BoBoiBoy milik Animonsta Studios
Kami tidak mengambil keuntungan apapun dari sini.Chapter II
"Tarian Kecak"
oleh
SappireEyes.
.
.
Bali atau biasa disebut dengan "Pulau Dewata". Tempat yang sering menjadi pusat pariwisata bagi para turis. Ibu kota provinsinya ialah Denpasar. Salah satu kepulauan di Nusa Tenggara. Pada awal masa kemerdekaan Indonesia, pulau tersebut termasuk dalam Sunda Kecil yang beribu kota di Singaraja. Kini telah terbagi menjadi 3 provinsi yaitu Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur."Bentuknya seperti ayam yang sedang bertelur!" ucap suara di balik telepon genggam.
"Ya, Blaze," sahut seorang pemuda remaja berpakaian serba coklat dan memakai topi dalam posisi terbalik.
"Gempa, kalau nanti pulang titip oleh-oleh ya!"
"Pasti, Kak Ufan."
"Gempa, hati-hati ya di sana."
"Terima kasih, Kak Halilintar. Hm... sudah ya, aku mau jalan-jalan dulu. "
"Oke!"
Gempa segera mematikan sambungan teleponnya dan memasukkan ke dalam saku. Ia melangkah dengan santainya menikmati suasana sekitar.
Kini posisi Gempa berada di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng. Kota yang memiliki simbol berupa Tugu Singa Ambara Raja yang terletak di kantor bupati. Gempa telah berada di Pantai Lovina yang terletak sekitar 9 km sebelah barat Kota Singaraja, salah satu objek pariwisata di Bali utara.
Banyak turis yang senang berkunjung ke Lovina. Pantai yang masih tampak alami. Di sana kita bisa menyewa perahu nelayan setempat guna mendekati lumba-lumba. Penginapan mulai dari inn hingga cottage tersedia dengan harga terjangkau.
"Wah, ada acara apa nih?"
Kebetulan di sana didirikan panggung dan banyak penonton yang tengah menyaksikan pertunjukan. Gempa memilih untuk menonton. Acara kali ini adalah tari tradisional.
"Wah!" decak Gempa kagum melihat tarian tersebut.
"Kamu bukan orang di sini ya?" tanya seseorang di belakangnya.
Gempa terlonjak sedikit mendengar teguran halus itu. Diliriknya dan menemukan sosok gadis remaja berkacamata dan berambut pendek.
"I-iya... perkenalkan nama saya Gempa. Saya berasal dari Malaysia."
"Oh. Nama saya Sylfan. Salam kenal ya."
"Salam kenal juga."
"Kapan tiba di sini?" tanya Sylfan seraya melanjutkan menonton tarian.
"Baru kemarin dan sekarang sedang jalan-jalan."
"Sendirian?"
"Ya."
"Wah!"
Gempa hanya cengegesan seraya menggaruk tengkuknya yang sudah menjadi kebiasaannya. Ia kembali menonton tarian tersebut. Tarian itu dibawakan oleh para anak laki-laki. Mereka menari di atas pasir putih.
"Syl, saya mau bertanya. Itu namanya tari apa ya?"
"Itu namanya Tari Kecak."
Kecak (pelafalan: /'ke.tʃak/, secara kasar "KEH-chahk", pengejaan alternatif: Ketjak, Ketjack) adalah pertunjukan dramatari seni khas Bali yang lebih utama menceritakan mengenai Ramayana dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana.
Namun, kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.
Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa.Lagu tari kecak diambil dari ritual tarian sanghyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana.
Sekitar tahun 1930-an Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak mempopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.[1]
"Oh, begitu. Terima kasih untuk informasinya."
"Sama-sama."
Mereka pun melanjutkan menonton hingga usai. Ketika tengah hari tiba, Gempa memutuskan untuk kembali ke penginapan. Ia pamit pada kawan barunya sebelum pulang.
"Sampai jumpa lagi!"
"Ah, mereka pasti suka melihat ini."
Gempa tersenyum senang melihat hasil rekaman pertunjukan tadi di pantai.Fin.
[1] Sumber: Wikipedia
KAMU SEDANG MEMBACA
Corak Khatulistiwa
FanfictionKumpulan cerita para Elemental berkunjung ke berbagai tempat di Indonesia + Adu Du dan Ejo Jo. [No pairings. Kumpulan drabble budaya Indonesia.] Cover by Deka Anderskor All illustrations by SappireEyes