DUA

275 112 17
                                    

Saat ini Yuto berjalan santai ditengah kota paman sam yang sangat ramai ini. Tangan kanannya ia pakai untuk memakan sosis yang baru saja ia beli dan tangan kirinya ia pakai untuk mengeluarkan hpnya lalu menekan beberapa nomor disana.

"Halo, apa sudah kau lakukan?" Tanya Yuto pada orang yang ditelponnya.

"Bagus, tunggu aku akan segera kesana." Yuto memutuskan sambungan telponnya.

Yuto memasukkan tusuk bekas sosis yang ia makan kedalam jaketnya kemudian berdiri menunggu lampu tanda penyebrangan pejalan kaki berwarna hijau. Yuto menyebrangi jalan dan langsung memasuki taxi yang terparkir disana.

"Ke tempat biasa." Ucap Yuto pada supir dan langsung dapat anggukan dari sang supir.

Yuto mengeluarkan kalung yang selalu ia bawa kemana saja. Menatap datar kalung itu, melihat foto yang ada didalamnya lalu tersenyum sinis.

"Sudah sampai tuan." Ucap Sang supir saat membuka kan pintu untuk Yuto.

Yuto memasukan kembali kalung itu lalu bergegas turun memasuki perkarangan rumah tua yang seperti tidak berpenghuni ini.

Yuto membuka pintu dan melangkahkan kakinya perlahan ke dalam rumah dan seketika semua orang yang berada didalam memberhentikan aksinya lalu berjalan mendekati Yuto.

"Keito mana orangnya?" Tanya Yuto pada orang yang bernama Keito.

"Dia ada diatas, sesuai perintahmu Tuan." Jawab Keito berjalan beriringan dengan Yuto.

"Kau melakukan seperti yang kubilang bukan?" Tanya Yuto memastikan sebelum membuka pintu dihadapannya.

"Tentu saja." Jawab Keito dengan pasti.

Yuto membuka pintu itu, ia melihat seorang berdiri dengan tangan dan kaki terikat. Tidak ada penyanggah disana hanya karena tali yang mengikatnya membuat dia tetap berdiri walau dengan kepala tertunduk.

Yuto tersenyum ia berjalan kearah orang itu sambil menggunakan sarung tangan bedah.

Yuto menjambak rambut pria itu, menatap lekat wajah orang dihadapannya ini yang sudah penuh dengan lebam.

"Apa yang Keito lakukan padamu sampai kau seperti ini?" Yuto bertanya dengan nada khawatir lalu mengelus pipi pria ini.

Pria ini hanya diam.

"Aku bertanya padamu, kenapa kau diam saja?" Yuto mengambil tusuk sosis yang berada dijaketnya.

"Lihatlah aku baru saja makan sosis dari kedai barumu," Yuto menunjukan tusuk sosis itu pada pria ini.

Lagi lagi pria ini hanya diam.

"AKU BICARA PADAMU KENAPA KAU HANYA DIAM." bentak Yuto kepada pria ini.

"BAJINGAN KAU." Teriak pria ini lalu meludahi wajah Yuto.

"Jadi itu kata-kata terakhirmu."

Yuto mengusap wajahnya kasar lalu menusukan tusuk sosis itu tepat pada nadi dileher pria ini lalu menariknya hingga robek.

"Keito kau urus sisanya." Yuto membuka sarung tangannya kasar lalu berjalan keluar.

~

Keito sedikit berlari ketika tau Yuto masih disini dan menunggunya diruangan Yuto.

Keito sedikit membersihkan badannya dari tanah yang melekat dibajunya.

Tok tok tok

"Masuklah."

Keito masuk sedikit membungkukan badannya lalu menutup pintu.

"Sudah kau bereskan?" Tanya Yuto memastikan.

[KONTES MENULIS] EMPTY DREAM BY YAMADAPUTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang