ENAM

186 79 5
                                    


Sudah tengah malam tapi pria tinggi ini masih menatap lurus pada langit malam yang mendung tak ada bintang bahkan bulan pun tak terlihat sama seperti hatinya yang mendung saat ini.

"Hidup ini kejam nak, kau tau kita harus menjadi kuat untuk melindungi yang tersayang."

"Kau harus melawannya atau kau mau mereka menindasmu."

"Kau ingat kejadian itu? Dia yang melakukannya dan membuat kita hidup seperti sekarang, kau harus membalasnya."

Kata-kata itu kembali terngiang dipikiran Yuto. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang benar? Apa yang harus Yuto lakukan sekarang sungguh ini membuat kepalanya pusing dan serasa mau pecah sekarang.

Ayahnya tak mungkin membohonginya kan? Tapi fakta yang didapatkan Keito membuatnya ragu akan ayahnya.

"Aku hanya harus membuktikan siapa yang benar."

~

Yuto memberikan sebuah foto pada Ryosuke tanpa mengatahkan sepatah katapun.

Ryosuke menerimanya lalu segera pergi, iya tau apa yang harus ia lakukan. Ini sudah berlangsung selama beberapa bulan ini. Yuto selalu meminta nya untuk membunuh dan membunuh. Ryosuke sudah mulai bekerja sendiri selama 1 minggu ini tidak lagi ditemani Keito. Ryosuke sudah berubah menjadi sosok yang diam dan sadis.

Ryosuke sudah berubah hanya beberapa bulan demi selalu berada di dekat Yuto.

Ryosuke mulai mengintai targetnya, ia tak suka bermain. Ia selalu melakukannya dengan cepat.

Wanita dan pria yang menjadi targetnya adalah sepasang kekasih. Terlihat dari mereka yang sedang bermesraan kali saat ini.

Ryosuke melihat mereka bercumbu dari jendela apato mereka yang terbuka membuatnya tersenyum miris mengingat Yuto yang masih saja tak melihatnya sedikitpun sampai saat ini.

Ryosuke memakai maskernya lalu mengetok pintu apato itu. Sang pria membuka pintu lalu dengan segera Ryosuke menusukan pisaunya sesaat setelah pria itu membuka pintu.

"Sayang sia-" wanita itu menutup mulutnya teriakannya tertahan melihat sang kekasih sudah berlumuran darah.

Ryosuke berjalan mendekati wanita itu namun kakinya tertahan sesuatu ia melihat apa yang menghalanginya ternyata pria itu menahan kakinya sekuat tenaga.

"Ternyata kau belum mati." Ryosuke menendang kepala pria itu agar pegangannya terlepas namun pegangan pria itu semakin kuat.

"Jangan sakiti dia, dia tengah hamil anakku." Ucap pria itu dengan susah payah.

Ryosuke sempat berpikir ia masih memiliki hati tapi perintah yuto adalah mutlak baginya.

Ryosuke kembali menendang pria itu agar melepaskan pegangannya.

"Sayang pergilah, selamatkan dirimu." Pria itu berteriak dengan tenaga yang tersisa.

Wanita itu menangis membekap mulutnya sendiri menahan rasa sakit hatinya melihat calon suaminya begini.

"CEPAT PERGILAH KUMOHON JAGA ANAK KITA UNTUKKU." Teriak Sang pria menatap wanita itu dan tersenyum.

Wanita itu mengangguk lalu berusaha keluar apato dengan lewat jendela.

"Sangat romantis, tunggu saja mereka akan segera bersamamu lagi." Ryosuke mengambil pisaunya lalu menancapkannya tepat dikepala pria itu. Pegangan dikakinya melemah dengan segera Ryosuke mengejar wanita itu.

Wanita itu berlari dengan sekuat tenaga dengan air mata yang selalu menetes dipipinya. Ryosuke melihat jejak darah di jalan sepertinya kaki wanita itu berdarah karena ia berlari tanpa memakai alas. Ryosuke mengikuti jejak darah itu lucky, keberuntungan berada di Ryosuke wanita itu sedang bersembunyi didekat tong sampah besar dengan tangis yang pilu.

[KONTES MENULIS] EMPTY DREAM BY YAMADAPUTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang