yuto melihat ada kedai es krim yang baru buka disana. Ia menarik Ryosuke ke kedai es krim dan langsung memaksanya duduk manis disalah satu kursi yang tersedia disana.
Ryosuke hanya bisa pasrah atas perlakuan Yuto padanya. Karena sebenarnya ia menyukai sikap Yuto yang seperti ini. Hanya saja ia malu untuk mengakuinya.
Tanpa menunggu lama es krim yang mereka pesan datang. Yuto makan begitu lahap sampai es krimnya mengenai hidung dan pipinya.
Ryosuke tertawa melihat muka Yuto yang sudah penuh dengan es krim saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[KONTES MENULIS] EMPTY DREAM BY YAMADAPUTRI
FanfictionHidup yang kejam Cacian dan makian Masih bisa ryosuke lewati Tapi mengetahui bahwa kekasih yang ditunggunya selama 11 tahun telah berubah menjadi pembunuh yang sadis? Sungguh ini sangat menyakitkan.